SAMBO, Seni Beladiri dari Negeri Tirai Besi
Di SEA Games 2019 Indonesia berjaya di cabang SAMBO. Beladiri turunan judo yang mulanya eksklusif untuk militer Uni Soviet.
SEA Games 2019 Filipina meninggalkan banyak kesan negatif. Khusus buat Indonesia, ia meninggalkan banyak catatan yang perlu ditangani segera. Selain target berada di peringkat dua klasemen akhir tak terpenuhi, prestasi atlet-atlet kita buruk di kategori olahraga atletik dan akuatik. Cabang sepakbola putra yang awalnya digadang-gadang bakal membuahkan prestasi, berakhir jeblok.
Beruntung, cabang olahraga SAMBO memberi kita prestasi. “Kita awalnya target satu medali emas. Tapi kita bisa bawa pulang empat emas. Terlepas dari anggaran persiapan kita salah satu yang terkecil dan pelatnas lima bulan di Puncak, Bogor,” ujar Ketum PP Persambi Krisna Bayu kepada Historia.
Empat emas itu diraih Ridha Wahdaniyaty Ridwan dari kategori sport 80kg putri, Fajar di combat 57kg putra, Seni Kristian di combat 90kg putra, serta Desiana Syafitri, Emma Ramadinah, Erik Gustam, dan Rio Akbar Bahari di kategori mixed team (beregu campuran). Ditambah sekeping perak dari Jasono Fitono Sim (perak, combat 82kg putra) serta dua perunggu dari Rio Bahari (sport 82kg putra) dan Deni Arif Fadhillah (combat 74kg putra, Indonesia jadi juara umum di cabang SAMBO.
Capaian itu tentu layak dibanggakan mengingat baru di SEA Games kali ini SAMBO menyumbang medali kepada kita. Di Asian Games 2018, SAMBO juga sudah dimainkan sebagai cabang resmi, namun tak satupun dari delapan atlet kita yang mendapatkan medali.
Baca juga: Permainan Kabaddi dalam Lorong Zaman
Juara umumnya kala itu Kazakhstan, salah satu negara pecahan Uni Soviet, dengan dua emas dan tiga perunggu. Mongolia, Uzbekistan, Tajikistan, dan Jepang berturut-turut mengikuti di belakangnya.
Tak heran bila tiga dari lima besar itu ditempati negara-negara pecahan Soviet. Seni beladiri SAMBO memang berasal dari negeri “Tirai Besi”.
Dari Judo Lahirlah SAMBO
Melihat pertandingan SAMBO kategori Sport, Combat, dan Mixed Team, terlihat nyaris tak ada bedanya dengan beladiri-beladiri berintikan gerakan bantingan seperti judo, gulat, jiu-jitsu, atau kurash. Menurut Krisna, bisa dikatakan teknik bantingan dan kuncian SAMBO memang serupa dengan yang digunakan di beladiri-beladiri itu.
“Soal bantingan, judo, kurash, gulat, SAMBO seratus persen sama. Di pertarungan ground-nya di kategori sport maupun combat juga seratus persen sama. Di combat, semua olahraga yang menggunakan pukulan dan tendangan adalah sama. Di kategori ini juga ada gerakan cekikan. Jadi SAMBO benar-benar olahraga mix atau campuran,” ujar maestro judo Indonesia era 1990-2000-an itu.
Persamaan itu wajar karena SAMBO memang diciptakan dari modifikasi judo. Adalah Vasili Sergeyevich Oshchepkov, mata-mata Uni Soviet pada 1920-an, yang menciptakannya. Bersama praktisi beladiri Viktor Spiridonov, Oshchepkov mengembangkannya secara terpisah di kalangan Tentara Merah dengan tambahan modifikasi dari gulat dan jiu-jitsu. Lantaran dikembangkan secara terpisah itulah SAMBO kini bercabang menjadi dua kategori: sport dan combat.
Baca juga: Sepakbola Soviet Era Stalin
Kiprah Oshchepkov bermula dari penugasannya ke Tokyo pasca-kekalahan Rusia dalam Perang Rusia-Jepang tahun 1905. Selain ditugaskan untuk mempelajari judo, Oshchepkov juga ditugasi menjadi mata-mata. Di sanalah Oshchepkov mempelajari judo dan jiu-jitsu dengan masuk klub judo Azabu yang bernaung di bawah Resimen Infantri I Tentara Kekaisaran. Oshchepkov lalu membawa judo dan jiu-jitsu ke kalangan militer Soviet pada 1927.
“Dia memuat sebuah artikel: ‘Jiu-jitsu Jepang masuk Tentara Merah’ di suratkabar militer Krasnoarmeyskaya Zvezda (30 September 1927), di mana ia menuangkan pemikiran akan relevansi pertarungan jarak dekat dalam perang modern,” sambung Thomas A. Green dan Joseph R. Svinth dalam Martial Arts of the World: An Encyclopedia of History and Innovation, Volume I.
Sementara di sisi lain, Spiridonov juga mengembangkan jiu-jitsu di klub olahraga Dynamo, milik NKVD (Polisi Istimewa Soviet), yang dipimpinnya. Bedanya, Spiridonov mempelajari jiu-jitsu via literatur, bukan dari instruktur Jepang langsung, lantaran memang kala itu masih berlaku aturan ketat pelarangan olahraga asing diterapkan di Soviet.
Keduanya lantas berkolaborasi pada 1923 hingga menciptakan beladiri baru bernama SAMBO. Nama SAMBO merupakan singkatan dari Samozashchita Bez Oruzhiya (beladiri tanpa senjata/tangan kosong). Namun, tak lama kemudian keduanya berseberangan jalan. Masing-masing pun memperkenalkan SAMBO secara terpisah. Oshchepkov di CDKA atau Mabes Tentara Merah, Spiridonov tetap di NKVD.
Baca juga: Kabaddi di Panggung Olimpiade Nazi
Pada 1950, Soviet menggelar eksebisi internasional SAMBO pertama. Enam tahun kemudian, SAMBO diterima jadi bagian Fédération Internationale des Luttes Associées (FILA) atau federasi gulat internasional sebagai salah satu turunan gulat bebas. Namun baru tahun 1972 FILA merestui kejuaraan terbuka resmi pertama, di Riga, Latvia dan Kejuaraan Dunia SAMBO pertama di Tehran, Iran setahun berselang.
Pada 13 Juni 1984 SAMBO memisahkan diri dari FILA untuk kemudian mendirikan federasinya sendiri, Fédération Internationale Amateur de SAMBO (FIAS), di Madrid, Spanyol. Sayangnya hingga kini SAMBO belum diterima sebagai cabang resmi olimpiade.
Pembelokan Sejarah SAMBO
Sebelum masuk ke pentas olahraga bertaraf internasional pada 1950-an, sejarah SAMBO sempat dibelokkan. Kisah tentang Oshchepkov dimarjinalkan dan Soviet membuat sejarah baru lewat SAMBO yang dibawakan praktisi Anatoly Arkadyevich Kharlampiyev.
“Pendekatan risetnya sendiri harus menyerah pada tekanan pertimbangan ideologis, kepentingan pribadi dan kelompok tertentu, serta simpati personal. Hasilnya adalah manipulasi fakta-fakta dan versi-versi berbeda tentang penciptaan SAMBO. Kini (setelah Soviet bubar, red.) dokumen-dokumen pemerintah sudah bisa diakses publik dan banyak wawancara dengan saksi mata yang dikumpulkan. Hal itu memungkinkan rekonstruksi penciptaan SAMBO secara mendetail,” ungkap Thomas A. Green dan Joseph R. Svinth.
Terlepas dari pengakuan dunia terhadap Oshchepkov dan Spiridonov sebagai pencipta SAMBO pasca-runtuhnya Soviet, faktanya Kharlempiyev berperan banyak dalam mengembangkan SAMBO. Sepeninggal Oshchepkov pada 1937 setelah ditangkap atas tuduhan mata-mata dan tewas di penjara, Kharlempiyev “memonopoli” pengembangan SAMBO.
Saat jadi petinggi Komite Olahraga Soviet pada 1938, ia memasukkan SAMBO menjadi salah satu olahraga resmi dan menetapkan hari lahir SAMBO pada 16 November 1938. Saat berkiprah di Departemen Pendidikan Fisik Soviet pada 1953, Kharlempiyev meracik sistem dan regulasi baku SAMBO hingga dijuluki “Bapak SAMBO”. Julukan ini baru diralat setelah kisah tentang Oshchepkov dan Spiridonov dalam arsip Soviet dibuka pada 2000-an. Kharlempiyev kini digelari sebagai “Bapak SAMBO Modern”.
Perbedaan SAMBO yang dikembangkan Kharlempiyev terletak pada banyaknya teknik gulat-greco dan gulat bebas –bukan judo– yang diadopsi. Maka ketika SAMBO mulai diperkenalkan ke luar secara terbatas pada 1950-an, para praktisi SAMBO enggan menyatakan SAMBO berakar dari judo.
“Beberapa pejudo Jepang yang melihat aksi-aksi petarung SAMBO mengklaim bahwa seni beladiri itu meniru judo, bahwa 75 persen teknik SAMBO sama persis dengan judo. Namun para praktisi Rusia tak mengakui. Mereka bersikeras bahwa sama sekali tak ada pengaruh beladiri Jepang dalam SAMBO,” tulis majalah bulanan Black Belt edisi Februari 1967.
Baca juga: Melacak Jejak Pencak Silat
Di era itupun SAMBO baru diperkenalkan terbatas di negara-negara Blok Timur seperti Hungaria, Bulgaria, Rumania, dan Jerman Timur. Sedari awal 1950-an, para atlet SAMBO Soviet pun lebih banyak berkiprah di ajang-ajang judo dan gulat. Belum sepenuhnya ajang resmi SAMBO.
“Karena saat itu sebenarnya SAMBO belum benar-benar dikembangkan secara komplit. Para praktisi Rusia masih terus bereksperimen dengan teknik-tekniknya secara utuh untuk membuat sistem keseluruhan yang rasional dan lebih dekat dengan gulat ketimbang judo,” lanjut majalah itu.
Oleh karena itu perkembangan SAMBO terbilang lambat dan masih terbatas di Eropa Timur. SAMBO baru benar-benar go-internasional setelah berdirinya FIAS yang diikuti berdirinya federasi serupa di Eropa, Asia, Amerika, Australia dan Oseania, dan Afrika.
SAMBO Merambah Indonesia
Di Indonesia, SAMBO baru populer pada 2006. Ir. Aji Kusmantri, wakil sekjen Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI) periode 1997-2014, jadi pionirnya. Aji jua yang lantas mendirikan Pengurus Besar Persatuan SAMBO Indonesia (PB Persambi).
“Sebenarnya di awal 2000-an sudah ada orang Indonesia yang berlatih SAMBO, tapi memang tidak mengembangkan. Sekadar hobi saja. Mereka ini para mahasiswa Indonesia yang sebelumnya studi di Belanda. Dibawa ke Indonesia hanya dalam bentuk komunitas saja,” kata Aji kepada Historia saat dihubungi via telepon.
“Resminya”, SAMBO datang ke Indonesia lewat Mr. Pulatov, pejabat polisi Rusia yang mengembangkan SAMBO di Uzbekistan sekaligus salah satu petinggi SAMBO Union of Asia. Misi yang dibawanya adalah untuk belajar dari padepokan judo Indonesia di Ciloto untuk kemudian diadopsi untuk mendirikan perguruan SAMBO di Uzbekistan sekaligus untuk lebih mengglobalkan SAMBO agar bisa masuk cabang resmi olimpiade.
“Mulanya Mr. Pulatov itu bersurat ke Kemenpora tapi enggak direspon. Lalu dia kontak pengurus judo Singapura yang juga teman saya, Gerard Lim. Dari teman saya itu yang memberikan kontak saya kepada Mr. Pulatov,” tambahnya.
Baca juga: Pencak Silat Warisan Mataram Menembus Zaman
Setelah kontak tersambung, Pulatov menemui Aji untuk kemudian diantarkan ke Kemenpora. “Saya bawa ke Almarhum Pak Latif, orang Kemenpora. Tapi karena dari Kemenpora melihatnya ini barang (baca: olahraga) baru, mereka enggak begitu komentar banyak. Indonesia ini negara ke sekian yang didatangi Pulatov. Cita-citanya agar SAMBO masuk olimpiade,” lanjut Aji yang lantas mendirikan PB Persambi pada 2006.
“Pak Aji melihat olahraga SAMBO ini bakal berkembang. Makanya dia ikut mempelopori-lah. Tapi 13 tahun mati suri. Karena belum adanya kesamaan visi-misi dengan Pak Aji, terus saya ambil alih. Saya ingin Persambi ini ada legalitasnya karena waktu itu belum ada,” sambung Krisna.
Krisna mengubah sedikit nama menjadi PP (Pengurus Pusat) Persambi. Pada musyawarah nasional tahun 2017, Krisna terpilih menjadi ketua umumnya. “Memang sempat clash dengan Pak Aji, namun kita berdua membuat kesepakatan. Karena sebuah organisasi kan harus ada landasan hukumnya, harus punya legalitas,” tambahnya.
Meski sudah diikutkan dalam Asian Games 2019, PP Persambi baru resmi menjadi anggota Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) pada Juni 2019. Itupun, aku Krisna, setelah sempat tiga kali ditolak menjadi anggota.
“Banyak alasanlah waktu itu. Tapi akhirnya kita dilantik jadi anggota KONI dan KOI itu Juni 2019. Kini kita sudah punya 27 pengurus provinsi. Dengan hasil SEA Games ini (4 emas, 1 perak, 2 perunggu), saya akan berusaha untuk masuk eksebisi PON (Pekan Olahraga Nasional) 2020. Harapannya di PON 2024 sudah include di dalam PON sebagai cabang resmi,” tandas Krisna.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar