Viking, Antara Lawan dan Kawan
Bobotoh garis keras. Disegani sejak 1993 berkat reputasi dan militansi.
LEGENDA hidup Persib Bandung Robby Darwis mengakui rivalitas antara Persib dan Persija sejak dulu memang sengit. Namun, rivalitas itu hanya ada di lapangan. Hal itu juga dikatakan dua mantan pemain Persib lainnya, Yaris Riyadi dan Cecep Supriyatna.
“Nggak, nggak pernah ribut atau apa dengan pemain dari Persija. Ya rivalitas teknis saja di lapangan. Malah kalau di zaman saya, nggak ada ribut-ribut suporter. Ikut turnamen di Jakarta aman-aman saja,” ujar Robby kepada Historia.
Namun, keadaan berubah begitu Viking dan Jakmania ada. Meski konflik bukan terjadi antar-pemain kedua klub, stadion tak pernah aman lagi jika Viking dan Jakmania hadir bersamaan.
Dua mantan punggawa Persib, Yaris Riyadi (kiri) & Cecep Supriyatna (Foto: Randy Wirayudha/Historia
“Lemparan botol atau apa itu mah sudah biasa kalau kita main (Persib vs Persija). Pernah juga waktu main di (stadion) Lebak Bulus, bench kita dikencingin (oknum) Jakmania dari tribun di atas bench kita,” kenang eks kiper Persib Cecep Supriyatna kepada Historia.
Bobotoh Terbesar dan Terloyal
Viking merupakan organisasi Bobotoh (pendukung Persib) terbesar. Dicetuskan Ayi Beutik alias Ayi Suparman (almarhum), Aris Parimat, Heru Joko, Dodi Rokhdian, dan Hendra Bule, Viking berdiri pada 17 Juli 1993. Sebagai organisasi, Viking memberikan anggotanya Kartu Tanda Anggota (KTA). Bicara jumlah anggota, sudah tak lagi terhitung. Bobotoh saja sekiranya mencapai enam juta orang dan sebagian besarnya adalah “warga” Viking.
Nama Viking diambil dari nama bangsa Viking di Skandinavia yang gemar menjelajah. Hal itu terkait dengan sifat pendukung Persib yang suka menjelajah ke berbagai kota. Ke manapun Persib pergi (bertanding), Viking menemani. Kehadiran mereka dengan nyanyian, yel-yel, hingga aksi-aksi koreografi menjadi “stimulan” tersendiri bagi para pemain Persib di lapangan.
Saat Persib bertandang ke Stadion Gelora Ratu Pamelingan, kandang Madura United, akhir pekan lalu, para pentolan maupun anggota biasa Viking turut hadir. Bukan hanya Viking dari Bandung yang hadir di Stadion Pamelingan, Madura itu. Petinggi maupun anggota Viking Madura ikut meramaikan. Viking Madura merupakan cabang Viking. Selain di Madura, Viking punya banyak cabang, seperti di Depok, Bekasi, atau Bogor.
Rivalitas dengan Jakmania
Saking fanatiknya, Viking kerap terlibat konflik dengan suporter klub lain. Bahkan, sampai memakan korban jiwa. “Ya mungkin hanya oknum yang nggak punya KTA. Karena biasanya anggota Viking nonton itu ngajak saudara dan saudaranya itu ngajak temannya lagi yang sama-sama nggak punya KTA. Kita mana tahu kalau tiba-tiba dia berlaku anarkis atau apa,” kata Iwan, Bobotoh non Viking yang ditemui Historia di Stadion Persib Sidolig.
Budi (kiri), Iwan (tengah) & Soni, tiga Bobotoh senior non Viking (Foto: Randy Wirayudha/Historia)
Konflik utama Viking terjadi dengan Jakmania (pendukung Persija). Menurut Eko Noer Kristiyanto alias Eko Maung, anggota Bobotoh cum peneliti hukum olahraga, clash pertama keduanya terjadi saat Persib menjamu Persija di Stadion Siliwangi dalam Liga Indonesia musim 1999. Ratusan Jakmania yang berang karena tak kebagian tiket memaksa masuk stadion. Provokasi dan saling ejek kemudian berujung pada keributan.
“Tahu sendiri kapasitas di Stadion Siliwangi kan kecil. Mungkin dulu mereka juga belum terbiasa dengan suasana susah dapat tiket. Waktu itu ribuan Bobotoh saja masih pada di luar karena enggak kebagian tiket juga. Mereka (Jakmania) mikirnya harus masuk karena sudah datang jauh-jauh. Saya sendiri waktu itu dari tribun Timur mendengar ada keributan gara-gara itu,” terang Eko di Jakarta.
Clash berlanjut kala kedua kelompok suporter itu mengikuti acara Kuis Siapa Berani yang dipandu Helmi Yahya. Para pendukung Persib yang hendak pulang dicegat Jakmania di pinto tol Tomang. Selain mobil-mobil pengangkut mereka diserang, mereka dipukuli dan dijarah. Akibatnya, sembilan anggota Viking luka-luka.
“Lantas ada lagi kejadian ketika suporter Persija ke Stadion Sangkuriang, Cimahi. Nontonnya bukan lawan Persib, tapi Persikab Bandung. Eh, ada suporter Viking sengaja ke sana, akhirnya ribut juga. Nah ini yang mulai ngaco. Konteksnya di luar pertandingan Persija-Persib, tapi kok bentrok. Itu apa-apaan? Konyol karena menyalahi rivalitas yang sehat,” sambung Eko.
Konflik Viking-Jakmania makin tidak sehat lantaran Viking menjalin koalisi dengan Bonek (suporter Persebaya) dan Jakmania dengan Aremania (suporter Arema Malang). “Nggak penting banget. Jadi emang kampungan banget itu. Karena sebenarnya masalah kita antara satu kubu dengan suporter lain mestinya enggak usah diurusin juga sama suporter tim lain. Otomatis ini bisa merembet ke rivalitas berikutnya,” kata Eko.
Rivalitas tak sehat Viking-Jakmania itu, lanjut Eko, dikhawatirkan merugikan masyarakat umum. “Kalau sampai terjadi korban itu suporter, ya itu lain soal. Tapi kalau sudah ada masyarakat umum yang kena kan mulai enggak lucu lagi. Jangan lagi dianggap sebagai kenakalan suporter, itu sudah kejahatan suporter,” tambah Eko.
Upaya damai bukan tak pernah ada. Pada April 2014, Viking dan Jakmania sempat mengeluarkan deklarasi damai. Sayang, sebulan kemudian perdamaian buyar gara-gara Jakmania ditolak masuk Bandung oleh aparat kemanan di Tol Cikampek.
Upaya damai kembali diadakan pada Juli 2017. Dalam rangka mengenang Ricko Andrean, seorang Bobotoh yang tewas dikeroyok oknum pendukung Persib lantaran dikira anggota Jakmania, Viking dan Jakmania menggelar aksi damai 1000 lilin di Bekasi. Sebulan kemudian, Kemenpora mendorong keduanya berdamai.
Upaya tersebut mampu meredakan ketengangan Viking-Jakmania. Namun, belum lagi perdamaian benar-benar terjadi, Maret lalu tiga pemain Persija justru merusaknya dengan sebuah video live di Instagram. Dalam video itu, tiga pemain Persija bernyanyi dengan iringan gitar dan penggalan liriknya menghina Viking.
Sontak, Direktur Persija Gede Widiade berang. Manajemen pun meminta maaf lewat akun resmi di Twitter, @Persija_Jkt, 28 Maret 2018. Namun, Viking tetap akan menempuh jalur hukum. Akan tetapi para pembesar Viking pada akhir pekan lalu, 6 April 2018, disebutkan batal melanjutkan kasusnya ke ranah hukum dan memilih penyelesaian damai.
Baca juga:
Bobotoh, Suporter Militan yang Patut Dicontoh
Gaung Maung di Pentas Sejarah
Maung Bandung Tersandung
Persija dari Masa ke Masa
Tambahkan komentar
Belum ada komentar