Nasib Dading Kalbuadi Setelah Berangkat ke Timor Timur
Bersahabat, Dading Kalbuadi dan Benny Moerdani kemudian sama-sama menjadi jenderal ABRI.
SEBELUM Operasi Seroja di Timor Leste pada 1975, nama Dading Kalbuadi tak begitu menonjol di kalangan perwira TNI. Padahal, dia punya peran cukup penting dalam keberhasilan operasi tersebut.
Pria kelahiran Cilacap pada 14 April 1931 ini merupakan kawan L.B. Moerdani, panglima ABRI dan menteri pertahanan di masa pemerintahan Soeharto. Keduanya bareng ketika belajar di Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat (P3AD), Bandung pada era 1950-an.
Seperti Benny, sapaan akrab Moerdani, ketika belum berusia 17 tahun Dading sudah ikut melawan tentara Belanda. Operasi keduanya sama-sama di Jawa Tengah tapi di daerah berbeda. Benny di sekitar Solo dan pernah ikut kelompoknya Letnan Kolonel Slamet Rijadi. Sementara Dading menjadi anggota pasukan Indonesia Merdeka Atau Mati (IMAM) di daerah Banyumas. Iwa Sumarmo dalam Indonesia Merdeka atau Mati menyebut Dading pernah terlibat dalam sebuah misi sulit, yakni penyusupan ke daerah pendudukan tentara Belanda.
Baca juga: Kesko Siliwangi, Cikal Bakal Kopassus
Setelah lulus dari P3AD, Dading dan Benny masuk Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Keduanya menjadi perwiranya, dan terlibat dalam operasi penumpasan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pada 1958 ketika masih berpangkat letnan dua.
Dading menjadi saksi kegemilangan Benny dalam sebuah operasi terjun payung. Padahal, Benny belum pernah latihan terjun payung sebelum misi itu. Menurut Julius Pour dalam Benny: Tragedi Seorang Loyalis, Benny dan pasukannya sukses merebut lapangan udara Pekanbaru. Benny lalu diberi wing penerjun ketika operasi itu sukses.
Baca juga: Saat Benny Moerdani Dikira Takut Terjun
Dading saat itu membawa kamera dan mendokumentasikan kondisi lapangan. Dalam operasi melawan PRRI itu, Dading kemudian terluka dalam sebuah pertempuran di Riau.
“Dari sela-sela debu yang masih mengepul, nampak Dading Kalbuadi terkapar, darah berlepotan pada bagian lehernya. Pecahan peluru ternyata menyerempet leher Dading,” catat Julius Pour.
Tapi Dading selamat. Setelah lukanya pulih, dia terus berada di baret merah.
Selain pernah menjadi komandan tempur, Dading pernah pula menjadi perwira Penghubung, Perwira Logistik di RPKAD, dan sempat bertugas ke luar negeri. Dading pernah juga menjadi komandan Grup di korps baret merah yang kala itu bernama Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha) dan kini bernama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) itu.
Pada akhir 1975, Dading dilibatkan dalam sebuah operasi ke Timor Portugal guna melawan anasir komunis Fretilin di sana. Sebelum berangkat, Benny yang sudah jadi pejabat intelijen dengan pangkat yang sudah melewati Brigadir Jenderal, bertemu Kolonel Dading Kalbuadi.
“Ini mungkin one way ticket,” kata Benny.
“Sudahlah Ben, tak apa-apa. Saya kerjakan... tapi tolong, titip keluarga saya, kalau nanti saya tidak kembali,” jawab Dading.
Berangkatlah Dading dan pasukannya dari korps baret merah ke daerah perbatasan RI- Timor Portugal. Dading dan pasukannya menyamar jadi orang sipil yang kebanyakan memakai pakaian dari bahan denim atau jeans.
“Kopassandha dijuluki sebagai the blue jeans soldiers, karena mereka umumnya mengenakan celana blue jeans dan kaos oblong,” kata Hendro Subroto dalam Saksi Mata Perjuangan Integrasi Timor Timur.
Baca juga: Agus Hernoto, Legenda Kopassus
Menurut Ken Conboy dalam Intel: Inside Indonesia's Intelligence Service, pangkalan tim Flamboyan tidak jauh dari pangkalan tim Komodo yang ikut terjun dalam operasi intelijen di Atambua.
Misi Dading berjalan dengan baik. Operasi Flamboyan kemudian disusul dengan operasi pendaratan besar dari pasukan ABRI yang dinamai Operasi Seroja.
Bintang Kolonel Dading pun bersinar. Tak lama kemudian, pangkat Dading dinaikkan menjadi brigadir jenderal.
Baca juga: Benny Moerdani, Penjaga Setia Penguasa Orde Baru
Dading pernah jadi orang militer terpenting di bekas Timor Portugal yang di zaman Orde Baru bernama Timor Timur itu. Dading pernah dijadikan Panglima Kodam Udayana yang membawahi Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Timor Timur yang kala itu jadi provinsi ke-27 RI.
Setelah Benny Moerdani menjadi panglima ABRI, Dading ditarik ke Jakarta. Jabatan yang sempat diembannya adalah Kepala Perbekalan ABRI, Asisten Logistik Mabes ABRI, dan Asisten Logistik Kasum ABRI. Sebelum pensiun dengan pangkat letnan jenderal, Dading pernah menjadi Kepala Staf Umum ABRI dan Inspektur Jenderal Departemen Pertahanan Keamanan. Ia tutup usia pada 10 Oktober 1999.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar