KSAD Pilihan Ibu Tien Soeharto
Ibu Tien Soeharto meminta kepada suaminya agar memilih Dading Kalbuadi sebagai KSAD. Alasannya tinggi, gagah, dan ganteng.
Suatu malam di tahun 1984, Mayor Prabowo Subianto sedang makan malam dengan mertuanya, Presiden Soeharto dan Siti Hartinah alias Ibu Tien. Mereka hanya bertiga di meja makan. Tiba-tiba Ibu Tien bersuara.
“Pak, apa benar KASAD mau diganti?” tanya Ibu Tien kepada suaminya.
“Iya benar, kan sudah saatnya diganti,” jawab Soeharto.
Kala itu, Jenderal TNI Poniman sudah hampir tiga tahun menjabat Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Ia mengisi jabatan itu dari 30 April 1980. Setelah era 1950-an, posisi KSAD sangat penting dan Soeharto tentu harus memberikan jabatan itu kepada orang yang tepat.
“Itu loh Pak, sing apik iku (yang bagus itu) Pangdam Bali, Pak, Dading. Tinggi, gagah, dan ganteng, Pak. Cocok itu, sebaiknya ia yang jadi KASAD, Pak,” kata Ibu Tien.
Soeharto tak berkomentar apapun atas pendapat istrinya itu. Matanya lalu melihat ke arah Prabowo dengan agak tersenyum.
Esoknya, Prabowo datang lagi ke rumah mertuanya. Ibu Tien kembali bertanya soal KSAD kepada suaminya.
“Pak, bagaimana KASAD-nya? Apakah sudah ada keputusan?” tanya Ibu Tien.
“Masih digodok,” kata Soeharto.
“Jadi Dading, Pak, ya?” kata Ibu Tien.
Baca juga: Soeharto Tak Kunjung Pulang, Ibu Tien Bikin Sesajen
Dading sebetulnya tidak lagi menjabat Panglima Kodam Udayana ketika makan malam itu berlangsung. Dading memimpin Kodam yang membawahkan Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Timor Timur itu dari 1978 hingga Maret 1983. Setelah itu, Dading menjabat Asisten Logistik Kepala Staf Umum (Kasum) ABRI sejak Februari 1983. Ia kemudian menjadi Kasum ABRI pada 1985.
Dading Kalbuadi adalah perwira penting ABRI dalam perebutan Timor Timur pada 1975 ketika masih berpangkat kolonel. Ia kemudian dengan pangkat brigadir jenderal menjadi panglima komando daerah pertahanan keamanan Timor Timur dari 1976 hingga 1978.
Dading bukan orang asing bagi Prabowo. Prabowo pernah berada di daerah tugas yang berada di bawah Dading. Prabowo sudah beberapa kali keluar masuk Timor Timur dalam operasi militer.
Dading adalah senior Prabowo di korps Baret Merah. Harsya Bachtiar dalam Siapa Dia? Perwira Tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat menyebut Dading Kalbuadi yang lahir di Cilacap, 14 April 1931, ketika remaja ikut melawan tentara Belanda sebagai anggota pasukan Indonesia Merdeka Atau Mati (IMAM) di sekitar Banyumas. Dading bergabung dalam korps Baret Merah sejak satuan itu bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Ia pernah menjadi komandan peleton hingga komandan grup.
Seminggu setelah makan malam terakhir, Prabowo datang lagi untuk makan malam. Pagi sebelum makan malam itu, KSAD baru sudah diumumkan. Jenderal yang terpilih adalah Rudini (1929–2006) yang lebih senior dari Dading. Ibu Tien tampak kecewa hari itu.
“Bapak itu, nggak mau dengar saran ibu,” kata Ibu Tien menggerundel. Seperti biasa, Soeharto memilih untuk kalem.
“Bu, memilih pemimpin itu, tidak hanya ganteng saja. Tapi ada faktor-faktor lain yang harus saya pertimbangkan,” jawab Soeharto. Namun, jawaban itu tak memuaskan Ibu Tien.
Baca juga: Jenderal yang Ditolak Jadi KSAD
Begitulah cerita di balik pemilihan KSAD yang dikisahkan Prabowo Subianto dalam Kepemimpinan Militer. Menurut Prabowo, ternyata Soeharto tidak hanya memilih pemimpin berdasarkan penampilannya saja.
Dading Kalbuadi merupakan kawan lama Leonardus Benjamin Moerdani alias Benny Moerdani ketika belajar di Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat (P3AD) di Bandung. Keduanya kemudian sama-sama di RPKAD. Benny memperoleh Bintang Sakti meski sempat tidak dalam komando pasukan khusus dan bertugas di intelijen. Karier Benny bersinar lagi setelah 1974 dengan menjadi pejabat intelijen paling penting di Indonesia. Meski terhitung lancar, karier Dading tidak secepat Benny.
Ketika Dading tak jadi KSAD seperti diinginkan Ibu Tien, Benny sudah menjadi Panglima ABRI. Sementara itu, Poniman dijadikan Menteri Pertahanan Keamanan. Sebelumnya, orang dengan jabatan Panglima ABRI akan merangkap jabatan Menteri Pertahanan Keamanan. Dading kemudian menjadi Inspektur Jenderal Departemen Pertahanan Keamanan pada 1987–1988. Pangkat terakhirnya di ABRI adalah letnan jenderal. Ia meninggal dunia pada 10 Oktober 1999.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar