Kasan Menyelamatkan Letnan Darlang
Orang Belanda kerap menjadi sasaran orang Aceh bersenjata. Seperti dialami Letnan Darlang yang berhasil diselamatkan oleh Kasan.
Pada 11 Oktober 1903, sekitar 20 serdadu KNIL (Koninklijk Nederlandsche Indische Leger) berada di daerah Keumala Raja, Pidie, Aceh. Patroli yang dipimpin Letnan Darlang itu tiba-tiba melihat seorang Aceh yang melompat dari rumah dan menghilang ke arah semak-semak.
Sebagian anggota patroli mengejar orang bersenjata rencong tersebut. Sebagian lagi memasuki dan memeriksa rumahnya. Mereka yang mengejar kembali tanpa mendapatkan buruannya.
“Letnan Darlang yang lihat betul di mana orang Aceh itu hilang berjalan sedikit ke tanah lapang,” tulis majalah Trompet No. 70, November 1939.
Letnan Darlang merupakan salah satu perwira penting pada tahun-tahun terakhir Perang Aceh. Ia kerap memimpin pasukan khusus antigerilya yang dikenal sebagai Marsose.
Baca juga: Flores Selamatkan Komandan
Letnan Darlang menuju semak-semak diikuti seorang serdadu Marsose bernama Kasan. Ketika Letnan Darlang hendak kembali ke tempat pasukannya, tiba-tiba sesuatu muncul.
“Awas, Letnan,” teriak Kasan.
Rupanya di belakang Letnan Darlang ada seorang Aceh yang hendak menusuknya dengan rencong. Kasan dengan cepat melepaskan tembakan. Orang Aceh itu roboh.
Letnan Darlang selamat. Sementara orang Aceh bersenjata rencong itu tewas oleh tembakan Kasan yang mengenai dadanya.
“Dengan ini maka Kasan melindungi seorang perwira,” tulis majalah Trompet.
Kasan telah menunjukan ketangguhan dan kecakapan sebagai seorang Marsose. Pada tahun berikutnya, berdasar Koninklijk Besluit 5 Agustus 1904 Nomor 13, Kasan resmi menjadi ksatria Militaire Willemsorde 4e klasse. Ia pun menjadi orang yang dihormati di kalangan militer Belanda meski pangkatnya rendah. Selain itu, ia juga menerima uang kesejahteraan.
Baca juga: Narkim Menerkam Pejuang Aceh
Selama Perang Aceh, orang Belanda kerap menjadi sasaran orang Aceh bersenjata dalam banyak kejadian yang disebut Pembunuhan Aceh atau Atjeh Moorden.
Latar belakang pembunuhan itu, menurut R.A. Kern, penasihat urusan bumiputra, adalah balas dendam terhadap orang-orang Belanda yang disebut kaphe alias kafir.
“Kendati perlawanan (besar) bersenjata rakyat tampak bisa dipadamkan oleh Belanda, namun serangan terhadap militer dan pegawai Belanda berlangsung terus,” tulis Rosihan Anwar dalam Sejarah Kecil “Petite Histoire” Indonesia Volume 1.
Baca juga: Jenderal Belanda Tewas di Aceh
Pembunuhan Aceh itu kira-kira seperti dilakukan orang Aceh yang hendak menusuk Letnan Darlang. Pembunuhan Aceh telah memakan banyak korban orang Belanda. Korban dengan pangkat tertinggi adalah Letnan Kolonel W.B.J.A. Scheepens, mantan komandan Marsose, yang tewas ditusuk rencong orang Aceh. Antara tahun 1910 hingga 1920 terjadi 75 kasus Pembunuhan Aceh. Kemudian antara tahun 1920 hingga 1930 terjadi 51 kasus.
Kasan lahir di Bongor, Rembang pada 1875. Ia menjadi serdadu KNIL di Solo pada 30 November 1895. Ia cukup lama bertugas di Aceh sejak 1898. Setelah menerima Militaire Willemsorde 4e klasse, ia naik pangkat menjadi infanteri kelas satu pada 5 Desember 1907 dan mendapat pangkat kopral pada 6 November 1914.
Kasan pensiun pada 30 November 1920 setelah 25 tahun berdinas di KNIL. Setelah pensiun, ia sempat tinggal di Magelang.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar