Heydrich, Jagal Nazi Berhati Besi
Orang yang bertanggungjawab atas holocaust di kamp-kamp konsentrasi. Kebencian pada Yahudi diturunkan dari orangtuanya.
DI mobil Mercedes 320 convertible hijau yang menggelinding dari rumahnya menuju markasnya di Kastil Praha, 27 Mei 1942 pukul 10.32, SS-Gruppenführer (setara jenderal) Reinhard Heydrich mengobrol santai dengan sopir cum pengawalnya, Oberscharführer (sersan mayor) Hans Klein. Namun tak lama usai melewati tikungan di Distrik Libeň, sang Reichsprotektor Bohemia dan Moravia (kini Rep. Ceko) itu terkejut. Seorang pemuda membidikkan senapan mesin ringan Sten ke arahnya.
Seketika Heydrich panik. Untung dia bisa mengendalikan diri untuk kemudian mengambil pistol Luger dari pinggangnya. Lebih beruntung lagi, si pemuda itu gagal melepaskan tembakan lantaran Sten-nya macet.
Tetapi hanya sampai di situ keberuntungan Heydrich. Saat ia tengah gencar membalas tembakan dan memerintahkan Klein mengejarnya, seorang pemuda lain melemparkan granat dari arah belakang dan meledak mengenai ban belakang mobil berplat SS 3 itu. Paru-paru, limpa, dan tulang rusuk Heydrich terluka oleh pecahan granat itu.
Heydrich yang mengerang kesakitan tertatih-tatih mencoba keluar dari mobilnya untuk mengejar sang pelempar granat. Tapi tak sampai 10 langkah, Heydrich ambruk. Heydrich segera dilarikan ke Rumahsakit Bulovka oleh seorang wanita dan polisi di dekatnya.
Baca juga: Heinrich Himmler, Arsitek Genosida Nazi
Mendengar kabar pahit itu, atasannya, Panglima Schutzstaffel (SS) Reichsführer Heinrich Himmler, sampai mengirimkan dokter pribadinya, Karl Gebhardt ke Praha.
“Himmler juga sampai datang menjenguknya pada 2 Juni. Tetapi Heydrich jatuh koma pada 3 Juni dan tak pernah siuman lagi. Ia dinyatakan meninggal pada 4 Juni, di mana otopsi menyimpulkan ia meninggal karena infeksi,” ungkap Steven Lehrer dalam Wannsee House and the Holocaust.
Kematian Heydrich “si arsitek Holocaust” kemudian memicu kebrutalan pasukan Jerman-Nazi terhadap ribuan orang tak berdosa atas nama pembalasan.
Antisemit Sejak Dini
Reinhard Tristan Eugen Heydrich merupakan anak sulung dari tiga bersaudara pasangan Richard Bruno Heydrich dan Elisabeth Anna Maria Amalia Krantz, yang lahirkan pada 7 Maret 1904 di Kota Halle, Jerman. Ia berasal dari keluarga kaya Katolik-Protestan lantaran Bruno Heydrich merupakan salah satu komposter ternama di Jerman.
Disingkap Fred Ramen dalam Reinhard Heydrich: Hangman of the Third Reich, mulanya Heydrich seorang bocah pemalu yang menyalurkan energinya lewat musik dan olahraga. Heydrich kecil menutupi rasa mindernya lantaran sering di-bully karena suaranya yang ‘cempreng’ dengan menekuni instrumen biola dan olahraga renang serta anggar.
Baca juga: Anggar untuk Hitler
Situasi Jerman pasca-Perang Dunia I menyeret Bruno untuk aktif politik di kubu nasionalis antisemit. Kedengkiannya pada Yahudi terpupuk gegara Bruno bertubi-tubi dihantam rumor bahwa dia keturunan Yahudi.
“Ibunya menikah lagi setelah ayahnya (Karl Julius Reinhold Heydrich) meninggal dan ibunya memakai nama suami barunya, Suess, di mana di Jerman saat itu nama tersebut berbau Yahudi. Suami barunya itu bukan Yahudi, namun rumor itu membuatnya jauh dari kalangan kelas atas di Halle. Sungguh ironis bahwa orang-orang yang membenci Yahudi mempersekusi seseorang yang juga sangat membenci Yahudi,” tulis Ramen.
Politik baru benar-benar merasuk ke diri Heydrich ketika Jerman diguncang Revolusi Jerman pada Februari 1919. Heydrich yang berusia 15 tahun merasa harus terlibat dengan menggabungkan diri ke laskar sukarela Freiwilliges Landesjägerkorps pimpinan Generalmajor Ludwig Maercker. Selepas masa konflik, Heydrich meninggalkan dunia musik untuk menseriusi politik di organisasi pemuda antisemit Deutschvölkischer Schutz- und Trutzbund pimpinan Albert Roth.
Namun belum lama berkecimpung di politik, Heydrich terpaksa harus menanggung nafkah keluarganya akibat sekolah musik yang didirikan ayahnya pailit pada 1921 menyusul depresi ekonomi. Demi gaji dan iming-iming tunjangan pensiun menggiurkan, Heydrich memutuskan masuk akademi Reichsmarine (Angkatan Laut Jerman) pada 1922.
Cerdas dan disiplin sejak kecil, dalam kurun enam tahun ia mampu mencapai pangkat Oberleutnant zur See (letnan laut). Dengan memadukan paras tampannya, pangkat itu dipergunakan Heydrich untuk menjerat banyak wanita. Salah satu yang terjerat adalah Lina Mathilde von Osten, gadis dari keluarga aristokrat yang ia temui dalam sebuah pesta medio 1930.
Baca juga: Perempuan-Perempuan dalam Pelukan Hitler
Namun meski sudah punya Lina, Heydrich masih jelalatan dengan wanita lain. Ulah “playboy”-nya itu akhirnya membuatnya dipecat dari Reichsmarine pada April 1931 dengan pesangon 200 Reichsmarks (RM) per bulan selama dua tahun.
“Banyaknya petualangan cinta membuatnya mendapat masalah dari atasannya ketika seorang ayah dari salah satu teman wanitanya, seorang direktur I.G. Farben dan teman Laksamana Erich Raeder (Panglima AL), komplain; tidak hanya si gadis hamil, namun saat disidang Heydrich juga berusaha melimpahkan kesalahan pada si gadis,” tulis Richard J. Evans dalam The Third Reich in Power.
Penjagal di Bawah Ketiak Himmler
Pemecatan tak mengurungkan niat Heydrich bertunangan dengan Lina. Gadis yang merupakan kader Partai Nazi sejak 1929 itu punya tempat tersendiri dalam hati Heydrich. Lina menularkan virus Naziisme dan membuat Heydrich menaruh minat terhadap Partai Nazi hingga masuk partainya Adolf Hitler itu pada 1 Juni 1931.
Berbekal pengalaman militer di Reichsmarine sebagai perwira bagian sinyal, Heydrich bergabung ke Schutzstaffel (SS), sayap militer Nazi, enam pekan berselang sebagai perwira bagian informasi.
Mengutip George C. Browder dalam Foundations of the Nazi Police State: The Formation of Sipo and SD, Heydrich melihat kesempatan untuk naik jabatan dengan sekejap kala mendengar desas-desus bahwa komandan SS, Himmler, akan membentuk sebuah badan intelijen baru di luar Reichswehr (angkatan bersenjata Jerman). “Jalan pintas” itu ia bangun memanfaatkan kenalan dekat tunangannya yang seorang petinggi Sturmabteilung (SA), Oberführer Baron Karl von Eberstein, ketika akan rapat dengan Himmler soal konsolidasi unit intel baru, Ic-Dienst.
Baca juga: Joseph Goebbels, Setia Nazi Sampai Mati
Dengan kereta malam dari Hamburg, berangkatlah Eberstein membawa serta Heydrich menuju Munich untuk bertemu Himmler di markas Partai Nazi. Tanpa persiapan apapun, Heydrich bakal menjalani interview yang akan mengubah catatan sejarah hidupnya.
“Himmler disebutkan bertanya tentang pengalamannya dalam kontra-intelijen dan Heydrich sebenarnya mengarang cerita tentang ini-itu. Himmler lalu memberinya waktu 20 menit untuk membuat kerangka organisasinya. Dengan mudah, Heydrich merancang semuanya mulai dari perlengkapan militernya, hingga jargonnya. Himmler terkesan dan merekrutnya saat itu juga,” tulis Browder.
Kandidat-kandidat lain dari perwira kepolisian pun seketika itu disingkirkan Himmler. Heydrich mulai bekerja pada 10 Agustus 1931 di Munich dengan pangkat sturmbannführer (setara mayor). Seksi intel SS saat itu masih bernama Ic-Dienst dan anggotanya baru Heydrich seorang. Ia bertanggungjawab langsung pada Himmler.
Dalam kurun dua tahun, Heydrich banting-tulang untuk membuat Himmler terkesan. Dengan rapi dan cermat, ia rutin memberi laporan-laporan intelijen dan kontra-intelijen terkait manuver-manuver politik Partai Nazi. Tidak hanya jadi mata-mata di lingkaran luar, namun juga di internal partai.
“Heydrich mengembangkan sebuah visi tentang Ic-Dienst sebagai sebuah instrumen pemantauan terhadap segenap kehidupan nasional Jerman, menjamin dominasi total partai, dan dia meyakinkan Himmler tentang visinya ini. Sebagai balasannya, pekerjaan Heydrich sangat diapresiasi Himmler yang menerima laporan-laporan tentang orang-orang yang berpotensi menjadi musuh di luar maupun di dalam partai,” tulis Adrian Weale dalam The SS: A New History.
Heydrich pun jadi perwira intel kepercayaan Himmler untuk menjabat kepala unit-unit kepolisian yang diambilalih Himmler. Selain Kepolisian Munich, ada Gestapo (Polisi Rahasia) yang didirikan Hermann Goering. Himmler mempercayakan jabatan deputi kepala Gestapo kepada Heydrich pada 1934. Jadilah Himmler dan Heydrich sebagai duet paling berkuasa dalam internal pemerintahan.
Ic-Dienst yang sejak 1932 bertransformasi menjadi Sicherheitdienst (SD), agensi intel saingan Abwehr (Intel Angkatan Bersenjata Jerman), juga jadi dinas yang dipegang Heydrich sebagai direkturnya dengan pangkat brigadeführer (mayor jenderal). Dalam operasi Malam Belati Panjang (30 Juni-2 Juli 1934), operasi pembersihan SA yang dilancarkan Hitler setahun setelah jadi kanselir, Heydrich berperan menyuplai informasi pada Hitler terkait siapa saja yang akan dilenyapkan agar kelanggengan jabatannya sebagai kanselir tak digembosi dari dalam.
Dua tahun pasca-aneksasi Jerman terhadap Austria, 12 Maret 1938, Heydrich mengambilalih kepemimpinan Komisi Kepolisian Kriminal Internasional –pendahulu Interpol– (ICPO) sehingga jabatannya merangkap deputi Himmler, kepala Kepolisian Jerman, dan direktur SD.
Semakin berkuasanya Heydrich, semakin menyebar pula teror terhadap ras-ras inferior lewat berbagai institusi yang didirikannya. Tak hanya di Jerman dan Austria, namun juga di negeri-negeri yang lantas diduduki Jerman-Nazi. Di Polandia, Heydrich mendirikan cabang Gestapo, Zentralstelle IIP Polen, dan gugus tugas SS, Einsatzgruppen. Unit paramiliter Nazi itu kondang menggelar pengusiran, deportasi, hingga pembantaian massal lewat Operasi Tannenberg dan Intelligenzaktion (1939-1940). Sekira 100 ribu nyawa melayang atas perintah Heydrich lewat dua operasi itu.
“Sejak 1941, sangat jelas bahwa Heydrich jadi salah satu motor utama penggerak kebijakan anti-Yahudi. Dia tak hanya mengontrol organisasi polisi, namun organisasi-organisasi lain yang dipercayakan oleh Himmler sebagai perantara antara dia dan Hitler untuk mencari dan mengimplementasikan ‘solusi akhir’,” tutur sejarawan Robert Gerwarth dalam Hitler’s Hangman: The Life of Heydrich.
Di tahun itu dan tahun berikutnya, Heydrich dipercaya memegang jabatan direktur Reichssicherheitshauptamt (RSHA) atau Badan Keamanan Negara dan Reichsprotektor Bohemia dan Moravia. Pangkatnya dinaikkan menjadi gruppenführer (jenderal). Ia dianggap paling cocok untuk meredam sentimen anti-Jerman yang mulai tumbuh di Praha dan sekitarnya.
“Ia dikenal dingin ketika menjalankan tugasnya sebagai motivator (pasukan SS), perencana dan organisator. Pernah satu ketika Hitler memujinya dengan sebutan ‘sosok berhati besi’,” ungkap Mario R. Dederichs dalam Heydrich: The Face of Evil.
Baca juga: Hermann Goering, Sang Tiran Angkasa Nazi Jerman
Namun, lama-kelamaan para prajuritnya merasa jengah membantai korban dengan penembakan massal. Mereka juga menganggap peluru lebih bernilai untuk kebutuhan perang dibanding untuk genosida. Tak mungkin mereka menghabisi ratusan ribu Yahudi yang tengah ditahan di kamp-kamp konsentrasi dengan metode itu lagi. Maka dibutuhkan solusi final untuk “pertanyaan (tentang) Yahudi” ini.
Diungkapkan Christopher R. Browning dalam The Origins of the Final Solution: The Evolution of Nazi Jewish Policy, September 1939-March 1942, perkara ini ditetapkan Reichsmarschall Hermann Goering dalam suratnya kepada Heydrich pada akhir Juli 1941. Intinya Goering memberi otoritas pada Heydrich untuk merancang solusi apapun guna mengatasi masalah Yahudi.
“Rencana tentang solusi itu diresmikan di Konferensi Wannsee, 20 Januari 1942. Konferensi dipimpin langsung Heydrich dan dihadiri 15 pejabat yang mewakili segenap pemerintahan Jerman-Nazi. Dalam rencana itu, sekitar 11 juta Yahudi Eropa akan masuk ke dalam solusi final itu,” tulis Browning.
Hasil dari Konferensi Wannsee itu diimplementasikan dengan pendirian kamar-kamar gas untuk melenyapkan Yahudi yang ada di ghetto-ghetto dan kamp-kamp konsentrasi. Sekira tiga juta Yahudi tewas oleh metode itu sampai perang usai.
Heydrich tak pernah mengetahui hasil akhir kebijakan itu maupun Perang Dunia II karena keburu tewas ketika perang masih berkecamuk. Ia tutup usia beberapa hari setelah percobaan pembunuhan oleh dua patriot Ceko yang dilatih intelijen Inggris, Jan Kubiš dan Jozef Gabčík. Kematian Heydrich karena percobaan pembunuhan tak membuat Hitler heran mengingat Heydrich selalu nekat berperjalanan dengan mobil terbuka yang tak dilapisi baja dan tanpa pengawalan.
“Tidak hanya pembunuh, pencuri pun punya kesempatan melihat gestur heroik dengan mobil terbuka, tanpa lapisan baja atau berjalan-jalan tanpa pengawalan dan itu tindakan bodoh. Mestinya orang yang tak tergantikan seperti Heydrich tak mengekspos dirinya dari bahaya semacam itu. Saya hanya bisa menyatakan hal ini sebagai kebodohan dan pikiran yang idiot,” kata Hitler ketus menanggapi kematian Heydrich, dikutip Callum MacDonald dalam The Killing of Reinhard Heydrich: The SS ‘Butcher of Prague’.
Kendati begitu, Hitler memerintahkan Himmler melancarkan aksi pembalasan atas kematian Heydrich. Sehari setelah Heydrich dimakamkan di Berlin pada 10 Juni 1942, pasukan SS dan Gestapo mengepung Desa Lidice dan Ležáky, 22 mil barat laut dari Kota Praha. Dua desa itu dicurigai Gestapo sebagai tempat persembunyian para pelaku. Total 1.300 laki-laki warga dua desa itu langsung dieksekusi, sementara 200 warga perempuan dikirim ke kamp konsentrasi. Dua desa itu pun hangus dibakar.
Baca juga: Adik Goering Anti-Nazi dan Penyelamat Yahudi
Tambahkan komentar
Belum ada komentar