Alex Kawilarang Anak Angkat Oerip Soemohardjo
Selain putra senior Oerip di KNIL, Alex Kawilarang juga mantan KNIL yang bersama Oerip membela RI.
SEKELOMPOK perwira muda KNIL berkumpul di rumah seorang senior. Mereka mengobrol santai. Sampailah mereka pada obrolan tentang gadis. Ada gadis yang di antaranya mereka golongkan sebagai gadis montok. Montok diartikan mereka sebagai mollig dalam bahasa Belanda yang mereka pelajari di sekolah.
“Kemontokannya dapat segera kita lihat,” kata salah seorang pemuda.
Si senior tentu mendengar soal gadis mollig tersebut. Dia pun berkomentar.
“Mollig tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat dirasakan,” kata si senior yang terkenal pendiam itu mengejutkan para pemuda yang merupakan bawahannya itu.
Begitulah yang diingat Rohmah Subroto dalam buku Letjen Oerip Soemohardjo 22 Februari 1893-17 November 1948.
Baca juga: Pak Oerip Nyaris Terkena Ranjau
Oerip memang dikenal pendiam. Termasuk oleh para perwira muda yang pernah berdinas di KNIL. Salah satu perwira muda itu adalah Alex Evert Kawilarang.
Pada hari-hari kerja di masa revolusi itu, Alex tak berada di Yogyakarta. Sebab, dia harus di posnya, sekitar Bogor Alex adalah komandan resimen di Bogor. Posisinya dekat dengan tentara Inggris. Wajah bila sebelum 1948, pertempuran antara Divisi Siliwangi dengan Tentara Inggris sering terjadi.
Sedangakan Oerip, sehari-harinya adalah Kepala Staf Umum (Kasum) Tentara Keamanan Rakjat (TKR) dan tinggal di Yogyakarta.
Ketika Alex mendaftar ikut tentara Republik, Alex malah disuruh ke Yogyakarta menemui Oerip Soemohardjo. Sampai di Yogyakarta, Alex berhasil menemui Oerip dan sering makan malam bersama.
“Pak Oerip bersikap kebapakan. Perawakannya besar dan waktu itu sehat-sehat saja,” kesan Alex Kawilarang terhadap komandannya itu dalam AE Kawilarang Untuk Sang Merah Putih.
Baca juga: Alex Kawilarang, Kisah Patriot yang Dicopot
Alex lalu bekerja di bawah Oerip. Dia baru berpisah ketika menjadi komandan resimen TKR di Bogor. Tapi hubungan Alex dan Oerip kemudian justru menjadi erat di luar urusan dinas. Salah satu penyebabnya, ikatan hubungan keluarga mereka di masa lalu.
Alex adalah anak laki-laki satu-satunya dari Alexander Herman Hermanus Kawilarang (1889-1944). Seperti Oerip, Alexander juga mantan perwira KNIL. Alexander adalah lulusan pelatihan calon perwira pribumi di Militaire School Meester Cornelis alias Sekolah Militer Jatinegara. Alexander lulus tahun 1912 sedangkan Oerip lulus dua tahun setelahnya. Jadi masa pertemuan Oerip dan Alexander di Jatinegara antara 1910 hingga 1912.
Alexander, kata studbook atas nama dirinya, lahir di Tondano, Sulawesi Utara pada 4 Juni 1889. Setelah berdinas di KNIL, Alexander menikahi Nelly Betsy Mogot dan memiliki beberapa anak. Alex punya beberapa saudara perempuan: Lise Norma, Alexandrina dan Fredrika Amelia. Ketika Alex kecil, nama Oerip sering disebut Alexander di rumah.
Baca juga: Panglima Alex Kawilarang dan Letnan Songong
Namun nasib Alexander tak semujur Oerip yang berumur panjang. Alexander hilang di perairan di Muko-muko pada 18 September 1944 ketika kapal tawanan perang Jepang yang ditumpanginya ditorpedo kapal selam Inggris.
Di zaman Jepang, Alex yang sudah 20-an tahun menjadi borunan tentara Jepang. Dia pernah mendapat siksaan parah waktu bertemu polisi Jepang di Lampung. Begitu Indonesia merdeka, Alex bersama sepupunya, Daan Mogot, berdiri di belakang Republik Indonesia dan termasuk di antara prajurit yang paling dikenal.
Selain hubungan pekerjaan, yakni sebagai bawahan-atasan, hubungan ayahnya dengan Oerip makin mendekatkan Alex dengan Oerip. Maka itu Alex sering bertamu ke rumah Oerip Soemohardjo di Yogyakarta.
“Kolonel Alex Kawilarang suka menginap di rumah Ibu dan Pak Oerip. Kolonel Alex Kawilarang katanya merupakan salah seorang ‘anak angkat’ favorit Ibu Oerip,” aku Dewi Rais Abin—yang juga pernah tinggal di rumah keluarga Oerip Soemohardjo—dalam Hidayat: Father, Friend, and a Gentlemen.
Dewi dititipkan ke keluarga Oerip karena ayahnya, Jenderal Mayor Hidajat, bertugas di Jawa Barat dan kemudian Sumatra. Menurut Dewi, kesamaan latar belakang keluarga yang sesama perwira KNIL itu membuat Alex diterima di rumah Oerip dengan senang hati.
Oerip dan Rohmah istrinya sudah hampir dua dekade menikah namun tak memiliki anak. Mereka hanya punya seorang anak angkat. Namun setelah 1945, orang yang diperlakukan sebagai anak oleh keluarga itu bertambah banyak. Selain Alex, ada Kapten Abdulkadir. Kepada istri dan anak Kapten Abdulkadir, istri Oerip juga suka.
Lantaran sudah dianggap anak, Alex tak canggung di rumah Oerip. Sebagai orang Minahasa, misalnya, Alex punya acara menghibur diri saat mandi. Untuk menyiasati dinginnya air, Alex biasa mengalihkan pikiran dengan bernyanyi sambil mandi.
“Ada kebiasaan Kolonel Alex Kawilarang yaitu suka bernyanyi di kamar mandi. Dan kalau kebetulan terdengar Ibu Oerip, suka ditegur,” kata Dewi Rais Abin.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar