Sabra, Superhero Israel Sarat Kontroversi
Sabra tidak sekadar sebutan Yahudi yang lahir di tanah Palestina tapi juga bersilang rujukan pada peristiwa pembantaian.
BELUM juga tayang, film Captain America: Brave New World yang dijadwalkan rilis tahun depan sudah menuai kritik dari kalangan pro-Palestina maupun pro-Israel sejak tahun lalu. Perkaranya gegara kemunculan karakter Ruth Bat-Seraph alias Sabra, superhero Israel.
Captain America: Brave New World yang rencananya dirilis pada 14 Februari 2025 itu digarap sineas Julius Onah sebagai film ke-35 dari semesta Marvel Cinematic Universe (MCU) sekaligus sekuel bagi miniseri televisi The Falcon and the Winter Soldier (2021). Mengisahkan Sam Wilson alias The Falcon (diperankan Anthony Mackie) yang melanjutkan tongkat estafet sebagai Captain America sepeninggal Steve Rogers (diperankan Chris Evans) sejak Avengers: Endgame (2019).
Captain America: Brave New World turut memunculkan karakter Sabra yang punya alter ego Ruth Bat-Seraph. Karakternya pun dimainkan aktris asal Israel Shira Haas.
Baca juga: Nostalgia Wolverine yang Orisinil
Sejak kemunculan pertamanya di komik Marvel pada 44 tahun lampau, Ruth Bat-Seraph alias Sabra punya latar belakang sesosok mutan yang jadi agen intelijen Israel, Mossad. Nama Sabra diambil dari nama sebuah tanaman kaktus pir berduri yang juga bermakna ganda merujuk pada sebutan orang Yahudi kelahiran tanah Palestina.
Di sisi lain, lema “Sabra” juga mengingatkan pada sejarah kelam Pembantaian Sabra dan Shatila (16-18 September 1982). Tragedi ini menelan korban sekira 3.500 jiwa kalangan Syiah Lebanon dan pengungsi Palestina di Sabra dan Kamp Pengungsian Shatila di Beirut, Lebanon.
Saat itu, Sabra dan Kamp Pengungsian Shatila dikepung Tentara Pendudukan Israel (IOF) untuk mencegah siapapun bisa keluar. Sementara sekira 400 milisi Kristen Lebanon pimpinan Elie Hobeika merangsek masuk untuk membabi-buta melepaskan tembakan.
Laporan komisi independen yang dipimpin Asisten Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Seán MacBride pada Februari 1983, “Israel in Lebanon: The Report of International Commission to enquire into reported violations of International Law by Israel during its invasion of the Lebanon” menyatakan, IOF yang menduduki Sabra dan Shatila ikut bertanggungjawab atas genosida yang dilakukan milisi Kristen Lebanon tersebut. Israel yang membentuk Komisi Kahan pun mengakui bahwa IOF tidak melakukan apapun untuk mencegah pembantaian yang dikecam dunia itu hingga berujung pada mundurnya Menteri Pertahanan Ariel Sharon.
Baca juga: Empat Selebriti Hollywood yang Berseragam Pasukan Israel
Ditambah dengan masih berlangsungnya serangan tanpa pandang bulu IOF di Jalur Gaza dan perkara pemukim ilegal di Tepi Barat sejak Oktober 2023 membuat kalangan pro-Palestina menyerukan pemboikotan film Captain America yang diplesetkan jadi “Captain Apartheid” tersebut.
“Dengan mengglorifikasi polisi dan tentara Israel, Marvel mempromosikan kekerasan Israel terhadap penduduk Palestina dan membiarkan penindasan yang dialami jutaan warga Palestina yang hidup di bawah militer dan otoriarianisme Israel terus berlanjut,” ungkap organisasi nirlaba Institute for Middle East Understanding di akun X-nya, dikutip The New York Times, 15 September 2022.
Superhero Israel Pertama
Kelahiran Sabra dengan alter ego Ruth Bat-Seraph dibidani duet penulis William Timothy ‘Bill’ Mantlo dan ilustrator Silvio ‘Sal’ Buscema pada 1980. Karakternya diciptakan guna menambahkan sosok cameo untuk komik karya mereka, The Incredible Hulk nomor 250 edisi Agustus 1980. Karakter yang sama kemudian muncul lagi dengan debutnya sebagai salah satu karakter utama di komik The Incredible Hulk nomor 256 edisi Februari 1981.
Penamaan Sabra merupakan usul dari penyanyi Belinda Glass yang juga istri sesama penulis Marvel, Mark Gruenwald. Inisiatifnya dari nama kaktus pir. Sebutan “Sabra” untuk menyebut orang Yahudi yang lahir di tanah Palestina sendiri mulai dikenal pada 1930-an. Namun dua tahun pasca-debutnya di komik, terjadilah Pembantaian Sabra dan Shatila.
“Penulis Bill Mantlo tidak pernah meniatkan ada hubungan dengan pembantaian (Sabra dan Shatila), di mana ia menulisnya setahun sebelum peristiwa itu. Akan tetapi penulis berdarah Italia itu sempat memodifikasi namanya dan menjelaskan alasan-alasannya di bagian introduksi cerita,” ungkap Valerio Rota dalam artikel “Aspects of Adaptation: The Translation of Comics Formats” yang termaktub pada buku Comics in Translation.
Baca juga: Serba-serbi Superhero Pertama Asia
Modifikasi itu, lanjut Rota, dimunculkan Mantlo pada komik terbitan Star Comics yang berbahasa Italia, Fantastici Quattro nomor 8 edisi Mei 1989. Di komik itu, karakter Sabra diubah namanya menjadi Saba.
Identitas Ruth Bat-Seraph alias Sabra diberikan Mantlo pada edisi debutnya, 1980 dan 1981, sebagai mutan yang lahir di sekitar kota tua Yerusalem. Ia pun menjadi agen manusia super pertama yang menjadi polisi dan kemudian menjadi agen Mossad.
Mantlo juga memperkenalkan Sabra sebagai sosok mutan dengan kekuatan manusia super yang kuat, cepat, lincah, punya daya tahan tangguh serta stamina prima. Sebagai agen Mossad, Sabra cakap dalam menggunakan berbagai persenjataan tempur serta terlatih akan metode-metode pencegahan anti-teroris.
“Cerita Ruth Bat-Seraph adalah cerita stereotip khas Amerika tentang pemudi Yahudi Israel. Ia lahir di sebuah kibbutz (pemukiman Yahudi) dekat Yerusalem dengan kedua orangtuanya pahlawan perang Israel. Kekuatan mutan termanifestasi dalam dirinya di masa muda. Ia kemudian dieksploitasi pemerintah Israel untuk bekerja di Mossad sebagai mutan yang dipersenjatai,” kata Amanda Furiasse dalam artikel “Savage Monster of Grieving Mother? Sabra and Marvel’s Political Theology of Reconciliation in Israel-Palestine” yang termaktub di buku Theology and the Marvel Universe.
Sementara, sosok Sabra digambarkan Buscema berambut ikal dengan ikat kepala putih berlambang Bintang Daud. Ia berkostum laiknya bendera Israel, bodysuit ketat putih dengan dua garis biru, ditambah jubah biru, dan sebuah Bintang Daud tersemat di dadanya.
“Pada (komik) Incredible Hulk nomor 256, diceritakan Sabra mulanya keliru mengasumsikan Hulk bekerjasama dengan teroris Arab. Setelah pesawatnya jatuh dekat kota Tel Aviv, Sabra mengonfrontir Hulk dan menganggap ia bertanggungjawab atas serangan teroris. Nyatanya setelah Sabra menghabiskan kekuatan Hulk, ia menyadari bahwa Hulk faktanya sedang berusaha melindungi seorang bocah Arab bernama Sahad dari kemarahan Sabra. Bocah Arab itu mengingatkan Sabra pada mendiang putranya yang tewas tragis dalam sebuah serangan teroris,” lanjut Furiasse.
Marvel Studios akhirnya memodifikasi karakter Sabra dalam film Captain America: Brave New World. Kendati diperankan aktris Israel dan berdialog dengan logat Israel pula, identitas aslinya sebagai zionis Israel dan agen Mossad diubah menjadi agen Black Widow yang lebih kental dengan operasi intelijen Rusia, sebagaimana karakter Natasha Romanoff di film Black Widow (2021).
“Meski karakter-karakter dan cerita-cerita kami terinspirasi dari buku-buku komik tetapi akan selalu ada imajinasi baru yang segar untuk layar lebar dan penonton kekinian dan tim produksi film mengambil pendekatan baru dengan karakter Sabra yang pertamakali diperkenalkan di komik lebih dari 40 tahun lalu,” bunyi pernyataan Marvel Studios, disitat The New York Times, 15 September 2022.
Alhasil, nama Sabra pun sekadar disebutkan Ruth Bat-Seraph. Oleh karenanya film ini juga kemudian menuai kritik dari kalangan pro-Israel.
“Keputusan untuk melucuti identitas identitas Israel dari (karakter) Sabra adalah tindakan pengkhianatan kepada penciptanya dan fans dan juga sebagai kapitulasi terhadap intimidasi. Sabra adalah pahlawan Israel yang dibanggakan dan sudah semestinya digambarkan demikian,” tukas organisasi pro-Israel American Jewich Committee, dilansir Vox, 28 Juli 2024.
Baca juga: Black Widow Bukan Jagoan Biasa
Tambahkan komentar
Belum ada komentar