Muslim Penting dalam Musik Pop
Sejak kecil di Amerika, pria Turki ini peduli pada kulit hitam Amerika. Berperan penting mempopulerkan musik pop dunia.
SEMUA tahu, mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) suka musik pop, terutama musik di zaman dirinya masih muda. Ketika SBY muda, Bee Gees, band keluarga Gibbs yang asal Australia, tengah naik daun. Salah satu lagu Bee Gees, “Don’t Forget To Remember (1969)”, pernah dinyanyikan SBY dengan iringan sebuah band.
Lagu Bee Gees yang tidak melibatkan Robin Gibbs itu dirilis Polydor dan Atco. Atco adalah perusahaan rekaman (lebel) yang merupakan anak perusahaan dari Atlantic Record. Atco pada akhir 1960-an juga mengurusi band dahsyat seumur jagung bernama Cream, yang gitarisnya Eric Clapton. Atco besar perannya pada era 1950-an dan 1960-an namun berkurang pada era 1970-an. Atlantic Record sebagai perusahaan induk berperan besar pada artis-artis Atco juga.
Atlantic Record sendiri tak bisa dilepaskan dari nama Ahmet Ertegun. Sejak 1947, Ahmed bersama kakaknya, Nesuhi Ertegun, dan beberapa temannya mulai membangun Atlantic Record dengan modal pinjaman 10.000 dolar dari dokter giginya. Usaha mereka terus berkembang.
Baca juga:
Dari perusahaan rekaman, Atlantic Record lalu melebarkan sayapnya dengan menjadi perusahaan distribusi piringan hitam atau kaset dari bermacam-macam album. Ahmet Ertegun yang –lahir di Istanbul, Turki pada 31 Juli 1923– suka jazz sejak kecil dan cukup peduli pada orang-orang kulit hitam yang terpinggirkan masyarakat kulit putih itu lalu juga “menjual” musik mereka. Album jazz orang-orang kulit hitam direkamnya, termasuk Ray Charles (1930-2004).
“Saat saya mengejar Ray Charles, tidak ada yang mencari Ray Charles. Ray Charles telah membuat beberapa rekaman tetapi tidak laku,” kata Ahmet Ertegun (1923-2006) dalam wawancaranya dengan Slate, 2005.
Langkah “gila” Ahmet tak salah. Ray Charles terus meroket dan kemudian dikenal sebagai pionir genre soul. Tentu saja Ahmet bisa berbangga dengan apa yang dilakukannya.
“Aku akan senang jika orang mengatakan bahwa aku melakukan sedikit untuk meningkatkan martabat dan pengakuan atas kebesaran musik Afrika-Amerika,” sambung Ahmet.
Baca juga:
Setelah jazz, musik pop, rythem and blues (R&B) dan rock pun disasaran Atlantic Record. Selain Bee Gees, Cream, dan Ray Charles, Atlantic Record setidaknya pernah menggandeng nama-nama top dalam dunia musik – baik perorangan maupun band– mulai dari Bobby Darin, Aretha Franklin, Rolling Stones, Otis Redding, Genesis, Led Zeppelin, Coasters, Roberta Flack, Spinners, Allman Brothers, Foreigne, hingga Yes.
“Aku hampir saja mengontrak Elvis Presley. Aku menawar $25.000 untuk kontraknya dan mereka meminta $45.000 dan aku tidak punya $20.000 lainnya. Aku seharusnya mendapatkan The Beatles. Tapi salah satu pengacaraku agak mengacau,” aku Ahmet Ertegun.
Ahmet adalah pengarah musik yang jeli dan peka dalam bisnis rekaman musik. Ketika Bee Gees tenggelam pada pertengahan 1970-an, Ahmet selaku pemuka Atlantic Record mengarahkan Bee Gees bersama produser Turki-Amerika bernama Arif Mardin (1932-2006) untuk merilis album soul dengan sedikit lagu-lagu balada. Hasilnya adalah album Mr Natural (1974) yang ditelurkan di bawah label RSO yang bermitra dengan Atlantic Record.
Bee Gees makin bergerak ke disko setelah album itu tak selaris album-albumnya di era 1960-an. Pada 1977, akhirnya Bee Gees merilis album bernuansa disko, Saturday Night Fever, sebagai soundtack film berjudul sama yang dibintangi John Travolta. Di dalamnya ada lagu “How Deep Is Your Love”, “Stayin' Alive” dan “Night Fever” yang membuat Bee Gees naik daun lagi. Lagi-lagi, ide Ahmet moncer.
Baca juga:
Ahmet merupakan anak seorang politikus cum diplomat Turki Munir Ertegun. Selain pernah menjadi duta besar, Munir juga pernah menjadi wakil Turki di Liga Bangsa-Bangsa, badan semacam PBB yang didirikan pasca-Perang Dunia I. Munir ikut dalam perjuangan nasional Turki bersama Mustafa Kemal Attaturk.
“Ayah saya termasuk dalam kelompok terdekat Ataturk. Mereka tinggal bersama selama Perang Pembebasan di Turki,” kata Ahmet.
Profesi ayahnya itu membuat Ahmet berpindah-pindah tempat tinggal. Dia pernah tinggal di London dan Washington DC. Sejak umur 7 tahun, Ahmet tinggal di Amerika Serikat hingga dia menikmati banyak peradaban Barat. Meski minum vodka, minuman keras yang dilarang Islam, Ahmet tetap rajin shalat lima waktu.
“Saya seorang Muslim sejak lahir,” ujar Ahmet.
Sepeninggal ayahnya, yang meninggal dunia di Amerika Serikat ketika menjadi duta besar Turki di sana, Ahmet dan kakaknya memilih menetap. Mereka kemudian terjun ke dalam bisnis musik dan sukses.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar