Kutukan La Llorona Melintasi Zaman
Legenda arwah paling dikenal di Meksiko diangkat ke layar lebar. Kisahnya masih lestari di kalangan anak-anak hingga kini.
SEORANG bocah larut dalam kegembiraan bersama kakak, ibu, dan ayahnya di sebuah padang rumput di Meksiko tahun 1673. Bocah itu turut menggenggam sebuah amulet di tangannya. Namun selepas ia memejamkan mata, segalanya hilang. Bocah itu justru menemukan ibunya tengah membunuh kakaknya di sungai.
Adegan kontras itu menjadi prolog bagi kejadian-kejadian horor berikutnya yang disuguhkan sutradara Michael Chaves dalam The Curse of La Llorona, film yang menjadi spin-off dan produksi keenam dari “semesta Conjuring”. Chaves langsung mengganti setting ke tahun 1973 dan pada sebuah keluarga di Los Angeles.
Keluarga itu hanya ditopang Anna Tate-Garcia (diperankan Linda Cardellini), single mother yang ditinggal mati suaminya. Ia bekerja di dinas sosial untuk menghidupi kedua anaknya, Chris (Roman Christou) dan Samantha (Jaynee-Lynne Kinchen).
Perubahan kehidupan keluarganya bermula dari kasus yang menimpa seorang ibu tunggal lain, Patricia Alvarez (Patricia Velásquez). Dalam laporan kantor dinas sosial, Patricia disebutkan telah melakukan kekerasan pada kedua anaknya, Carlos dan Tomas.
Saat kediaman Patricia disambangi, didapati sang ibu menyembunyikan kedua putranya di sebuah ruangan sempit. Patricia menjerit agar pintunya tak dibuka. Namun Anna jadi penasaran. Setelah ditempatkan di panti sosial oleh Anna, keesokannya Carlos dan Tomas ditemukan tak bernyawa di dasar sungai.
Patricia murka. Ia tak terima anaknya tewas gara-gara Anna. Carlos dan Tomas mestinya tetap bersembunyi agar tak diculik La Llorona (Marisol Ramirez). Kedua anak Anna pun bergantian dihantui La Llorona. Keduanya bahkan nyaris tewas dalam sejumlah adegan-adegan menegangkan.
Anna yang ketakutan mencari pertolongan pada Pastor Perez (Tony Amendola), sosok “penghubung” antara film ini dengan lima produksi “Conjuring Universe” lainnya. Dari sang pastor-lah Anna mendapatkan cerita bahwa yang menghantui mereka adalah La Llorona, hantu jahat bergaun putih yang berarti “wanita yang menangis”.
Baca juga: Asal Usul Valak, Setan dari Masa Kegelapan
Dalam legenda Meksiko, papar Pastor Perez, La Llorona mulanya merupakan gadis cantik bernama Maria yang dipersunting pria kaya. Mereka hidup bahagia dengan dua orang anak. Tapi kebahagiaan itu hanya seumur jagung lantaran sang suami selingkuh. Sebagai bentuk pembalasannya, Maria membunuh kedua anaknya dengan menenggelamkan mereka ke sungai.
Arwah Maria tak diterima di surga hingga menjadi hantu penasaran yang digambarkan berpakaian gaun putih dengan mengeluarkan darah dari kedua matanya. Ia kerap mencari anak-anak untuk dijadikan tumbal agar kedua anaknya sendiri bisa kembali. “Sampai sekarang cerita itu masih sering diperdengarkan para ibu saat anak-anak mereka sedang nakal,” tutup Pastor Perez bercerita.
Demi menyelamatkan kedua anaknya, Pastor Perez menyarankan Anna menemui seorang curandero (paranormal) Rafael Olvera. Lantas, berhasilkah Anna menyelamatkan anak-anaknya dari ancaman La Llorona? Baiknya tonton sendiri film berdurasi 93 menit ini yang sudah rilis sejak 19 April 2019.
Kendati dikemas dengan cukup apik, The Curse of La Llorona dianggap beberapa kritikus terlalu sering menonjolkan jump scare diiringi tata suara garapan komposer Joseph Bishara yang mendukung rasa kaget penonton. Namun, film ini cukup laris. Keuntungan di hari penayangan pertamanya di Amerika Serikat mencapai USD12 juta, padahal cost production hanya USD9 juta.
Antara Mitos dan Fakta
La Llorona merupakan arwah yang menjadi salah satu legenda paling dikenal di Meksiko. Karakternya yang suka menculik anak dan dijadikan mitos para orangtua untuk menakuti anak-anaknya, mirip wewe gombel di Jawa. Kisahnya juga mirip legenda Dewi Lamia atau dan hantu Medea di Yunani.
Masyarakat Meksiko percaya, barangsiapa yang tak berbalik arah saat mendengar isak tangis La Llorona, anak itu akan jadi sasarannya. Barangsiapa yang mendengar La Llorona menjerit, maka dia akan ditimpa kemalangan.
Baca juga: Setan Indonesia (Jawa)
“Saya belum sempat menonton filmnya! Tapi yang bisa saya katakan adalah, banyak klaim yang bilang bahwa itu (sosok La Llorona) lebih dari cerita atau legenda belaka,” ungkap Aneth Caldera Gaytan, warga negara Meksiko asal Zacatecas, kepada Historia.
Meski kengerian sosoknya diyakini nyata, fakta La Llorona masih bertabur aneka argumen. Banyak yang menyebut nama aslinya Maria, namun satu pendapat mengklaim namanya adalah Maya, sebagaimana yang dipaparkan Rudolfo Anaya dalam La Llorona: The Crying Woman.
Asal-usulnya? Jelas beragam. Beberapa literatur mengatakan La Llorona eksis sejak abad ke-17 saat Meksiko masih koloni Spanyol dengan nama Nueva España. Namun, satu literatur menyebutkan La Llorona aslinya adalah setan dari Jerman. La Llorona versi Jerman justru sudah eksis dua abad sebelumnya.
“Bacil F. Kirtley dalam artikelnya yang luar biasa ‘La Llorona and Related Themes’, melakukan pelacakan asal-usul La Llorona dari tradisi Jermanik dan Aztec. Pada dasarnya dia menyatakan eksistensi La Llorona adalah dari Jerman yang disebut sebagai ‘Dia Weisse Frau’ pada 1486. Eksistensinya juga tercatat dalam puisi Kaspar Brushchipus berjudul Chronologia Monasteriorum Germaniae Praeckpuorum yang ditulis pada 1552 dan kemudian diterbitkan di Sulzach pada 1682,” sebut Timothy P. Fong dalam Ethnic Studies Research: Approaches and Perspectives.
Fong juga menyebutkan, saat investigasi Kirtley mendapat temuan bahwa La Llorona berkelindan dengan legenda Aztec yang merupakan jelmaan Dewi Cihuacóatl alias Si Dewi Ular. Ancaman yang mengiringinya serupa. Penampakannya pun nyaris sama, di mana Cihuacóatl yang bergaun putih acap datang di malam hari namun kepalanya terdapat tanduk mengerikan. Cihuacóatl kerap menangis dan menjerit mencari anak-anak untuk diculik.
Versi lain mengatakan bahwa La Llorona berhulu dari kisah La Malinche, wanita Nahua yang jadi gundik penjejalah Portugis Hernán Cortés. Ia menjelma menjadi hantu gentayangan setelah dicampakkan Cortés kala masa penjelajahan Spanyol di Meksiko pada 1519.
Terlepas dari banyaknya versi asal-usul, La Llorona eksis melintas zaman dan juga lintas negeri. La Llorona jadi “zat” yang ditakuti di Kuba, Spanyol, dan tentunya Amerika Serikat sebagai tetangga terdekat Meksiko.
Baca juga: Horor Sadis Keluarga Pengabdi Iblis
“Tidak lain karena kesohoran legendanya yang turut dibawa para pendatang dari Meksiko ke barat daya Amerika seiring dibukanya permukiman pada abad ke-16 oleh Spanyol. Kisahnya diceritakan dari mulut ke mulut secara turun-temurun. Makanya kisahnya sangat dikenal oleh para penduduk di New Mexico, Texas, atau California, sebagaimana di Kuba atau Spanyol,” tandas Ray John de Aragón dalam The Legend of La Llorona.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar