Dirundung Gara-gara Payung
Jonas Hanway dicemooh ketika pertama kali menggunakan payung di jalanan London pada abad ke-18. Meski diejek kurang maskulin, kebiasaannya justru diikuti banyak orang dan payung menjadi populer di kalangan pria.”
Jonas Hanway mungkin bukan orang yang pertama kali menemukan payung. Tetapi namanya akan selalu dikenang dalam sejarah kemunculan payung di Inggris, khususnya kota London. Sebab, ia disebut sebagai pria pertama yang terlihat mengenakan payung di jalanan London pada abad ke-18.
Menurut William Sangster dalam Umbrellas and Their History, Hanway yang dikenal sebagai pebisnis, filantropis, dan pelancong itu mulai tertarik terhadap payung ketika ia berkunjung ke Persia. Di sana, pria kelahiran Portsmouth, 12 Agustus 1712 itu melihat bahwa penduduk Persia terbiasa menggunakan payung sebagai pelindung dari sinar matahari.
“Hanway yang selalu berpakaian rapi dan memiliki kulit yang halus mungkin merasakan manfaat menggunakan payung selama perjalanannya di Persia, sekembalinya dari luar negeri, ia menjadi terbiasa menggunakan payung saat beraktivitas di luar ruangan,” tulis Sangster.
Baca juga:
Hanway yang jarang keluar rumah tanpa membawa payung segara menarik perhatian orang-orang di jalanan London. Banyak orang sezamannya menganggap pendiri Marine Society dan pengelola Rumah Sakit Anak Yatim Piatu itu sebagai sosok yang eksentrik karena kebiasaannya itu.
Charles G. Harper menulis dalam The Portsmouth Road and Its Tributaries To-Day and in Days of Old bahwa payung yang digunakan Hanway pada masa itu merupakan sebuah benda berat yang kerangkanya terbuat dari kayu dan kain yang diminyaki, dengan gagang seperti sapu lidi.
Namun, alih-alih mendapat pujian, Hanway justru menjadi sasaran ejekan dan cemoohan dari pengguna jalan lainnya. Sebab, pada masa itu kebiasaan menggunakan payung umumnya dilakukan oleh para perempuan. Kala itu, benda yang digunakan untuk melindungi para perempuan dari hujan ketika beraktivitas di luar rumah dikenal dengan nama parasol.
“Dengan keberaniannya yang luar biasa, ia adalah orang pertama yang membawa payung di jalanan London pada saat membentangkan benda yang kini menjadi barang yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari ini dianggap sebagai tindakan yang tidak pantas untuk dilakukan seorang pria, dan disambut dengan sorak-sorai atau teriakan kasar para pengganggu yang mengejeknya dengan kalimat ‘orang Prancis, orang Prancis, mengapa kamu tidak menyewa kereta kuda saja?’,” tulis Harper.
Ejekan yang diarahkan kepada Hanway seringkali berasal dari sopir-sopir kereta kuda yang menawarkan jasanya kepada para pengguna jalan, khususnya saat musim hujan tiba. Mereka khawatir mata pencahariannya akan hilang bila orang-orang terbiasa menggunakan payung saat menyusuri jalanan di tengah hujan. Oleh karena itu, mereka tak suka dengan keberanian Hanway yang selalu membawa alat pelindung diri tersebut ketika beraktivitas di jalanan London.
Baca juga:
Menurut Crawford, selain menjadi sasaran olok-olok dan ejekan, Hanway juga dikritik karena menentang tujuan surgawi dari hujan, yang hadir untuk membuat orang basah. Sentimen negatif terhadap kebiasaan Hanway membawa payung juga muncul dari beberapa kenalannya yang berasal dari kalangan menengah atas London. Beberapa di antara mereka bahkan curiga bahwa pria itu terserang suatu penyakit ketika berkunjung ke Persia sehingga ia tak bisa lepas dari payungnya. Terkait hal ini, Hanway sering mengungkap alasannya menggunakan payung kepada kenalannya. Ia mengatakan bahwa dirinya dalam kondisi sehat setelah kembali dari Persia dan sang filantropis itu menyebut kebiasaannya menggunakan payung di luar rumah karena ia merasakan manfaat dari benda tersebut.
Meski begitu, ejekan dan olok-olok yang diarahkan kepada Hanway tidak memengaruhinya. Ia merasa nyaman dengan payungnya dan terus menggunakannya. Sikap revolusioner yang ditunjukkan Hanway melalui kebiasaannya itu lambat laun membuat payung menjadi populer di kalangan pria. Memasuki abad ke-19, payung hidup berdampingan dengan parasol, dan pria yang menggunakan payung saat menyusuri jalanan tidak lagi menjadi pemandangan yang aneh. Setelah kematian Hanway pada tahun 1786, John Pugh menulis kesan tentangnya:
“Saat hujan turun, sebuah parapluie (jenis payung yang umum digunakan pria, red) kecil melindungi wajah dan wignya; dengan demikian ia selalu siap untuk bertemu atau masuk ke dalam perkumpulkan mana pun tanpa terlihat lusuh atau tidak rapi. Dan dia adalah orang pertama yang berani berjalan di jalanan London dengan payung di atas kepalanya; setelah membawanya selama hampir tiga puluh tahun, ia melihat payung mulai digunakan secara umum,” tulis Pugh sebagaimana dikutip Crawford.
Kendati tidak diketahui pasti apakah Hanway menggunakan payungnya untuk melindungi diri dari matahari dan juga hujan, yang pasti, ia menciptakan sensasi ketika pertama kali mulai berjalan dengan payungnya, dan seiring dengan meningkatnya popularitas payung di kalangan penduduk London pada abad ke-19, permintaan terhadap benda ini semakin tak terbendung.
Bethanne Patrick & John Thompson menulis dalam An Uncommon History of Common Things bahwa toko payung pertama, James Smith and Sons, dibuka di London pada tahun 1830 dan masih beroperasi hingga saat ini. Produk awalnya terbuat dari kayu atau tulang ikan paus dan biasanya dilapisi dengan kanvas yang diminyaki. Langkah besar terkait dengan perkembangan payung adalah desain rangka baja untuk payung yang dibuat oleh pembuat alat tenun Samuel Fox pada 1852.
“Dalam beberapa tahun terakhir, lapisan ozon yang semakin menipis telah meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap dampak sinar matahari. Selama beberapa dekade, orang-orang mengandalkan tabir surya dan krim serta losion tabir surya untuk menghalau sinar yang berbahaya, namun seiring dengan pengetahuan kita tentang berbagai jenis sinar, penggunaan payung dan parasol untuk melindungi diri dari sinar matahari kembali populer,” tulis Patrick dan Thompson.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar