Kisah Mantan Pilot John F. Kennedy
Mantan pilot JFK ini ikut dalam awal eksplorasi pertama orang Amerika di Papua. Gunung biji tembaga yang dieksplorasinya dikeruk hingga kini.
SEBUAH kapal kargo tiba di Timika, Papua pada September 1967. Kapal itu lalu mengeluarkan beberapa peti yang kemudian dibawa ke sebuah lapangan rumput di pantai. Peti-peti berisikan logam itu lalu dirakit.
Perakitan logam-logam dari peti-peti itu rupanya menjadi pemandangan menarik bagi orang-orang Komoro. Setiap hari, ada 200-an orang Komoro yang menonton para teknisi itu bekerja.
Yang dirakit orang asing itu ternyata sebuah pesawat helikopter tipe Bell 204 B, yang hanya bisa memuat dua orang saja, termasuk pilotnya. Tentu orang-orang Komoro belum pernah melihatnya.
“Pesawat pertama siap terbang pada pagi 20 September (1967), Don LaFreniere, pilot senior, menaiki tangga kecil, masuk ke dalam, dan menutup pintu. Orang Irian itu meraung keras. Mereka yakin monster logam itu telah melahapnya,” catat Forbes Wilson dalam The Conquest of Copper Mountain.
Penduduk yang melihat heli itu tampak panik. Kepanikan itu justru membuat Don risih dengan yang terjadi di luar pesawat. Alhasil ia membuka pintu dan meminta orang-orang Komoro itu menjauh dari pesawat. Don ingin sekali segera menghidupkan mesin helokopternya. Setelah dirasa orang-orang itu aman dari pesawat, barulah dia bisa menghidupkan mesin. Kesiapan helikopter vital dalam mendukung kerja orang-orang Amerika itu selanjutnya.
“Saat bilahnya berputar dan helikopter terangkat ke udara, mereka lari ketakutan ke hutan bakau di dekatnya,” catat Wilson.
Suara mesin helikopter serta putaran baling-balingnya menakutkan orang-orang Komoro. Benda itu tidak pernah mereka lihat sebelumnya.
Baca juga: CIA Menggulingkan Sukarno demi Emas di Papua
Orang-orang Amerika itu sementara dipimpin Belfour Darnell. Untuk operasional di Timika itu, sebut George A Mealy dalam Grasberg, Darnell bermodal dua peta tua wilayah Papua sisa Perang Dunia II dengan skala 1:1 juta yang nyaris tidak berguna. Sebab, hal terpenting yang harus dimiliki Darnell adalah foto-foto yang menggambarkan suasana sekitar puncak Carstenz (kini disebut Puncak Jayawijaya).
Namun cuaca musim hujan agak mengganggu mereka. Tiap kali sebangun pagi, mereka menunggu saat yang baik untuk terbang. Jika cuaca baik, mereka akan terbang menerobos kabut. Helikopter mereka harus terbang melebihi ketinggian 4300 meter di atas permukaan laut sampai mereka menemukan apa yang mereka cari.
“Kami melihat ke bawah melalui celah awan dan di bawah terlihat Ertsberg. Don terbang mendatar dan kami pun langsung turun serta terbang di atas puncak. Kemudian mencari tempat mendarat di sebuah lembah di balik puncak gunung,” kenang Darnell dalam Grasberg, yang lalu turun memfoto lokasi dan mencari tiktik yang baik untuk perkemahan.
Baca juga: Catatan Silam Freeport di Papua
Apa yang mereka cari itu adalah sesuatu yang dilihat oleh Jean Jacques Dozy dalam Ekspedisi tahun 1936, yakni sebuah gunung bijih yang mengandung tembaga. Dozy melaporkannya pada 1939 dalam sebuah jurnal.
Pada 1959, jurnal itu dibaca Jan van Gruisen yang bekerja di Oost Borneo Maatschappij (OBM). Setelahnya, laporan itu terbaca oleh Forbes Wilson yang bekerja di Freeport. Kedua perusahaan itu meneliti lebih lanjut apa yang dilihat Dozy. Setelah 1967, penggalian pun dilakukan kedua perusahaan. Namun, OBM tak benar-benar aktif ikut serta menggali Ertsberg. Sementara Freeport konsisten menggali di sana hingga hari ini. Sedari hanya mendapat tembaga sampai akhirnya mendapat emas yang terus mereka gali hingga kini. Darnell dan LaFreniere sendiri bekerja untuk Freeport.
Baca juga: Papua di Tangan Soeharto
Don LaFreniere, sebagaimana disebut George Mealy, adalah mantan mayor Angkatan Udara Amerika Serikat. Sebelum ikut Freeport, dia pernah menjadi pilot dari John Fitzgerald Kennedy semasa berkampanye dalam pemilihan presiden Amerika. Sebagai pilot, LaFreniere paham geografi dan punya imajinasi bagaimana Freeport harus membangun jalan untuk membawa hasil kerukan biji tembaga itu ke pelabuhan.
Ketika LaFreniere bekerja untuk Freeport di Papua, Keneddy sudah lama terbunuh karena ditembak di Dallas pada 22 November 1963. Beberapa bulan setelah LaFreniere mengantar Darnell ke sekitar Ertsberg, anggota tim sukses sekaligus adik John F. Keneddy, yakni Senator Robert Keneddy, terbunuh pada 5 Juni 1968.*
Baca juga: Tragedi Kematian Kennedy
Tambahkan komentar
Belum ada komentar