Masuk Daftar
My Getplus

Alkisah Berghof dan Sarang Elang Hitler

Di akhir perang, pasukan Sekutu menyatroni vila Hitler. Membawa beraneka “oleh-oleh”, termasuk arloji yang laku dibeli orang Yahudi di pelelangan.

Oleh: Randy Wirayudha | 03 Agt 2022
Adolf Hitler kala "staycation" di ruang kerjanya di vila Berghof (Bundesarchiv)

PELELANGAN sebuah barang acapkali menghebohkan publik. Terlebih bila barang yang dilelang punya cerita di baliknya.

Hal itulah yang dialami sebuah arloji klasik keemasan yang dilingkari tali kulit hitam buatan LeCoutre ketika dilelang baru-baru ini. Pasalnya, arloji yang diberi merk Andreas Huber –supplier resmi arloji tersebut– itu memiliki kaitan dengan Nazi, partai fasis Jerman. Maka komunitas Yahudi pun naik pitam ketika mengetahuinya. European Jewish Association memprotesnya.

Pihak rumah lelang mengklarifikasi bahwa pelelangan itu bukan untuk mempropagandakan kembali Nazi atau nama Hitler. Terlebih pemenang lelang arloji itu seorang Yahudi yang tak diumbar identitasnya.

Advertising
Advertising

“Baik buruknya sejarah, bendanya sendiri tetaplah harus dilestarikan. Jika Anda menghancurkan sejarah maka takkan ada bukti bahwa sejarah itu terjadi,” tutur Mindy Greenstein, wakil presiden rumah lelang tersebut, diberitakan New York Post, Senin (1/8/2022).

Baca juga: Kuliner Kesukaan Der Führer

Arloji itu sebetulnya cukup unik buat arloji yang berasal dari era 1930-an. Penunjuk waktunya menghadap ke dalam dan bertumpu pada satu sisi engselnya yang bisa dibolak-balik dengan hiasan penutup keemasan.

Hiasan penutupnya yang menjadi sorotan dan bikin berang komunitas Yahudi. Di hiasan itulah terukir logo swastika hitam yang dilingkari perisai merah. Di atasnya juga terdapat ukiran Parteiadler atau elang Partai Nazi. Di sekitar perisai swastikanya tertera tiga tanggal berbeda dan di bawahnya tertera inisial “AH”.

Arloji Hitler yang laku Rp16 M di pelelangan dan dibeli seorang Yahudi (Alexander Historical Auctions)

Inisial itu mengindikasikan siapa lagi kalau bukan diktator Nazi Adolf Hitler, sang pemilik asli arloji. Tiga tanggal yang tersemat merujuk pada tiga momen besar bagi tiran berambut klimis dan berkumis khas situ. Tanggal “20-4-89” yang merupakan hari kelahiran Hitler, “30-1-33” merupakan momen ditunjuknya Hitler jadi kanselir, dan “5-3-33” tanggal Pemilu Federal Jerman yang memenangkan Partai Nazi.

Alexander Historical Auctions di Chesapeake City, Maryland, Amerika Serikat selaku rumah lelangnya menyebutkan, arloji tersebut didesain demikian sesuai pesanan partai. Arloji itu lantas jadi kado ulangtahun dari kader partai saat Hitler genap menginjak usia 44 tahun pada 20 April 1933.

Baca juga: Hitler Seniman Medioker

Arloji itu merupakan satu dari sejumlah barang pribadi Hitler di “The Berghof” atau vila musim panas Hitler di utara Pegunungan Alpen, tepatnya di Oberzalsberg, Berchtesgaden, Jerman. Arloji itu dijarah serdadu Sekutu di pengujung perang, 4 Mei 1945. Sersan Robert Mignot dari Resimen de Marche du Tchad, Divisi Lapis Baja Ke-2 Prancis menemukan arloji itu di bunker The Berghof.

Keluarga Mignotlah yang melelangnya di Alexander Historical Auctions pada 28 Juli 2022. Meski harganya ditaksir bisa mencapai 2-3 juta dolar Amerika, arloji Hitler itu hanya laku terjual 1,1 juta dolar atau sekira Rp16 miliar.

Sersan Robert Mignot (ditandai merah) berfoto bersama rekan-rekannya usai menjarah Berghof (Alexander Historical Auctions)

Vila Mewah dan Pondok Perjamuan Hitler

Sebagaimana penjelasan dalam dokumen Sersan Mignot di laman rumah lelangnya, arloji itu dijarah bersamaan sejumlah barang-barang Hitler lain dari Berghof, vila yang mulanya disewa Hitler dan kakak tirinya, Angela Hitler, pada 1928 dengan uang sewa 100 marks per bulan. Vilanya sendiri berlokasi di area resor Obersalzberg yang saat itu bernama Haus Wachenfeld. Vila yang dibangun pada 1916 itu dimiliki janda pengusaha Otto Winter.

Hitler terbilang jarang tinggal di Haus Wachenfeld. Hanya Angela yang sehari-hari tinggal di sana dan merawat vilanya. Angela pindah ke Dresden pada 1931 setelah putrinya, Geli Raubal, yang juga dipacari Hitler, bunuh diri di apartemen Hitler di Munich.

Pada Juni 1933, tak lama setelah berkuasa sebagai kanselir Jerman dan menang pemilu, Hitler mengakuisisi Haus Wachenfeld dengan mahar 40 ribu marks. Uang itu didapatnya dari royalti buku manifesto politiknya, Mein Kampf. Dua tahun berselang, vila kecil itu direnovasi dan diperluas oleh arsitek Alois Degano di bawah pengawasan sekretaris pribadi Hitler, Martin Bormann.

“Karena Haus Wachenfeld tidaklah besar dan hanya sedikit tamu yang bisa diakomodasi di situ. Jika sejumlah kenalan atau kolega ingin mengunjungi Hitler, mereka harus diinapkan di penginapan atau Hotel Platterhof,” kenang Obersturmbannführer (setara letnan kolonel) Erich Kempka, ajudan cum sopir Hitler, dalam memoarnya yang berjudul I Was Hitler’s Chauffeur.

Baca juga: Sengkarut Pohon Keluarga Hitler

Demi bisa jadi lokasi lokasi healing dengan tingkat kenyamanan dan keamanan maksimal, lahan di sekitar vila juga diperluas Bormann hingga mencapai 10 kilometer persegi. Bormann bertanggung jawab soal lahannya.

Sejarawan James Wilson dalam Hitler’s Alpine Headquarters mencatat, Bormann atas nama partai membujuk pemerintah Bavaria menyumbangkan lahannya. Lahan-lahan lain milik pribadi di sekitar vila diakuisisi Bormann dengan cara-cara intimidatif.

Berghof, vila musim panas Hitler untuk self-healing di Pegunungan Alpen (Bundesarchiv)

Kala itu, di sekitar vila Hitler juga akan dibangun vila lain buat para pejabat di lingkaran terdekat sang diktator, termasuk untuk Reichsmarschall Hermann Göring yang jadi orang nomor dua setelah Hitler. Juga akan dibangun vila untuk Bormann pribadi. Selain itu, turut pula dibangun sebuah pondok teh di punggung Bukit Mooslahnerkopf yang berjarak 20 menit berjalan kaki dari Berghof.

“Bormann ingin properti Hitler diperluas dan untuk menghadapi para pemilik lahan yang bersikeras, Bormann mempekerjakan Gotthard Färber sebagai kepanjangan tangannya selama periode akuisisi lahan. Para pemilik lahan tak punya opsi lebih baik selain menerima kompensasi akuisisi. Jika masih menolak, pilihannya antara diusir secara paksa atau dipenjara,” tulis Wilson.

Baca juga: Hermann Goering, Sang Tiran Angkasa Nazi Jerman

Bormann menamakan vila Hitler itu dengan “Berghof”, artinya vila pegunungan. Setelah selesai direnovasi, garnisun pasukan SS (Schutzstaffel/Paramiliter Nazi) ditempatkan di tiga pos pemeriksaan. Hanya orang yang punya izin khusus yang bisa bertamu ke Berghof.

“Dari (kota) Berchtesgaden, tamu pengunjung diharuskan membuat surat izin untuk bisa masuk ke zona luar keamanan yang dijaga SS di Schießstättsbrücke. Setelahnya melewati jalur menanjak dan akan tiba di zona keamanan tengah untuk diperiksa surat izinnya. Checkpoint terakhir dekat gerbang Berghof jadi area yang paling ketat kontrol pengamanannya,” lanjut Wilson.

Ki-ka: Hitler, Partei-Kanzlei Martin Bormann, Reichsmarschall Hermann Göring & Reichsjugendführer Baldur von Schirach di pondok teh dekat Berghof (Bundesarchiv)

Sebelum perang, seingat Kempka, Berghof acap dijadikan Hitler tempat melepas penat setiap akhir pekan. Bormann dan arsitek kepercayaan Hitler, Albert Speer, jadi tamu yang paling sering ikut menginap.

“Namun setelah perang dimulai, Eva Braun (pacar Hitler, red.) yang paling sering tinggal dan menjalankan tugasnya sebagai ‘ibu rumahtangga’ di Berghof dengan dibantu sepasang suami-istri muda yang mengurusi segala keperluan administrasi. Sementara penjagaannya dipercayakan pada SS yang berada di bawah RSD (Dinas Kemananan Negara) pimpinan Reichsführer Heinrich Himmler,” sambung Kempka.

Baca juga: Perempuan-Perempuan dalam Pelukan Hitler

Berghof juga jadi saksi bisu kunjungan beberapa tokoh penting. Di antaranya eks-Perdana Menteri (PM) Inggris David Lloyd George, yang mengunjunginya pada Maret 1936; Presiden Liga Bangsa-Bangsa Aga Khan III dan mantan raja Inggris yang turun takhta Edward VIII, pada Oktober 1937; PM Inggris Neville Chamberlain, September 1938; dan diktator fasis Italia Il Duce Benito Mussolini, yang jadi satu-satunya tamu Hitler di masa perang.

Di kemudian hari, banyak orang awam kecele menyebut Berghof dengan wisma “Sarang Elang” (Kehlsteinhaus) yang juga kondang sebagai salah satu situs ikonik warisan Hitler. Padahal, Kehlsteinhaus adalah bangunan di lokasi berbeda dan dibangun sebagai bangunan anyar pada 1938.

Hitler saat menyambut kunjungan PM Inggris Arthur Neville Chamberlain di Berghof pada 1938 (Bundesarchiv)

Lokasi Kehlsteinhaus beberapa mil di atas posisi Berghof, lebih tepatnya di puncak gunung batu Hoher Göll dengan ketinggian 1834 mdpl. Bormann pula yang mengusulkan dibangunnya proyek vila (wisma kedua) di puncak gunung dengan panorama yang lebih ciamik ketimbang Berghof pada April 1937.

“Proyeknya diniatkan harus selesai untuk ulangtahun Hitler ke-50 pada 29 April 1939. Vilanya dibangun dengan diburu waktu terlepas dari kesulitan lokasi belum tersentuh pembangunan apapun, tanpa jalur mobil. Proyeknya dibangun dari nol lewat arsitek Roderich Fick dan pembangunan jalannya yang berliku sepanjang empat kilometer oleh Dr. Fritz Todt,” tambah Wilson.

Baca juga: Albert Speer Arsitek Kebanggaan Nazi

Masih “perawannya” lokasi membuat proyek itu menyedot biaya raksasa, 30 juta marks. Bangunannya sedikit-banyak didesain mirip Berghof. Yang menjadikannya unik adalah rute menuju wismanya. Selain harus melewati jalan berliku dan satu tikungan hairpin, Hitler atau tamu-tamunya harus naik lift setinggi 124 meter dari halaman parkirnya.

Proyeknya dikerjakan siang-malam selama 13 bulan. Hebatnya, selesai pada 16 September 1938 dengan kunjungan pertama Hitler. Vila itu baru diresmikan tepat pada ulangtahun ke-50 Hitler, 20 April 1939.

Diplomatenhaus atau acap dijuluki "Sarang Elang" di atas ketinggian 1834 mdpl (Hitler's Alpine Headquarters)

Bangunannya punya nama resmi “D-Haus”, kependekan dari Diplomatenhaus. Penamaan demikian sesua peruntukan wisma, sebagai tempat resmi Hitler menerima tamu-tamu kenegaraan. Sementara julukan “Sarang Elang” tersemat seiring kunjungan kerja Duta Besar Prancis untuk Jerman, André François-Poncet, pada 18 Oktober 1938. Poncet terpukau pada panorama yang ia nikmati dari puncak gunung itu.

“’Sarang Elang’ ini berbalut kabut musim gugur menjadikannya begitu memukau, nyaris seperti khayalan. Tamu-tamu akan merasa ragu apakah mereka bermimpi. Mereka akan bertanya-tanya apakah ini Château de Monsalvant, tempat di mana para ksatria penjaga Cawan Suci tinggal? Apakah ini hasil karya pikiran manusia normal atau orang yang tersiksa akan obsesi kebesaran?” kata François-Poncet dikutip Brett Ashley Kaplan dalam Landscapes of Holocaust Postmemory.

Baca juga: Aliansi Amerika-Jerman di Pertempuran Kastil Itter

Kendati begitu, Hitler jarang mengunjungi Kehlsteinhaus. Ia lebih suka bersantai di Berghof. Selain Berghof lebih luas, Hitler merasa kurang aman naik-turun menggunakan lift untuk mengantarkannya ke Kehlsteinhaus. Terlebih semasa pengerjaannya konstruksi lift pernah dua kali disambar petir yang menewaskan beberapa pekerjanya.

Pada masa akhir perang, awal Mei 1945, tak lama setelah Hitler bunuh diri di bunker-nya di Berlin, pasukan Sekutu menjejakkan kaki di Berchtesgaden. Elemen-elemen pasukan SS yang tersisa juga sudah kocar-kacir sejak Pemboman Obersalzberg, 25 April 1945.

Hitler kala menjamu keluarga Menteri Propaganda Joseph Goebbels di D-Haus (Bundesarchiv)

Maka pasukan gabungan Amerika-Prancis tak menemui hambatan berarti untuk menduduki Berchtesgaden dan area resor Obersalzberg yang jadi lokasi Berghof dan “Sarang Elang”. Keduanya vila jadi sasaran para prajurit Sekutu yang berambisi menggondol barang-barang Hitler sebagai “pampasan perang”.

“Sebagian bangunan Berghof sudah coba dibakar pasukan SS yang kabur dari area itu sejak 30 April 1935. Kemudian pada 4 Mei, pasukan Amerika menduduki Obersalzberg. Apa yang ada di Berghof sedianya sudah mulai dijarah penduduk lokal pada 4 Mei itu dan baru pada 5 Mei giliran personil Amerika dan Prancis yang menjarah tanpa gangguan. Bahkan tak hanya Berghof, sejumlah serdadu Prancis juga menjarah rumah penduduk lain dan melakukan rudapaksa,” imbuh Wilson.

Sesudah Berghof, para prajurit oportunis baik dari Amerika maupun Prancis beringsut ke “Sarang Elang” di hari yang sama. Saking serampangannya prajurit Prancis dari Divisi Lapis Baja ke-2 dalam menjarah, markas komando Amerika sampai memerintahkan mereka angkat kaki dari dua situs itu. Tentu mereka, termasuk Sersan Mignot, menjalankan perintah itu setelah puas merampas semua yang ada, terutama barang-barang berlogo swastika dan berinisial “AH”.

Baca juga: Berebut Takhta Hitler

TAG

hitler adolf hitler

ARTIKEL TERKAIT

Pangeran Bernhard, dari Partai Nazi hingga Panglima Belanda Hari-Hari Terakhir Mussolini Hjalmar Schacht Melawan Hitler Ujung Hayat Kaisar Terakhir Jerman di Pengasingan Perang Teluk Hitler Barisan Pangeran di Pasukan Perang Hitler Lika-liku Kisah Pelarian Tawanan Sekutu dari Kamp Jerman Tirpitz, Benteng Terapung Hitler Satu-satunya Perempuan Amerika yang Dieksekusi Hitler Bangkai-Bangkai Kapal Hitler Muncul di Danube