Masuk Daftar
My Getplus

Sigap Menangkal Babi-Babi Suap

Tak hanya mengerahkan satu regu POM ABRI, Manila merekrut seorang pemain untuk dijadikan“informan” khusus guna mengusir hantu suap.

Oleh: Randy Wirayudha | 05 Des 2017
IGK Manila saat menjabat manajer timnas Indonesia. Foto: Repro "IGK Manila: Panglima Gajah, Manajer Juara".

KOLONEL I Gusti Kompyang (IGK) Manila tahu betul beragam tantangan yang bakal dihadapi ketika menduduki jabatan manajer timnas Indonesia untuk SEA Games 1991 di Manila, Filipina. Bukan hanya soal segudang problem persiapan tim, tapi juga “hantu” judi dan suap yang sudah lama membayangi persepakbolaan Indonesia.

Manila (kini Mayjen TNI Purnawirawan) punya keyakinan bahwa para bandar judi dan tukang suap masih jadi ancaman buat tim Garuda. Empat tahun sebelumnya, sebuah kasus suap menggegerkan persepakbolaan nasional. Suap hinggap ke timnas Indonesia pra-Olimpiade 1987. Elly Idris, Bambang Nurdiansyah, Noach Maryen, Louis Mahodim langsung dikenai hukuman larangan bertanding selama tiga tahun akibat kasus itu.

Dalam persiapan timnas jelang SEA Games 1991 sendiri, Manila sudah beberapa kali bentrok pemikiran baik dengan pelatih Anatoly Polosin maupun dengan Ketua PSSI Kardono. Dengan Kardono, Manila sampai “berperang” argumen gara-gara mencoret nama pemain bintang Ricky Yakob dari skuad timnas (Baca: Ada Apa dengan Ricky Yakob).

Advertising
Advertising

Toh, timnas akhirnya berangkat ke Manila setelah melewati berbagai persiapan, termasuk penggojlokan ala militer di Pusdik POM Cimahi. Namun, tantangan di luar lapangan belum kelar. Manila masih harus memantau dan menangkal para gembong judi yang acap menyuap pemain. Manila menyebutnya “babi-babi suap”.

“Ya, mereka memang babi semua. Babi-babi suap,” kata Manila dalam biografi IGK Manila: Panglima Gajah, Manajer Juara karya Hardy R Hermawan dan Edy Budiyarso.

Manila terbang ke Manila tak hanya membawa ofisial tim dan para pemain, namun juga sejumlah anak buahnya dari POM ABRI. Satu regu POM ABRI berpakaian sipil itu dibekali sejumlah identitas dan jadwal para tukang suap yang datang dari Jakarta ke Manila. Namun, anak buah-anak buah Manila hanya efektif menciduk para bandar judi “kelas teri”.

Bandar kelas kakap ditangani langsung oleh Manila. “Ada satu, orang Sulawesi Selatan, tokoh sepakbola bangkotan tapi kerjanya enggak benar. Suka berhubungan dengan bandar judi dan sering menyuap pemain,” ujar Manila. Untuk menanganinya, Manila melakukannya dengan cara persuasif guna memberi pengertian sang bandar. Lantaran kenal baik dengan ayah sang bandar, Manila mengontak ayahnya terlebih dulu.

Kepada mafia kelas kakap lain, yang berasal dari militer dan jauh lebih senior darinya, Manila memberi pengertian bahwa dia sedang menjalankan tugas negara dan bersedia pasang badan menghadapi segala macam gangguan. “Dia pun kemudian memahami dan detik itu juga meninggalkan hotel. ‘Selamat bertugas, Dik’,” ujar Manila menirukan kata-kata terakhir sang senior.

Namun, masalah tak selesai sampai di situ. Oknum PSSI pun ternyata ada yang turut “bermain”. Untuk menanganinya, Manila menggunakan Bambang Nurdiansyah, salah satu pemain timnas, sebagai informan. Manila membawa Bambang untuk mendeteksi, mengenali, dan menginformasikan keberadaan sang mafia di hotel tim di Manila.

“Bambang pemain berpengalaman, dia kenal semua orang bola, bandar, dan tukang suap. Ia sudah bertaubat dan mau bekerjasama dengan saya. 'Anda (Bambang) sekarang ada di timnas, bantu saja cegah babi-babi itu masuk ke area timnas. Lapor pada saya jika kau lihat ada babi-babi itu',” kata Manila.

Bambang menyanggupi “tugas khusus” itu. Dia lalu mendeteksi ada oknum PSSI yang "bermain" dan segera melaporkan ke Manila. Dengan sigap dan segera, Manila mengusir anasir PSSI tersebut. Timnas sendiri pada akhirnya sukses merebut medali emas cabang sepakbola putra. Di final, anak asuh Manila menaklukkan Thailand 4-3 via adu penalti.

Namun, pernyataan Manila itu dibantah Bambang. “Enggak, enggak. Saya sebagai apa (informan), enggak. Memangnya saya tukang bandar suap? Enggak ada. Saya enggak kenal (para tukang suap), memangnya saya bandar suap,” kata Bambang via sambungan telepon kepada Historia.

TAG

ARTIKEL TERKAIT

Memburu Kapal Hantu Sejarah Gereja dan Seni Kristiani Dulu Tentara Kudeta di Medan Protes Sukarno soal Kemelut Surabaya Diabaikan Presiden Amerika Perdebatan Gelar Pahlawan untuk Presiden Soeharto Paris Palsu di Masa Perang Dunia I Susu Indonesia Kembali ke Zaman Penjajahan Sebelum Jenderal Symonds Tewas di Surabaya Menyibak Warisan Pangeran Diponegoro di Pameran Repatriasi Perjuangan Pasangan Sutomo dan Sulistina dalam Masa Revolusi