Masuk Daftar
My Getplus

Merunut Sejarah Yoga, Merelaksasi Jiwa dan Raga

Olahraga yoga dilahirkan peradaban India. Sempat memicu pro-kontra di kalangan agama samawi, kini yoga sudah mendunia.

Oleh: Randy Wirayudha | 29 Jan 2018
Beragam gerakan yoga yang marak di kalangan kaum urban/Foto: Dok. Pribadi Randhy.

BAGI Mutia Datau, mantan kiper timnas putri Indonesia yang kini aktris sinetron dan FTV, olahraga amat penting untuk menjaga vitalitas tubuh. Meski sudah lama gantung sepatu, perempuan berusia 58 tahun itu tetap rutin berolahraga. “Olahraga semua itu baik, tapi ya harus menyesuaikan umur kita,” ujarnya kepada Historia saat ditemui di lokasi syuting di Pondok Kacang Barat, Tangerang Selatan.

Mutia memilih yoga sebagai olahraga yang ditekuninya. Dia bahkan sampai membuka sanggar di Warung Jati Barat, Jakarta Selatan sejak 2013. “Sejak menyenangi yoga tahun 2000, saya ambil program instruktur yoga juga. Saya ambil sertifikat, ikut workshop, sampai sekarang masih mengajar yoga,” sambung Mutia.

Di saat perempuan lain seuisanya sudah direpotkan oleh bermacam penyakit, Mutia justru masih sibuk dengan bermacam aktivitas. Yoga membuat Mutia tetap fit kala menjalani jadwal syuting yang padat, mengajar, dan bermacam aktivitas lainnya.

Advertising
Advertising

“Saya pribadi merasakan, dengan yoga saya tetap sehat, tulang saya kuat, pernafasan saya bagus. Tulang belakang saya juga masih sehat, badan makin lentur karena gerakan-gerakan yoga kan memanjakan otot juga. Tapi tetap harus konsisten. Kalau tidak, ya tidak akan merasakan manfaatnya,” kata Mutia.

Manfaat itu pula yang dirasakan Nurlaila Hikmawati, karyawati sebuah perusahaan swasta di Jakarta. “Awalnya sih cuma ingin bikin badan segar dan sehat lagi sehabis kerja, sekalian nunggu (turunnya tingkat) kemacetan di jam-jam pulang kantor. Enggak cuma bikin rileks body, tapi pikiran juga kembali refresh,” ujarnya kepada Historia.

Nurlaila satu dari sekian kaum urban yang menggiati yoga. “Biasanya kita-kita panggil instruktur yoga untuk melatih di kantor kita,” tambahnya.

Karyawati berusia 31 tahun yang ketagihan yoga sejak 2012 itu juga merasakan betul manfaat yoga bagi kesehatan ibu hamil dan janinnya. “Setelah nikah, yoga juga bisa bikin cepat hamil kalau yang ingin cepat punya anak. Karena ada gerakan open hips-nya. Pas pendinginan, sampai-sampai bisa bikin nangis, saking release stress banget. Pas hamil, jadi bugar buat ibu dan calon bayinya. Creating space juga dengan gerakan-gerakan yoga, kalau posisi bayi masih sungsang,” kata perempuan yang belum lama ini melahirkan anak pertamanya.

Olahraga kebugaran asal India itu sudah eksis di tanah-air sejak 1990-an meski baru booming awal 2000-an. Saat itu, sanggar-sanggar yoga beserta instrukturnya bermunculan terutama di kota-kota besar tanah-air.

Awal-mula Yoga

Yoga berasal dari kata “yuj” dalam bahasa Sanskerta, yang bisa diartikan sebagai cara untuk menyatukan diri. “Dalam yoga dan tantra kita mengenal pusat-pusat energi yang berkaitan dengan lapisan-lapisan kesadaran manusia. Ini yang biasanya disebut ‘chakra’,” kata mendiang Anand Krishna dalam buku Ilmu Medis dan Meditasi. Sedari awal, yoga merupakan bagian dari tradisi meditasi dan ritual dengan beragam gerakan fisik dalam masyarakat Hindu di India.

Praktik yoga sudah ada sejak ribuan tahun silam. Menurut pakar peradaban India di University of Chicago David Gordon White di buku Yoga in Practice, yoga adalah gabungan praktek-praktek fisik, mental, dan spiritual yang sudah eksis sejak masa kejayaan Peradaban Lembah Sungai Indus. Sementara, menurut pakar peradaban India asal Republik Ceko Karel Werner, praktik yoga pertamakali dilakukan Siddharta Gautama alias Buddha. “Buddha adalah penemu sistem (praktek) yoga ini, meski diakui bahwa dia membuatnya (praktek-praktek yoga) berdasarkan pengalaman yang didapatnya dari berbagai guru di masanya,” tulis Werner di buku Yoga and the Indian Philosophy.

Hingga kini, para pakar dan sejarawan belum satu kata dalam hal kapan persisnya yoga tercipta. Sebagian kalangan berpendapat, yoga sudah ada sejak Peradaban Lembah Indus (3300-1900 Sebelum Masehi/SM), kalangan lainnya menyatakan yoga baru ada di masa Peradaban Weda (1700-500 SM).

Terlepas dari itu, yoga lantas berkembang dan dipraktekkan oleh masyarakat India baik yang menganut Hindu, Buddha, maupun Jaina. Dunia Barat mengenalnya secara luas baru pada pertengahan abad ke-19, ketika studi tentang filosofi India sedang marak. Yoga juga disebarkan oleh Swami Vivekananda, guru yoga, lewat tur Eropa dan Amerika Serikat pada 1980.

Kini, yoga tak hanya ada di mana-mana tapi juga punya beragam jenis. Antara lain, Nidra Yoga, Hatha Yoga, Bikram Yoga, Yin Yoga, Iyengar Yoga, Pre-Natal Yoga, dan Kundalini Yoga.

Diharamkan

Promosi oleh Vivekananda membuat masyarakat Barat yang mayoritas menganut Katolik dan Kristen Protestan banyak meminati yoga. Hal ini menarik perhatian Vatikan. Pada 15 Oktober 1989, Vatikan merilis sebuah dokumen, Aspects of Christian Meditation, untuk disebarkan pada semua uskup di dunia. Dokumen A Christian Reflection on the New Age menyusul pada 2003. Kedua dokumen itu berisi peringatan bahwa mereka melarang berbagai praktek meditasi yang bisa berpucuk pada mistisme dan bertentangan dengan ajaran Kristus.

Respons senada juga datang dari sebagian kalangan dalam Islam. Di Malaysia, National Fatwa Council menyatakan yoga haram karena mengandung unsur-unsur ritual agama lain. Di Indonesia, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa tentang yoga pada 2014. Tiga fatwa MUI itu berbunyi: Pertama, yoga yang murni ritual dan spiritual agama lain, hukum melakukannya bagi muslim adalah haram. Kedua, yoga yang mengandung meditasi dan mantra atau spiritual dan ritual ajaran agama lain, hukumnya haram. Ketiga, yoga yang murni olahraga pernapasan untuk kepentingan kesehatan hukunya mubah (diperbolehkan).

Fatwa MUI itu membuat Kedutaan Besar (Kedubes) India di Jakarta angkat bicara. Lewat situs indianembassyjakarta.com, Kedubes India menyatakan bahwa sebenarnya yoga adalah praktek kebugaran yang bisa dilakukan oleh semua dan tidak terbatas agama dan kepercayaan tertentu.

Menurut Anand Krishna, adanya pihak-pihak yang mempermasalahkan yoga terjadi karena ketidakpahaman. Mereka menyalahartikan Yoga mengandung praktek-praktek mistisme lantaran adanya unsur “Chakra” dalam pembukaan praktek Kundalini Yoga. Padahal, “Chakra” ditujukan untuk meningkatkan vitalitas tubuh dan kesadaran diri dengan menggabungkan unsur fisik dan spiritual.

“Sayang sekali banyak yang menyalahartikan. Padahal peningkatan kundalini berarti peningkatan kesadaran. Dengan peningkatan kesadaran, terjadi pula perubahan-perubahan anatomis,” kata Anand.

Adanya penentangan toh tak menyurutkan peminat yoga. Yoga sudah mendunia. Terlebih, setelah dipromosikan oleh Perdana Menteri India Narendra Modi di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 27 September 2014. Pada 11 Desember 2014, PBB menyetujui sebuah resolusi tentang Hari Yoga Internasional yang diperingati setiap tanggal 21 Juni. Peringatan perdananya digelar besar-besaran pada 21 Juni 2015. Sekira 35 ribu orang mengikuti perayaan itu, termasuk Modi yang mengikutinya di Rajpath, New Delhi. “Kalau buat saya pribadi, tergantung yoga mau dibuat ritual atau tidak. Kalau saya lebih banyak (praktek gerakan) fisik. Saya lebih banyak ke anatomi tubuh,” kata Mutia menutup obrolan.

TAG

ARTIKEL TERKAIT

Percobaan Pembunuhan Leon Trotsky, Musuh Bebuyutan Stalin Sponsor Jersey Timnas Indonesia dari Masa ke Masa Serangkaian Harapan dari Mahkamah Rakyat Pejuang Tanah Karo Hendak Bebaskan Bung Karno Siapa Penembak Sisingamangaraja XII? Roland Garros Pahlawan di Udara Mendarat di Arena Tenis Sejarah Prajurit Perang Tiga Abad tanpa Pertumpahan Darah Ibnu Sutowo dan Para Panglima Jawa di Sriwijaya Mahkamah Rakyat sebagai Gerakan Moral Mencari Keadilan