Masuk Daftar
My Getplus

Maung Bandung Tersandung

Degradasi membayangi Persib setelah WO kontra Persija. Bayangan terlempar dari kasta elite pada 1978 menghantui.

Oleh: Randy Wirayudha | 07 Nov 2017
Laga Persib vs Persipura di laga perdana Pool G yang berakhir 2-0 untuk Persib. Foto: Repro "Merdeka" 19 Januari 1978

KLUB bertabur bintang Persib Bandung terancam degradasi dari kasta tertinggi kompetisi sepakbola dalam negeri saat ini, Liga 1. Keputusan walk out (WO) “maung Bandung” dalam matchday ke-33 kontra Persija Jakarta pada Jumat (3/11/2017) lalu membuat tim itu bisa-bisa hanya tampil di Liga 2 musim mendatang.

Para pemain Persib memprotes keras keputusan wasit asal Australia Shaun Evans menganulir gol Ezechiel N’Douassel, memberi hadiah penalti untuk Persija, dan mengkartu merah Vladimir Vujovic. Namun, Evans malah menghentikan laga di Stadion Manahan, Solo itu pada menit ke-83 dan menyatakan Persib WO.

Meski masih simpang siur apakah Persib yang menginginkan WO atau wasit yang menggunakan hak diskresinya untuk menghentikan laga, Persib terancam hukuman degradasi. Menilik regulasi Liga 1 Pasal 13 ayat 1 b dan c yang intinya, “Setiap klub dianggap dan dinyatakan mengundurkan diri dari Liga 1, apabila menolak melanjutkan laga atau meninggalkan lapangan/stadion sebelum laga usai”, keputusan Persib memenuhi kriteria regulasi di atas. Saat ini, kasus itu masih di tangan Komisi Disiplin PSSI.

Advertising
Advertising

Bila benar Persib terlempar dari kasta kompetisi terelit di Indonesia, itu seakan mengulang nasib buruk tim kebanggaan masyarakat Kota Kembang pada Kompetisi Perserikatan 1978-1979. Kala itu Persib terpaksa masuk ke Divisi I, yang merupakan kasta kedua.

Kompetisi Perserikatan 1978-1979 memiliki aturan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. PSSI mengubah format kompetisi menjadi: yang berhak tampil di Divisi Utama atau Kejuaraan Nasional Utama PSSI hanya lima tim dengan sistem klasemen. Lima tempat yang mesti diperebutkan tim-tim 18 besar dari Kompetisi Perserikatan 1975, termasuk Persib.

Prestasi Persib terbilang moncer. Keluar sebagai juara Pool B, diikuti PSM Makassar sebagai runner up, Persib lolos ke Babak 8 besar atau perempatfinal di Stadion Utama Senayan (kini Gelora Bung Karno).

Di Babak 8 besar, Persib berada di Pool G bersama Persipura Jayapura, Persija Jakarta, dan Persebaya Surabaya. “Kami tidak pernah berpikir untuk memilih pool mana. Tekad kami bagaimana bertanding sebaik-baiknya,” cetus Ketua Umum Persib Solihin GP, dilansir harian Kompas, 17 Januari 1978.

Para pemain Persib berhasil memberi jawaban memuaskan. Di laga perdana, mereka menyungkurkan Persipura 2-0. Tapi jalan berat Persib –dan juga tim-tim lain– kemudian datang bukan semata dari ketatnya persaingan. Insiden keracunan makanan gulai kepiting yang disediakan panitia di Perumahan Atlet Senayan membuat para pemain dan ofisial menjadi korban. “Pertandingan Kejuaraan PSSI yang tengah berlangsung di Jakarta ditunda mulai Minggu malam dan akan dilanjutkan kembali Selasa besok gara-gara sejumlah pemain dari beberapa kesebelasan peserta harus dirawat karena tiba-tiba menderita akibat kesalahan makanan,” tulis Pikiran Rakyat, 23 Januari 1978.

Persib menderita kerugian dua ofisial tim dan 14 pemain yang keracunan makanan. Akibatnya, Persib tersungkur oleh Macan Kemayoran (julukan Persija), digilas tiga gol tanpa balas. Para pemain Persija, yang tak tinggal di Perumahan atlet, lebih siap fisik lantaran tak ikut keracunan makanan.

Persib kembali mengalami kekalahan saat menghadapi Persebaya mereka digunduli 2-0. Akibatnya, Persib gagal lolos otomatis. Harapan satu-satunya Persib, memenangkan pertandingan kontra Persiraja Banda Aceh, menempati posisi tiga Pool F, di playoff memperebutkan peringkat 5.

Dalam laga yang digelar di Stadion Senayan pada 27 Januari 1978, Persib unggul lebih dulu di menit ke-10 lewat gol Max Timisela. Sialnya, Persiraja membalikkan kedudukan jadi 2-1 lewat gol Bustaman di menit ke-15 dan Tarmizi di menit ke-39. Skor itu bertahan sampai wasit meniup peluit akhir. “Dengan kemenangannya ini, Persiraja berhak maju ke Kejuaraan Nasional Utama PSSI bersama-sama dengan Persija, Persebaya, PSM dan PSMS Medan. Sedangkan Persib harus mulai lagi dari tingkat bawah (Divisi I –red.),” tulis Pikiran Rakyat, 28 Januari 1978.

Pelatih Persib Rusli beralasan, kondisi para pemainnya belum sepenuhnya dalam kondisi terbaik. Fisik para pilar Persib masih terpengaruh keracunan makanan sebelumnya. “Sebab buat memulihkan kondisi kembali, sedikitnya dibutuhkan waktu 3 minggu,” ungkap Rusli, dikutip Tempo, 28 Januari 1978.

Kompetisi Divisi Utama Perserikatan 1978-1979 itu akhirnya dimenangkan Persija. Tim ibukota keluar sebagai juara setelah unggul selisih gol dari PSMS Medan, yang juga memiliki nilai 11 dari delapan partai tandang-kandang yang dimainkan lima tim terelit.

Kendati demikian, Persib justru mendapat kepercayaan dari PSSI untuk mewakili Indonesia di King’s Cup di Bangkok, Thailand, penghujung April 1978. Persib tak dibebani target juara dalam perhelatan itu, melainkan lebih kepada misi persahabatan. “Juara dan bukan, itu soal kedua,” tutur Kabid. Keuangan dan Administrasi PSSI R Sumantri, lansir Pikiran Rakyat, 24 April 1978.

Sayangnya, Persib kembali gagal di King’s Cup 1978. Tergabung di Grup 1 bersama timnas Thailand A dan Korea Selatan Selection XI (Korsel), Persib digebuk Thailand 0-3. Persib pulang dengan hanya sebutir poin hasil imbang 0-0 melawan Korsel.

TAG

ARTIKEL TERKAIT

Mimpi Pilkada Langsung Jurus Devaluasi dan Deregulasi Radius Prawiro Mobil yang Digandrungi Presiden Habibie Jenderal Belanda Tewas di Lombok Jusuf Muda Dalam Terpuruk di Ujung Orde Radius Prawiro Arsitek Ekonomi Orde Baru Hilangnya Pusaka Sang Pangeran Cerita Presiden RI dan Mobil Mercy-nya Keluarga Jerman di Balik Serangan Jepang ke Pearl Harbor Tanujiwa Pendiri Cipinang dan Bogor