KOTA Gotham di suatu malam. Harleen Quinzel alias Harley Quinn (diperankan Margot Robbie) keluar dari sebuah diskotek dengan setengah mabuk. Semalaman ia berpesta dengan tingkah polah konyol sehingga mengusik banyak tamu.
Tapi toh semua orang tahu dia takkan tersentuh karena Harley adalah pacar supervillain yang disegani, Joker. Siapapun tak berani menegur, apalagi membalasnya. Namun, banyak orang, termasuk bos mafia pemilik diskotek Roman Sionis alias Black Mask (Ewan McGregor), tak tahu Harley dan Joker sudah putus.
Lama-kelamaan, Harley tak tahan menyimpan rahasianya lantaran dianggap bukan cewek mandiri dan terus-menerus bergantung pada perlindungan Joker. Ia pun meng-update status hubungannya dengan Joker.
Boom! Ia menyatakan putus dengan Joker dengan meledakkan sebuah pabrik cairan kimia. Pabrik cairan kimia dipilihnya karena dulu Harley dan Joker “jadian” setelah Harley tercebur ke tangki cairan kimia. Momen itu menandai perubahan Harley dari seorang psikiater menjadi penjahat nan seksi dan konyol.
Baca juga: Menertawakan Kepedihan Hidup Bersama Joker
Ledakan di sebuah pabrik kimia oleh Harley itu jadi adegan pembuka film Birds of Prey and the Fantabulous Emancipation of One Harley Quinn garapan sineas Cathy Yan. Film superhero kedelapan waralaba DC Extended Universe ini merupakan spin-off dari film sebelumnya, Suicide Squad (2016).
Alur cerita lantas beringsut ke adegan konsekuensi Harley atas aksinya tersebut. Semua figur penjahat yang sebelumnya segan padanya karena dia pacarnya Joker, kini berbondong-bondong memburunya untuk membalas beragam ulah Harley yang mereka terima.
Harley pontang-panting memberi perlawanan lewat sejumlah aksi konyol. Saat dia mulai kepayahan, Sionis mencoba menolongnya sembari mengajukan satu syarat. Sionis bersedia memerintahkan semua penjahat berhenti memburu Harley asalkan Harley bersedia menjalani misi untuknya: mengambil berlian milik keluarga mafia Bertinelli yang sedang berada di tangan gadis penjambret Cassandra Cain (Ella Jay Basco). Harley yang tak punya pilihan pun bersedia.
Ditemani Dinah Lance alias Black Canary (Jurnee Smollett), biduan cum sopir pribadi Sionis, Harley menjalankan misinya. Namun, misi itu ternyata tak semudah membalikkan telapak tangan. Pasalnya, Harley juga mulai dikejar-kejar detektif Renee Montoya (Rosie Perez).
Sebagaimana Harley, Renee juga sedang berjuang melepaskan diskriminasi gender di Kepolisian Kota Gotham. Perjuangan Renee dimulai dari penyelidikan terhadap Sionis yang kemudian berujung pada perburuannya terhadap Harley yang sedang dimanfaatkan Sionis. Pun ketika Harley dan Black Canary sudah menciduk Cassandra, usaha mereka untuk menuntaskan misi diusik The Huntress (Mary Elizabeth Winstead), cewek jagoan yang acap main hakim sendiri.
Baca juga: Captain Marvel, Antara Nostalgia dan Isu Feminisme
The Huntress punya dendam pribadi terhadap para pembunuh keluarganya dan perburuannya juga berujung pada aksi perkelahian kocak dengan Harley. Pasalnya, The Huntress selain memburu dendam juga mencari berlian milik mendiang keluarganya. The Huntress belakangan diketahui Harley bernama asli Helena Bertinelli.
Seiring alur berjalan, Harley, Black Canary, Renee Montoya, dan The Huntress menyadari bahwa mereka sedang jadi target permainan “Black Mask” Sionis. Keempatnya kemudian bersatu melindungi Cassandra dari Black Mask dan algojonya yang terkenal sadis, Victor Zsasz (Chris Messina).
Mau tahu kelanjutan cerita action yang dibumbui aksi-aksi konyol dan kocaknya? Baiknya Anda tonton sendiri Birds of Prey di aplikasi daring Mola TV.
Emansipasi Perempuan
Kendati Birds of Prey menyematkan genre superhero, toh ia tak laik ditonton anak-anak. Seperti halnya Suicide Squad, film yang rilis perdana secara khusus pada 25 Januari 2020 dan secara umum dua pekan berselang ini sarat adegan sadis, vulgar, dan bertabur kata-kata kasar.
Bagi penonton dewasa, Birds of Prey jadi suguhan menarik dan berbeda dari film-film pahlawan super kebanyakan. Pasalnya, Birds of Prey jadi film pertama yang menjadikan karakter Harley Quinn sebagai tokoh utama, di mana sebelumnya sekadar figuran pendamping Joker. Selain itu, sang sineas juga menyisipkan banyak isu emansipasi perempuan di dalamnya.
Secara sinematografi, Birds of Prey digarap secara komikal dan dikemas dengan efek visual CGI (computer-generated imagery) yang cukup halus. Efek suaranya yang diracik komposer Daniel Pemberton juga sangat dinamis saat mengiringi adegan-adegan sadis, konyol, maupun menegangkan. Film kian kaya dengan sisipan sederet soundtrack dari genre rap hingga house music yang dibuat untuk menyesuaikan dengan style karakter Harley.
Baca juga: Feminisme dalam Enola Holmes
Hanya saja, saat dirilis perdana, Birds of Prey gagal menarik perhatian publik dalam dua bulan penayangannya. Padahal dari beraneka testimoni kritikus film, Birds of Prey termasuk film ber-genre superhero yang direkomendasikan. Sang sineas menduga, para penikmat film memang belum siap sepenuhnya menerima tokoh jagoan perempuan.
“Saya tahu rumah produksi punya ekspektasi yang sangat tinggi, sebagaimana juga kami tim produksi. Sebenarnya di ruang publik juga ada ekspektasi tentang film dengan tokoh utama perempuan, dan yang paling membuat saya kecewa adalah, ide dari film ini mungkin sudah jadi bukti bahwa kita semua belum siap. Semua orang seperti terlalu cepat menghakimi pada hanya satu sudut pandang,” ujar Yan kepada The Hollywood Reporter, 3 April 2020.
Asal-usul Harley Quinn
Selain menonjolkan isu-isu emansipasi perempuan, film ini juga jadi yang pertama menampilkan kumpulan superhero “Birds of Prey” di layar lebar. Sebelumnya, kumpulan “Birds of Prey” yang mulanya eksis di serial komik pada 1 Juni 1996, sekadar muncul di live-action di layar kaca lewat drama seri Birds of Prey di stasiun televisi The WB (2002-2003).
Jika di versi drama seri tokoh yang lebih ditonjolkan adalah The Huntress dan Batgirl, di versi layar lebar, Harley diplot Yan sebagai tokoh utamanya. Yan juga menyisipkan riwayat Dr. Harleen Frances Quinzel alias Harley Quinn yang sejak kecil sering dibuang ke rumah-rumah asuh hingga menjadi psikiater yang jatuh cinta kepada pasiennya di Rumahsakit Jiwa Arkham, Joker.
Belum pernah ada film yang membuka masa lalu Harley, tokoh yang diciptakan penulis komik Paul Dini dibantu ilustrator Bruce Timm pada 1992. Tokoh Harley sendiri dimunculkan Dini dan Timm bukan di komik, melainkan di season 1, episode ke-22 serial kartun Batman: The Animated Series bertajuk “Joker’s Favor” yang ditayangkan perdana oleh Fox Kids, 11 September 1992. Di versi komik, karakter Harley baru eksis di komik The Batman Adventures nomor 12 yang terbit pada September 1993.
Baca juga: Para Pemeran di Balik Topeng Batman
Margot Robbie menjadi orang pertama yang memerankan Harley di versi layar lebar dan itu membuat karakter fiktif tersebut kian kondang. Sejatinya tokoh Harley sudah populer sejak kemunculannya di versi kartun. Penggambaran karakternya sebagai sosok villain tiada dua.
“Otak, otot, dan rupawan –Bruce Wayne bukan karakter DC Comics satu-satunya yang punya kombinasi ketiganya. Seorang psikolog bergelar doktor, punya fisik luwes dan kuat, serta bercitra ‘femme fatale’, Harley Quinn tak diragukan lagi jadi simbol karakter perempuan yang kuat di DC Universe. Dalam waktu singkat, ia memicu efek drastis pada pop culture selama 20 tahun dari kemunculan pertamanya. Padahal eksistensinya di waralaba Batman (animasi, red.) mulanya tak pernah dimaksudkan untuk berkelanjutan dan hanya sekali muncul,” tulis Emilee Owens dalam “It Is to Laugh: The History of Harley Quinn” yang termaktub di buku The Ascendance of Harley Quinn: Essays on DC’s Enigmatic Villain.
Penciptaan karakter Harley Quinn dikisahkan Paul Dini bahwa ilhamnya didapatnya secara tak sengaja saat jatuh sakit pada suatu hari di tahun 1992. Seperti diceritakannya kepada Digital Spy, 12 September 2017, di tahun itu sejatinya Dini sudah tidak jadi komikus tetap DC Comics. Namun dia tetap diminta bantuan sebagai penulis lepas untuk naskah serial kartun Batman: The Animated Series.
“Pada suatu hari saya sedang sakit dan saat beristirahat di rumah, saya menonton (opera sabun) Days of Our Lives di televisi. Saya melihat teman lama saya sewaktu kuliah, Arleen Sorkin, di tayangan itu. Dia memainkan karakter badut perempuan dalam sebuah adegan fantasi. Saya berkata dalam hati: ‘mungkin akan lucu jika saya menggunakan karakter dia untuk karakter tukang pukul perempuan yang memang sudah lama saya ingin buat,’” kenang Dini.
Baca juga: Asal-Usul si Kocak Deadpool
Karakter tukang pukul perempuan itu akhirnya diadaptasi Dini untuk dikreasikan demi menambah tokoh sidekick yang ingin ia tampilkan bersama Joker di serial kartun di atas. Untuk menamakan karakter itu, Dini mengambil inspirasi dari karakter badut lawas khas Italia yang populer sejak abad ke-16, Arlecchino alias Harlequin. Nama Harlequin lantas ia utak-utik menjadi Harleen Quinzel alias Harley Quinn.
“Saya menamainya Harley Quinn karena saya pikir nama depan Harley akan jadi nama yang lucu dan menarik untuk sosok seorang gadis, dan banyak nama karakter dalam (waralaba) Batman yang punya nama dari racikan dan permainan kata-kata. Seperti E Nygma, misalnya. Jadi Harleen Quinzel saya rasa pas untuk karakter baru ciptaan saya itu,” lanjutnya.
Bruce Timm yang jadi ilustratornya lalu lalu menyempurnakan pendeskripsian sosok Harley Quinn dengan mengenakannya kostum badut ketat berwarna merah kombinasi hitam dan putih. Namun ketika muncul di serial kartun tersebut, Harley Quinn belum dilengkapi dengan riwayat oleh Dini. Pun di versi komik The Batman Adventures nomor 12 setahun berselang. Setelah melihat sambutan publik yang positif terhadap karakter Harley Quinn, Dini mengimbuhi latar belakang Harley Quinn di komik The Batman Adventures: Mad Love yang terbit pada 14 Desember 1994.
“Dia diperkenalkan sebagai Dr. Harleen Quinzel, psikiater baru di RSJ Arkham yang berencana menulis sebuah buku tentang para kriminal gila yang ditahan di sana. Dia menantang dirinya sendiri untuk menangani Joker, yang justru Harley jadi korban manipulasi Joker hingga jatuh cinta. Saat Joker melarikan diri, Harley ikut dengannya dan jadi pendamping Joker yang paling disayang,” sambung Owens.
Baca juga: Wajah Joker dalam Lima Aktor
Harley Quinn terus mengalami perubahan penampilan. Di komik Suicide Squad yang rilis pada November 2011, Harley tak lagi tampil dengan kostum badut merah-hitam-putih. Sosoknya berubah menjadi lebih seksi dengan rambut hitam dan merah, mengenakan tank-top dan celana ketat berwarna senada, serta berkulit putih susu sebagaimana warna kulit Joker.
“Perubahan drastis pada kostumnya sempat bikin syok dan memicu kemarahan fans. Kostumnya jadi kontroversial karena sangat menonjolkan seksualitas. Walau karakternya tetap populer, butuh waktu lama bagi fans untuk bisa menerima perubahan desain baru itu,” ungkap Owens lagi.
Kostum itu juga jadi inspirasi bagi perubahan penampilan Harley lewat film Suicide Squad yang diperankan Margot Robbie. Tim produksi film mengadaptasi kostum versi 2011 itu dengan beberapa perubahan: rambutnya berubah jadi pirang, tank-top merah-hitam berubah jadi t-shirt putih bertuliskan “Daddy’s Little Monster” dan jaket sepinggang bertuliskan “Property of Joker”, serta celana ketat yang diubah dari merah-hitam menjadi merah-biru dengan stoking jaring hitam.
“Saat melihat imej Harley Quinn dari film Suicide Squad, saya berpikir: ‘Wah. Dia terlihat sangat manis! Mulanya saya sempat khawatir. Tapi tidak, toh penampilannya tidak terlalu buruk,” ujar Timm dikutip Owens.
Baca juga: Wonder Woman 1984 dan Nilai Kejujuran
Kaum feminis tetap kecewa pada penggambaran Harley yang tetap menonjolkan seksualitasnya. Kendati begitu, sejak diperankan Margot Robbie, karakter Harley makin kondang. Bahkan sejak 2015 kala Suicide Squad baru dirilis trailer-nya, mainan action figure Harley laris di pasaran.
“Dari deretan action figures seri ‘DC Super Hero Girls’ seperti Wonder Woman, Batgirl, atau Poison Ivy, mainan Harley Quinn paling laris di kalangan remaja. Diane Nelson, presiden DC Entertainment, dalam pernyataannya pada 2015 mengatakan: ‘DC Super Hero Girls merepresentasikan pemberdayaan dalam strategi jangka panjang kami terkait keragaman karakter perempuan. Saya senang dengan karakter Harley, kami bisa menawarkan role model yang lebih relate dengan para remaja perempuan’,” tandas Owens.
Data Film:
Judul: Birds of Prey and the Fantabulous Emancipation of One Harley Quinn | Sutradara: Cathy Yan | Produser: Bryan Unkeless, Sue Kroll, Margot Robbie | Pemain: Margot Robbie, Mary Elizabeth Winstead, Jurnee Smollett, Rosie Perez, Ewan McGregor, Ella Jay Basco, Chris Messina | Produksi: DC Films, LuckyChap Entertainment, Kroll & Co. Entertainment, Clubhouse Pictures | Distributor: Warner Bros. Pictures | Genre: Superhero | Durasi: 109 menit | Rilis: 7 Februari 2020, Mola TV
Baca juga: Pesona Wonder Woman dalam Empat Wajah