Para Pemeran di Balik Topeng Batman
Robert Pattinson menjadi pemeran Batman ke-10 sejak 1940-an. Siapa favorit Anda?
Si manusia kelelawar alias Batman bakal berkeliaran lagi di layar perak via semesta DC Extended Universe. Era baru Batman terus bergulir seiring pemeran sang superhero ber-alter ego hartawan intelektual namun playboy, Bruce Wayne, bakal diperankan aktor baru.
Mengutip Variety, Kamis (16/5/2019), aktor utama film The Batman yang rencananya rilis Juni 2021, diperankan Robert Pattinson. Artinya, Ben Affleck tak lagi memerankan jagoan berjubah itu di produksi-produksi DCEU.
Publik banyak yang menantikan Pattinson namun tak sedikit yang mencibir. Pattinson diragukan jadi pilihan pas pengganti Ben Affleck. Tapi itu lumrah, saat Ben Affleck didaulat jadi Batman di produksi DCEU pertama, Batman v Superman: Dawn of Justice (2016), deras diprotes khalayak. Sampai-sampai, muncul 30 petisi di situs change.org hingga ke Gedung Putih segala.
Terlepas dari itu, pemeran Bruce Wayne lebih dulu muncul dalam film Joker yang rilis Oktober 2019. Bruce muda, sebelum beralih jadi superhero, diperankan aktor muda Dante Pereira-Olson. Maka, Dante jadi pemeran Batman kesembilan semenjak kemunculan film pertama Batman pada 1943.
Berikut para pemeran Batman lain di layar lebar dari masa ke masa sebelum era DCEU:
Lewis Wilson, Robert Lowery & Adam West (1943-1966)
Tokoh jagoan fiksi ciptaan Bob Kane dan Bill Finger pada 1939 ini pertamakali diangkat ke layar lebar lewat film seri hitam-putih The Batman garapan Columbia Pictures yang berisi 15 episode. Pemeran Batmannya Lewis Wilson. Lantaran rilis di masa Perang Dunia II, jalan ceritanya pun tak luput dari isu-isu perang.
“Wilson dan Douglas Croft (pemeran Robin) mampu menghidupkan karakter Batman dan Robin. Wilson memainkan peran Batman secara lugas dengan sikap seorang pahlawan. Wilson juga luar biasa dalam menangkap karakter ganda Bruce Wayne di film bernada propaganda perang untuk menaikkan moral, walau akhirnya mengabaikan plot klasik dalam komiknya,” sebut Mark S. Reinhart dalam The Batman Filmography.
Namun hanya 15 chapter itu saja Wilson jadi Batman. Dalam film seri era klasik berikutnya, Batman and Robin (1949), karakter Batman diperankan Robert Lowery. Namun penampilannya bersama Johnny Duncan yang memerankan Robin, kurang greget. Para penggemarnya kembali merindukan duet Wilson dan Croft. “Lowery dan Duncan tak seenerjik Wilson dan Croft. Dalam film, dialog yang keluar lebih seperti Lowery dan Duncan melakukan reading naskah untuk kali pertama,” tambahnya.
Baca juga: Aquaman Sang Penguasa Tujuh Lautan
Versi terakhir era klasik dimunculkan 20th Century Fox pada 1966 dengan tajuk Batman, diangkat dari serial televisi. Dengan pemeran utama Adam West, film ini jadi film Batman pertama yang berwarna. Sosok Robin yang diperankan Burt Ward turut dihadirkan. Menariknya, di film ini hampir semua musuh dimunculkan, mulai dari Catwoman, The Joker, The Penguin, hingga The Riddler.
“Saya bisa bicara mewakili banyak penggemar bahwa Batman yang paling terkenang adalah dari seri 1966 dengan diperankan Adam West. Dia menjadi Batman yang kita tahu dan cintai. Kita tidak butuh Batman yang serius, melodramatis dan penuh kekerasan yang justru bisa merusak kelegendaannya,” tulis Michael Schilling dalam surat pembaca, dikutip James Van Hise dalam Batmania.
Michael Keaton (1989-1992)
Lama absen, si manusia kalong baru nongol lagi pada 1989 lewat Batman garapan Warner Bros. Batman/Bruce Wayne-nya diperankan komedian Michael Keaton. Banyak yang tak menyenangi pemilihan Keaton. James Egan dalam 1000 Facts about Superhero Movies mencatat, terdapat sekira 50 ribu surat protes yang membanjiri studio Warner Bros. Bob Kane si pencipta Batman pun merasa Keaton bukan sosok yang pas, sebagaimana Jack Nicholson yang memerankan Joker di film itu.
Baca juga: Menertawakan Kepedihan Hidup Bersama Joker
Namun nyatanya, film itu meledak di pasaran sampai Keaton kembali dilibatkan dalam sekuel Batman Returns (1992) meski sang pemeran sangat tidak nyaman dengan kostum Batsuit-nya. “Batsuit-nya membuatnya merasa klaustrofobia. Membuatnya juga tak bisa menengok hingga harus turut mengarahkan badannya jika mau melihat arah lain. Tapi sutradara (Tim Burton) menyukainya karena membuat Keaton bergerak bukan seperti manusia biasa. Perasaan tidak nyaman itu untungnya bisa dimanfaatkannya untuk menunjukkan betapa frustrasinya karakter (Batman) di beberapa adegan,” ungkap Egan.
Val Kilmer (1995)
Warner Bros kembali mengangkat Batman dalam Batman Forever pada 1995. Sayangnya, tak lagi diperankan Keaton. Mengutip Entertainment Weekly edisi 15 Juli 1995, Keaton memutuskan mundur dengan alasan tidak sreg dengan sutradara baru, Joel Schumacher. Akhirnya pilihan jatuh pada Val Kilmer setelah Schumacher menyisihkan sejumlah opsi lain macam Daniel Day-Lewis, Ralph Fiennes, William Baldwin, dan Johnny Depp. Batman Forever toh tetap booming.
Baca juga: Spider-Man Terjerat Tipu Daya
Pada pekan pembukaannya, Warner Bros meraup 52,8 juta dolar Amerika, menyalip rekor Jurassic Park sebagai film terlaris di pekan pertama. Tak sedikit pula yang memuji peran Val Kilmer, terlepas ia juga mengaku kegerahan dengan kostum Batsuit-nya. “Tapi jika dibandingkan Adam West, apakah Anda bercanda? Dia aktor yang luar biasa (memerankan Batman). Gaya, kharisma, dan pergerakannya luar biasa,” ujar Val Kilmer yang enggan disebut sebagai Batman terbaik, dalam biografinya, Blessed, Life and Films of Val Kilmer.
George Clooney (1997)
Batman di layar lebar berikutnya merupakan sekuel persembahan Warner Bros, Batman & Robin. Val Kilmer urung tampil lantaran melanggar kontrak dengan Warner Bros akibat terlibat dalam film The Saints. “Val mengaku dia mundur namun kami menyatakan dia dipecat,” ujar Schumacher kepada Entertainment Weekly, 31 Mei 1995.
Baca juga: Wajah Joker dalam Lima Aktor
Sempat mempertimbangkan William Baldwin. Schumacher akhirnya menjatuhkan pilihan pada George Clooney karena dianggap lebih bisa membawakan karakter Batman tak seserius, setegas, dan “segelap” yang dibawakan Michael Keaton. Schumacher ingin menyajikan karakter Batman yang lebih ringan dan friendly ditonton anak-anak. Sial, Batman & Robin gagal meledak dan dianggap sejumlah kritikus sebagai film Batman terburuk hingga Warner Bros batal melanjutkan sekuel dan reboot-nya.
Christian Bale (2005-2012)
Seram dan sangar. Penuh dengan sisi gelap namun terasa greget. Itulah kesan dari era baru film Batman lewat trilogi Dark Knight garapan sutradara Christopher Nolan, masih di bawah naungan Warner Bros. Filmnya lebih cocok ditonton usia remaja ke atas lantaran terdapat banyak adegan kekerasan. Adalah Christian Bale yang dimunculkan Nolan di tiga filmnya, Batman Begins (2005), The Dark Knight (2008), dan The Dark Knight Rises (2012).
Meski sudah memulai kariernya sejak 1987, Bale belum dianggap aktor besar saat casting. Saingannya saat itu mulai dari Henry Cavill, Jake Gyllenhaal, Joshua Jackson, Billy Crudup, hingga (mendiang) Heath Ledger. Namun Bale mampu memukau Nolan saat casting dan reading naskah. “Dia mempunyai keseimbangan antara sisi gelap dan terang, di mana dua hal itu yang paling kami cari,” tutur Nolan dalam rilis pers Warner Bros, 11 September 2003.
Baca juga: Enam Wajah di Balik Topeng Spider-Man
Meski meninggalkan kesan karakter Batman paling gelap dan greget, trilogi Dark Knight masih kalah laris ketimbang film-film Batman terdahulu hingga kemudian masuk era DCEU, Bale digantikan Ben Affleck. Sempat ada celotehan lucu saat Affleck meminta saran Bale untuk menyuksesi karakter Batman.
“Affleck menanyakan saran dari Bale soal bagaimana baiknya memerankan Batman. Bale bilang pada Affleck agar memastikan dia bisa buang air kecil saat mengenakan Batsuit,” ungkap James Egan dalam 1000 Facts about Superhero Movies.
Pattinson telah resmi menjadi pemeran Batman terbaru di semesta DCEU. Pasti bakal ada lagi perbandingan aktingnya dengan para pendahulunya. Nah, dari sekian banyak pemeran Batman/Bruce Wayne, siapa favorit Anda?
Tambahkan komentar
Belum ada komentar