ILMIAWATI Safitri, mahasiswa Universitas Gadjah Mada, mengaku bila sebelum pergi dirinya terlebih dulu selalu membedaki wajahnya dan mewarnai bibirnya dengan gincu. “Supaya nggak kelihatan pucat. Kadang lipstick kutaruh di pipi buat blush on, hahaha...” ujarnya sambil terkekeh kepada Historia. Selain merias bibir dan pipi, Mia, sapaan akrabnya, tak lupa merias matanya dengan celak (eye liner).
Bersama dengan bedak, riasan mata menjadi dandanan rutin bagi sebagian perempuan sebelum bepergian. Aktris Penelope Cruz dan Syahrini mungkin paling fanatik, keduanya tak pernah lepas dari riasan mata. Syahrini bahkan memperkenalkan bulu mata badai beberapa waktu lalu. Bulu mata itu bisa digunakan hanya dengan bantuan maskara, salah satu produk riasan mata berbahan kohl.
Kohl merupakan bahan yang mengandung senyawa antimony (sejenis logam tak stabil yang berbentuk kristal) yang digunakan masyarakat Mesir Kuno sebagai pembuat kosemetik. Di masa inilah, menurut Sjarief Wasitaatmadja yang sejak 1970-an berprofesi sebagai dokter dan pengamat kecantikan, bukti historis tertua penggunaan kosmetik dapat dijejaki dari lukisan Ratu Cleopatra mengenakan celak dan eye shadow.
Baca juga: Awal mula dokter masuk bisnis kecantikan
Orang Meskir Kuno, terutama yang tinggal di daerah lembah, menggunakan msdmt atau kohl untuk celak. Kata “kohl” berasal dari bahasa Arab dan ahli kohl disebut kahal. Kata inilah yang kemudian populer untuk menyebut bubuk hitam bahan dasar kosmetik mata. Sementara, orang Mesir kuno menyebut kohl dengan msdmt, cohm dalam bahasa Koptik, stimmi dalam bahasa Yunani.
Lukisan-lukisan Mesir Kuno menunjukkan bahwa orang Mesir, baik lelaki maupun perempuan, biasa merias mata dengan warna hitam di bagian atas kelopak mata dan hijau di bagian bawah. Beberapa juga memilih warna abu-abu atau biru untuk mewarnai kelopak mata di bawah alis. “Warna hitam dan hijau kebiruan berasal dari batu yang ditumbuk hingga halus. Sementara warna abu-abu dan hijau perunggu diperoleh dari biji tembaga,” tulis Lawrence Charles Parish dalam “Cosmetic: A Historical Review”.
Penggunaan antimoni sebagai eye shadow juga ditemukan di masyarakat Romawi Kuno. Sementara, penggunaan kohl di India sudah tercatat sejak abad ke-4. India mengekspor kohl bersama dengan minyak wijen dan ekstrak melati ke Tiongkok. Menurut Sk Cahudari dalam “History of Cosmetic”, India juga menyalurkan cengkeh, kemenyan, jahe, pala, dan nilam dari Indonesia ke Tiongkok.
Penggunaan kohl yang di India disebut kajal punya sejarah panjang dalam budaya Hindu. Kohl diyakini memiliki manfaat kesehatan sehingga digunakan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Jikalau kohl sulit ditemukan, orang India menggantinya dengan jelaga yang kadung menumpuk di dalam rumah akibat aktivitas pembakaran.
Baca juga: Mendamba kecantikan, menggadaikan kesehatan
Semula, kohl hanya digunakan untuk celak. Namun pada 1913, ketika ahli kimia dan parfum Perancis Eugène Rimmel merancang kuas untuk mengoleskan kohl ke bulu mata, keluarlah maskara non-toksik pertama buatan pabrik. Produk perdana ini jauh dari sempurna, berantakan saat dipakai dan hasilnya tidak selalu bagus. Namun, maskara buatan Rimmel sangat populer di seluruh Eropa. Beberapa negara bahkan masih menyebut maskara sebagai "rimmel", merujuk pada si pembuat.
Meski konon celak mujarab untuk menyehatkan mata dan mengobati trachoma, hasil penelitian terkini oleh Badan Kesehatan Dunia menunjukkan bahwa kosmetik mata baik celak, maskara, atau eye shadow mengandung merkuri organik. Padahal, penggunaan merkuri untuk make up dan produk perawatan kulit (bahkan dalam lampu bohlam, baterai, dan thermometer) sudah dilarang.
Namun, sampai hari ini merkuri masih terkandung dalam banyak produk riasan mata yang diperjual-belikan. Penyebabnya, para peneliti dan pembuat kosmetik belum menemukan bahan pengganti yang cukup aman yang bisa menyamai efektivitas merkuri. Dalam make up mata, merkuri berguna untuk membunuh bakteri dan jamur serta mengawetkan produk agar tetap aman dipakai walaupun sudah lama disimpan.
Baca juga: Apakah cantik itu putih?
Lantaran merkuri merupakan logam berat dan berbahaya, BPOM membatasi penggunaannya untuk kosmetik mata dengan kadar 0,007%. Sementara, Badan Keamanan Obat dan Makanan Amerika memberi batas konsentrasi hingga 65 ppm (parts per million, 65 bagian merkuri banding 1 juta bahan lain).
Meski dinilai aman karena konsentrasinya sangat rendah, beberapa dokter menganjurkan ibu hamil atau orang-orang dengan kondisi imun lemah tidak menggunakan kosmetik yang mengandung merkuri. “Karena sedang hamil, aku sudah nggak pernah pakai eye liner lagi,” kata Mia.