Pram Menemukan Minke
Minke merupakan representasi tokoh pergerakan nasional masa awal.
Bumi Manusia, roman pertama dari tetralogi Pulau Buru karya sastrawan Pramoedya Ananta Toer, akan difilmkan Falcon Pictures dengan sutradara Hanung Bramantyo. Yang bikin heboh, tokoh utama dalam novel itu, Minke, diperankan aktor muda Iqbaal Ramadhan. Banyak yang mengatakan, Iqbaal kurang pas memerankan tokoh Minke.
Minke merupakan anak pribumi cerdas yang hidup pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Dia adalah anak priyayi yang mendapat pendidikan Eropa di Hogere Burger School (HBS) Surabaya. Dia pandai menulis, dan karyanya kerap dipublikasikan di koran-koran zaman itu. Dalam Bumi Manusia, Minke dilukiskan sebagai pemuda revolusioner yang lantang melawan ketidakadilan terhadap bangsanya.
Terinspirasi Tirto
Minke merupakan representasi tokoh pergerakan nasional dan perintis pers nasional, Raden Mas Tirto Adhi Soerjo.
Sebelum Pram menulis Bumi Manusia (terbit pertama kali 1980) dan Sang Pemula (terbit pertama kali 1985), nama Tirto seakan tenggelam dan luput dari perhatian sejarawan. Bahkan sejarawan M.C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern (terbit pertama kali 1981) tidak memberikan perhatian khusus kepada sosok Tirto.
Namun, Tirto lah yang mengilhami Pram menulis tetralogi: Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.
Menurut Koh Young Hun, guru besar pada Hankuk University, Korea Selatan, Pram terinspirasi Tirto lantaran ingin menafsirkan kembali kebangkitan nasional Indonesia. Sebagai seorang wartawan, Tirto pernah menerbitkan suratkabar Soenda Berita (1903-1905), Medan Prijaji (1907), dan Putri Hindia (1908).
Selain jurnalis, Tirto merupakan salah satu tokoh pendiri Syarikat Priyayi (1906), yang dianggap Pram sebagai organisasi modern pribumi pertama.
“Banyak orang berpendapat, Budi Utomo yang memprakarsai gerakan nasional. Namun, menurut Pram, justru Syarikat Priyayi lah yang dapat dikatakan pelopor,” kata Young Hun kepada Historia.
Dalam bukunya Pramoedya Menggugat, Young Hun menulis bahwa Syarikat Priyayi dan Syarikat Dagang Islam, yang sama-sama dirintis tokoh Minke, merupakan organisasi modern pribumi bercorak nasional. Young Hun menulis, dalam segi wawasan dan semangat, Syarikat Priyayi lebih maju daripada Budi Utomo.
“Syarikat Priyayi memakai bahasa Melayu dan keanggotaannya tidak terbatas pada suku Jawa dan Madura saja,” tulis Young Hun.
Menemukan Tirto
Menurut A Teeuw dalam Citra Manusia Indonesia dalam Karya Sastra Pramoedya Ananta Toer, semangat Pram melakukan penelitian sejarah tentang zaman permulaan nasionalisme Indonesia sudah dimulai sejak 1956.
Nama Tirto ditemukan ketika Pram menjadi pengajar di Jurusan Sejarah, Universitas Res Publica, pada 1962.
Dalam sebuah wawancara dengan Andre Vltchek dan Rossie Indira yang dipublikasikan menjadi buku Saya Terbakar Amarah Sendirian!, Pram mengemukakan, dia sudah punya konsep roman tetralogi dan berniat menulisnya sebelum diasingkan ke Pulau Buru.
Pram menulis empat karya legendarisnya itu berdasarkan kertas kerja (kliping koran) yang sebagian dikerjakan mahasiswa-mahasiswanya di Universitas Res Publica.
Sewaktu mengajar, Pram meminta para mahasiswanya untuk mempelajari suratkabar dari akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, dan membuat kertas kerja setiap era di dalam sejarah.
“Naskah kerja inilah yang memberikan ide untuk konsep serial novel saya Tetralogi Buru. Dengan menggunakan kertas kerja mahasiswa saya tersebut, saya juga bisa menulis buku Sang Pemula,” kata Pram.
Dari kliping-kliping koran itu pula Pram menemukan koran Medan Prijaji. Di koran tersebut, menurut buku 1000 Wajah Pram dalam Kata dan Sketsa, dia menemukan sebuah nama yang nyaris dilupakan: Tirto Adhi Soerjo. Dari sini kemudian Tirto direpresentasikan Pram menjadi Minke, anak priyayi yang berani.
Young Hun mengingatkan bahwa memahami tokoh Minke secara menyeluruh tak cukup hanya membandingkannya dengan tokoh Tirto Adhi Soerjo. Perbandingan itu harus dilengkapi dengan tokoh sejarah lainnya, yakni Pramoedya Ananta Toer sendiri.
“Ketiganya memiliki sejumlah kemiripan: orang Jawa lahir di Blora, hidup berkarier di Betawi, bersikap tegar, pemberani, nasionalis, pembela rakyat kecil, berkali-kali dihukum oleh penguasa, penulis produktif, dan lain-lain,” tulis Young Hun.
Baca juga:
Pram dan Soemitro
Pram dan Arsipnya
Koh Memulangkan Pram
Bumi Manusia dalam Film
Menulis Mencipta Indonesia
Tambahkan komentar
Belum ada komentar