Ikan Pemicu Perang
Ikan yang banyak terdapat di perairan Islandia ini memicu konflik dua negara Eropa.
KAPAL nelayan Inggris Hackness menjala ikan di perairan Islandia. Kapal patroli laut Islandia Thor mendekat dan memerintahkan kapal itu mengangkat jala dan pergi. Perintah itu tak digubris Hackness; tetap berlayar sambil menjala ikan dan baru berhenti setelah beberapa tembakan peringatan.
Tak lama fregat HMS Russell tiba dan memerintahkan Thor menyingkir. Thor tak gentar, bahkan terus mendekati Hackness sambil melontarkan tembakan. Kapten fregat Inggris mengancam bakal menenggelamkan Thor jika tembakan mengenai Hackness.
Insiden di perairan Islandia itu terjadi pada Rabu, 12 November 1958. Kala itu, Inggris dan Islandia berkonflik yang dikenal dengan Perang Cod (Cod Wars). Penyebabnya, sengketa perairan sejak 1950-an.
Sejak pengujung abad ke-19, seiring munculnya kapal uap, perairan Islandia yang masuk kawasan Atlantik Utara menjadi tujuan kapal-kapal nelayan dari berbagai negara, termasuk Inggris, untuk mendapatkan ikan cod. “Armada (Inggris, red) tersebut berkontribusi terhadap over-fishing di wilayah tersebut dan mengancam stok ikan yang ada,” tulis Oliver Bennett dalam parliament.uk, 21 Desember 2012.
Baca juga: Apa dan Siapa Islandia?
Setelah merdeka dari Denmark, Islandia mengesahkan UU Maritim pada 1948 untuk mengamankan kekayaan lautnya. Perekonomian Islandia memang bergantung pada sektor perikanan. Hingga 1956, lebih dari 90 persen ekspor berasal dari perikanan.
Keberhasilan Norwegia mempertahankan klaim garis teritorial lautnya menginspirasi Islandia untuk melakukan hal serupa. Pada 1952, Islandia memperpanjang garis laut teritorialnya dari tiga mil menjadi empat mil. Karena separuh dari suplai ikan lautnya berasal dari perairan Islandia, pemerintah Inggris melancarkan protes. Bahkan Inggris membalas dengan melarang kapal-kapal nelayan Islandia berlayar ke perairannya. Kedua negara lalu menempuh jalur diplomasi dan membawa sengketa laut itu ke European Economic Community (EEC) pada 1956, yang dimenangkan Islandia.
Tak lama setelah Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) pada 1958, Islandia kembali memperpanjang garis lautnya menjadi 12 mil. Tindakan Islandia ini menjadi dalih Inggris untuk melancarkan Operation Whippet dengan mengerahkan kapal-kapal perang yang tergabung dalam Fishery Protection Squadron.
“Operasi itu bertujuan untuk mencegah penangkapan atas kapal ikan Inggris dan membebaskan mereka jika tertangkap, tetapi tidak dengan menggunakan tembakan kecuali Islandia melakukannya lebih dulu,” tulis Gudni Johannesson dalam Troubled Waters: Cod War, Fishing Disputes, and Britain’s Fight for the Freedom of the High Seas, 1948-1964.
Baca juga: Perang Malvinas: Luka Lama Kembali Menganga
Operasi yang juga dikenal sebagai “gunboat diplomacy” itu resmi berjalan pada 1 September 1958, bersamaan dengan keputusan Islandia memperpanjang batas laut teritorialnya. Sehari setelah itu, kapal penjaga pantai Islandia Thor menawan pukat nelayan Inggris Northern Foam. Upaya itu sia-sia karena kapal perang Inggris Eastbourne turun tangan. Penduduk Islandia pun mendemo Kedubes Inggris di Reykjavik. Pada 4 September mereka menggalang solidaritas antarbangsa untuk memperjuangkan hak lautnya. Upaya tersebut berhasil, China memperpanjang garis laut teritorialnya tak lama setelah itu.
Sejak itu, kapal patroli penjaga pantai Islandia kian aktif mengamankan lautnya. Selain memberi tembakan peringatan, mereka kerap menawan kapal nelayan Inggris, mengacaukan sinyal komunikasi (jamming) kapal perang Inggris, bahkan menabrakkan kapal patrolinya ke kapal perang Inggris yang melanggar batas perairan lautnya.
Baca juga: Pesan Ratu Victoria Terkait Perang Aceh
AS mencoba menengahi konflik kedua sekutunya di NATO itu. “Hal itu terkait, sekalipun berlainan, dengan Perang Dingin mengingat Islandia menggunakan pangkalan udara Keflavik yang penting dan strategis untuk menekan Amerika Serikat terkait masalah ini,” tulis Nial Barr, “The Cold War and Beyond”, termuat dalam A Military History of Scotland karya Edward M. Spiers dan Jeremy A. Crang.
Bagi AS, Keflavik, tempat pangkalan NATO di Islandia, merupakan salah satu benteng terpenting dari serbuan komunis. Tanpa perhatian lebih kepada pemerintah Islandia, sangat mungkin negeri itu berpaling ke blok Timur. Terlebih Islandia sebelumnya sempat mengancam AS akan memperbarui perjanjian perikanannya dengan Moskow pada musim semi 1957 –ancaman itu ikut menyebabkan keluarnya kucuran bantuan AS.
Meski dibawa ke UNCLOS pada 1960, Perang Cod tak mendapatkan solusi pemecahan. Baik Islandia maupun Inggris bersikukuh pada pandangan masing-masing. Perang tersebut berakhir pada 1976 setelah Inggris, atas tekanan AS, mengakui batas laut teritorial Islandia sejauh 12 mil.
Baca juga: Konflik Keluarga dalam Perang Dunia
Tambahkan komentar
Belum ada komentar