Masuk Daftar
My Getplus

Peringatan HUT TNI Pertama di Cilegon

Cilegon kali pertama jadi tuan rumah HUT TNI pada 1981. Seorang penerjun dari Angkatan Darat meninggal dunia.

Oleh: Randy Wirayudha | 05 Okt 2017
Menhankam/Pangab Jenderal TNI M. Jusuf (kanan) saat memberi instruksi kepada pasukan. Foto: repro "Jenderal M. Jusuf: Panglima Para Prajurit."

SEBAGAIMANA tahun 2015, perhelatan HUT ke-72 TNI tahun ini kembali digelar di Cilegon, Banten. Cilegon dipilih karena lokasinya memadai untuk demonstrasi masing-masing matra: darat, laut dan udara.

Mengingat catatan sejarah, Cilegon bukan lokasi yang asing buat TNI memamerkan beragam alutsistanya. Wilayah di ujung barat Pulau Jawa ini kali pertama dipilih jadi venue HUT TNI tahun 1981 atas perintah Menhankam/Pangab Jenderal TNI M. Jusuf.

Jusuf ingin perayaan HUT TNI yang berbeda, di mana tiga matra bisa melakukan demonstrasi dan parade. Tidak hanya kendaraan tempur dan pesawat, dia juga ingin memperlihatkan kehebatan dan kemegahan kapal-kapal perang TNI AL. Maka, acara harus digelar di dekat laut.

Advertising
Advertising

Pelabuhan Tanjung Priok tidak memiliki lapangan yang luas. Sedangkan Ancol di Jakarta Utara pantainya landai sehingga tidak memungkinkan kapal-kapal perang bisa mendekat ke tepian. Staf Menhankam/Pangab mengusulkan Pelabuhan Cigading di Cilegon.

Panitia memperkirakan sekira 2.500 tamu termasuk menteri dan duta besar negara-negara sahabat, yang akan diangkut dengan 100 bus besar ber-AC dari beberapa titik di Jakarta: Mabes TNI, Lapangan Monas dan Parkir Timur Senayan. Tidak boleh ada tamu yang membawa kendaraan pribadi ke Cilegon. Presiden Soeharto yang bertindak sebagai inspektur upacara berangkat dengan helikopter dari Mabes TNI AU di Pancoran, Jakarta Selatan.

Skenario “perang-perangan” disiapkan dengan melibatkan pasukan Lintas Udara Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Linud Kostrad). Pesawat-pesawat tempur terbaru TNI AU akan melakukan fly pass dengan jarak yang lebih dekat dari sebelumnya.

“Aku mau supaya Bapak Presiden bisa lihat itu pesawat dari jarak agak dekat,” kata Jusuf dalam biografinya, Panglima Para Prajurit karya Atmadji Sumarkijo.

Jusuf yang memantau persiapan memerintahkan agar kapal-kapal perang bermanuver lebih dekat ke tepian. Ingin lebih atraktif, dia meminta pergerakan kapal-kapal perang itu diulang dua kali kala gladi resik pada 3 Oktober 1981. Butuh waktu tidak sedikit untuk mengulang pergerakan kapal-kapal perang itu mengingat koordinasinya. Sampai akhirnya percobaan kedua cukup memuaskan, ketika kapal-kapal itu berparade lebih dekat ke tepian dengan kecepatan 10-12 knot.

“Kalau kapal-kapal yang lebih kecil harus lebih cepat lagi ya!” kata Jusuf merujuk kapal-kapal KCR Patrol Ship Killer (PSK) buatan Korea Selatan.

Pada hari H, gelaran HUT ke-36 TNI itu berlangsung sukses meski sempat ada insiden. Satu prajurit TNI AD dari Kopassandha (kini Kopassus) meninggal karena kecelakaan saat penerjunan.

“Saya juga ikut parade dengan rombongan Marinir. Kita semua sempat lihat ada satu penerjun dari Angkatan Darat yang parasutnya terlilit, akhirnya meninggal dia,” ungkap Peltu (Purn) Riyono kepada Historia.

Terlepas dari itu, semua pihak puas, termasuk Presiden Soeharto. Masyarakat yang berbondong-bondong datang dari berbagai wilayah ke Cilegon merasa bangga terhadap TNI.

Mereka datang dengan berbagai moda transportasi. Bus-bus yang disediakan panitia sampai tidak mencukupi. Penumpang kereta api juga membludak. Bahkan, tidak sedikit yang datang dengan menyewa kendaraan umum hingga menimbulkan kemacetan di Cilegon.

“Yang juga baru adalah adanya peringatai Hari ABRI yang dilakukan serempak di sejumlah daerah. Termasuk di antaranya defile dan parade serta aksi terjun payung,” kata Jusuf.

TAG

dirgahayu-tni

ARTIKEL TERKAIT

Pemburu dari Masa Lalu Gebrakan Pertama Si Opsir Tua Ketika Tentara Kita Berjaya Ricuh di Rapat Koboy Ketika Tentara Tanpa Panglima Sulitnya Mundur dari Dinas Militer Bapak Tentara yang Dilupakan Agar Negara Tak Lagi Zonder Tentara Jenderal Nasution Mengucapkan Selamat Hari Natal Musuh Napoleon di Waterloo Hina Diponegoro