Masuk Daftar
My Getplus

Para Perempuan dalam Buaian Napoleon

Napoleon tak pernah cukup mencumbui satu perempuan. Naluri lelakinya membuka gerbang menuju petualangan cinta terlarang.

Oleh: Randy Wirayudha | 21 Jul 2023
Biopik "Napoleon" juga menyuguhkan intrik percintaan Napoleon Bonaparte (Apple TV)

SUATU malam di sebuah pesta pada akhir abad ke-18, sesosok puan jelita berambut pendek (diperankan Vanessa Kirby) mencuri perhatian Napoleon Bonaparte muda (Joaquin Phoenix). Pun juga sebaliknya. Di tengah keriuhan bangsawan dan perwira yang berpesta, keduanya sama-sama merapat untuk menuntaskan rasa penasaran, siapa gerangan dirinya?

Saat itu nama Napoleon baru mulai naik daun. Perwira muda asal Pulau Korsika itu belum lama “menyelamatkan” revolusi Prancis dengan meraih kemenangan genting di Pengepungan Toulon (29 Agustus-19 Desember 1793).

“Kostum apa yang Anda pakai ini?” tanya sang puan yang ‘kepo’.

Advertising
Advertising

 “Ini seragam (militer) saya. Saya memimpin kemenangan Prancis di Toulon,” jawab Napoleon.

Puan itu seketika terkesima dan merespons lagi. “Siapa namamu?”

Sang pria pun memperkenalkan namanya: Napoleon. Nama yang akan selalu diingat sang puan.

“Apakah jalan hidup saya baru saja berubah, Napoleon?” tukas sang puan teriring senyum.

Baca juga: Napoléon Sang Pahlawan Revolusi Prancis

Scene pertemuan Napoleon dengan Joséphine de Beauharnais (Sony Pictures Entertainment)

Adegan itu digambarkan sebagai pertemuan pertama Napoleon dengan sang puan bernama Joséphine de Beauharnais –yang kelak istri sah pertama Napoleon cum permaisuri Kekaisaran Prancis– di trailer film biopik Napoleon garapan sineas kondang Ridley Scott. Scott melabeli sosok Napoleon di film yang bakal dirilis pada 22 November 2023 itu sebagai figur: kaisar, pencinta, tiran, dan legenda.

Maka Scott juga menyuguhkan kisah cinta Napoleon dengan Joséphine dengan porsi yang cukup fair. Toh Joséphine juga memainkan pengaruh tak sedikit dalam kehidupan Napoleon di samping petualangannya merongrong dinasti-dinasti Eropa sepanjang Perang Napoleon (18 Mei 1803-20 November 1815).

Sebagaimana para penguasa sebelumnya, Napoleon memang dikenal tak pernah cukup bercumbu dengan satu perempuan saja. Joséphine pun bukan cinta pertama Napoleon.

Cinta Pertama hingga Joséphine

Cinta pertama Napoleon hadir di kota kecil Valence di dekat Sungai Rhône, Prancis Selatan. Saat itu Napoleon muda mulai menatap masa depannya sebagai letnan dua di Resimen Artileri La Fère, usai lulus dari Ecole Militaire.

“Saat itu Bonaparte melakukan debutnya pula berbaur dengan masyarakat. Ia masih berusia antara 16-17 tahun ketika bertemu seorang gadis bernama Ema,” tulis sejarawan University of Newcastle Prof. Philip Dwyer dalam Napoleon: The Path to Power 1796-1799.

Namun cinta Napoleon bertepuk sebelah tangan. Beberapa surat Napoleon tak berbalas bahkan hingga Napoleon dipindahtugaskan ke Nice dan Auxonne.

“Bonaparte tak terlalu lama terobsesi dengan Ema karena kemudian pikirannya beralih kepada gadis lain, Caroline du Colombier,” lanjutnya.

Baca juga: Hidangan Favorit Napoléon

Mereka bisa bertemu karena ibunda sang gadis, Anne du Colombier, sering mengundang Bonaparte ke wisma. Caroline masih berusia 17 tahun dan hubungan cinta mereka masih polos. Sayang hubungan mereka tak pernah sampai ke jenjang pernikahan.

“Di kemudian hari Nona Du Colombier dinikahi seorang perwira lain, M. Garempel de Bressieux. Mereka tinggal di sebuah château tua di kawasan pedesaan Prancis,” ungkap Frédéric Masson dalam Napoleon, Lover and Husband.

Lukisan Caroline du Colombiere bersama Napoleon (kiri) dan Bernardine Eugénie Désirée Clary (Société de vente Osanat/kungligaslotten.se)

Ketika Revolusi Prancis berkecamuk dan bergulir hingga pasca-periode Rezim Teror (5 September 1793-27 Juli 1794), Napoleon bersua perempuan lain yang membuatnya jatuh hati, Désirée Clary. Ia masih terhitung kerabat besan karena adik Napoleon, Joseph Bonaparte, menikahi Marie Julie Clary yang merupakan kakak sulung Désirée.

Hubungan Napoleon dengan Désirée kemudian berlanjut sampai ke jenjang pertunangan pada 21 April 1795. Meski Désirée disenangi keluarga besar Napoleon, pada akhirnya ia memilih memutuskan pertunangannya pada September di tahun yang sama usai Napoleon kepincut perempuan lain yang berstatus janda.

Baca juga: Perempuan-Perempuan dalam Pelukan Hitler

Perempuan yang dimaksud adalah Marie-Josèphe Rose Tascher de La Pagerie alias Joséphine. Ia janda bangsawan Jenderal Alexandre François Marie de Beauharnais yang ditangkap pada masa revolusi dan dieksekusi Rezim Teror pada 1794. Mengutip Kate Williams dalam Ambition and Desire: The Dangerous Life of Josephine Bonaparte, di sebuah jamuan pada awal musim gugur 1795 politikus Paul Barras mendudukkan Napoleon di sebelah Joséphine.

Dengan cahaya remang-remang liling, keduanya hanyut pada percakapan. Tidak seperti perempuan lain yang ditemui sang perwira muda dalam pesta sebelumnya, Joséphine sama sekali tidak meledek atau mengacuhkan Napoleon yang berasal dari Korsika. Lama-kelamaan benih-benih cinta di antara mereka tumbuh subur.

“Saya tidak imun terhadap pesona perempuan tetapi saya lebih sering tidak beruntung hingga membuat saya malu jika bertemu perempuan. Madame de Beauharnais jadi satu-satunya yang meyakinkan saya. Dia mengatakan hal-hal yang baik soal bakat militer saya dan suatu hari saya akan duduk berdampingan dengannya. Pujian-pujiannya membuat saya mabuk kepayang. Saya begitu jatuh cinta kepadanya,” ungkap Napoleon, dikutip Williams.

Lukisan peresmian perceraian Napoleon dengan Joséphine karya Henri Frédéric Schopin (wallacecollection.org)

Pada 9 Maret 1796, Napoleon mempersunting Joséphine. Napoleon tak peduli keluarga besarnya tak simpatik pada status Joséphine yang janda beranak dua.

Tetapi karena kemudian sering ditinggal pergi perang, Joséphine yang kesepian menjalin hubungan terlarang. Saat Napoleon mulai menggulirkan kampanyenya ke Italia (1796-1797) hingga kemudian melancarkan Ekspedisi Mesir dan Suriah (1798-1801), Joséphine selingkuh dengan perwira yang lebih tampan, Letnan Hippolyte Charles.

Baca juga: Napoléon Dianggap Putra Nabi di Mesir

Kendati Napoleon tahu perselingkuhan istrinya, bahtera perkawinannya tetap dipertahankan. Bahkan ketika Napoleon mendaulat dirinya sebagai Kaisar Prancis pada 1804, Joséphine tetap mendampinginya sebagai permaisuri kaisar.

Joséphine seolah sudah mulai mati rasa dan selalu tutup mata mengetahui Napoleon mulai sering main perempuan. Termasuk jelang penobatannya sebagai kaisar, di mana Joséphine sempat memergoki Napoleon meniduri pelayan Joséphine yang bernama Élisabeth de Vaudey.

Pernikahan Napoleon-Joséphine tak pernah dianugerahi keturunan hingga keduanya bercerai pada 10 Januari 1810. Joséphine ikhlas diceraikan demi sang kaisar bisa mencari pendamping lain yang mampu memberinya keturunan.

Pasangan yang Memberi Keturunan

Pernikahan Napoleon-Joséphine bukan hanya tak menghasilkan keturunan tapi juga mengarah pada hubungan yang cenderung toxic. Pada kampanye di Italia setelah kabar perselingkuhan Joséphine dengan Letnan Charles, Napoleon seperti tak ingin kalah untuk punya selingkuhan.

“Napoleon menyadari perselingkuhan itu sejak kampanyenya di Italia dan ia menulis banyak surat yang sialnya dicegat pihak Inggris dan mempublikasikannya untuk mempermalukan Napoleon. Napoleon kemudian juga berselingkuh. Selama kampanye Mesir, ia membawa serta Pauline Bellisle Fourès sebagai pendamping di ranjang meski Pauline masih berstatus istri seorang perwira muda,” urai Frank McLynn dalam Napoleon.

Untuk bisa membawa Pauline, Napoleon lebih dulu memberi perintah kepada Jean-Noel Fourès, perwira kavaleri suami Pauline, pada sebuah misi pulang ke Prancis. Akan tetapi ketika Pauline sudah bercerai, Napoleon tak jua menikahinya secara sah hingga keduanya berpisah. Pauline akhirnya beralih ke pelukan perwira lain, Jean Baptiste Bellard, untuk kemudian menepi jadi pebisnis di Brasil.

Baca juga: Kisah Mata-Mata Perempuan di Tengah Perang

Perempuan selingkuhan Napoleon lain adalah Eléonore Deneulle de La Plaigne, yang jatuh ke pelukan sang kaisar selama ia masih dalam pernikahan dengan Joséphine. Eléonore juga berstatus janda tapi tanpa anak ketika ia dan Napoleon mulai berhubungan tak lama setelah Eléonore cerai dengan suaminya, Kapten Jean-Francois Revel Honoré.

Hubungan Napoleon-Eléonore setidaknya “direstui” keluarga besar sang kaisar, mengingat keduanya dicomblangi adik Napoleon, Caroline Bonaparte. Dari Eléonore pula Napoleon akhirnya dianugerahi keturunan pertama meski statusnya tidak sah, yakni Charles Léon Denuelle de la Plaigne yang lahir di Paris pada 13 Desember 1806.

Ki-ka: Pauline Fourès, Eléonore Deneulle, dan Marie Walewska (RMN Grand Palaise/Château de Versailles)

Eléonore tak pernah dinikahi Napoleon secara resmi karena sang kaisar di tahun yang sama juga menemukan selingkuhan baru di Polandia, Marie Walewska. Empat tahun setelah pertemuan pertama pada 1806, keduanya menghasilkan keturunan, Alexandre Colonna-Walewski sebagai putra kedua tidak sah Napoleon.

Seperti halnya Eléonore, Marie Walewska pun tak dibawa Napoleon naik pelaminan. Justru di tahun putra tak sahnya lahir, Napoleon memilih perempuan bangsawan asal Austria, Putri Marie Louise. Ia terhitung masih cucu keponakan Ratu Prancis yang dipenggal di masa revolusi, Marie Antoinette.

Baca juga: Karayuki di Bumi Pertiwi

Keputusan Napoleon menikahi Putri Marie Louise cenderung politis. Ia mencari legitimasi di antara para bangsawan Eropa, khususnya di Austria pasca-Traktat Perdamaian Schönbrunn (14 Oktober 1809) yang mengakhiri Perang Koalisi Kelima (10 April-14 Oktober 1809).

“Seiring negosiasi Traktat Schönbrunn, Napoleon mulai memproses perceraiannya dengan Joséphine untuk kemudian mencari permaisuri baru yang diharapkan bisa menghasilkan keturunan sah. Pernikahan mereka diusulkan (Kaisar Austria) Francis II yang disampaikan melalui diplomat Prancis Louis Narbonne,” ungkap Imbert de Saint-Amand dalam The Happy Days of the Empress Marie Louise.

Momen pernikahan Napoleon dengan Putri Louise dalam lukisan karya Georges Rouget (Château de Versailles)

Setelah resmi menceraikan Joséphine pada Januari 1810, Napoleon resmi menikahi Putri Marie Louise pada 11 Maret 1810 di Gereja Augustinian, Wina, Austria. Menariknya, upacara pernikahannya didelegasikan. Napoleon sebagai mempelai pria diwakilkan Pangeran Charles Louise yang notabene paman Putri Marie Louise.

Baru pada 13 Maret, Putri Marie Louise berangkat ke Paris untuk meresmikan statusnya sebagai permaisuri kaisar Prancis sekaligus ratu Italia. Pernikahan mereka secara administratif disahkan di Gereja Saint-Jacques, Paris, pada 1 April 1810.

“Saya menikah demi rahim (keturunan, red.) namun akhirnya perasaan cinta itu tumbuh perlahan-lahan,” ungkap Napoleon, dikutip De Saint-Amand.

Baca juga: Sengkarut Pohon Keluarga Hitler

Sesuai ekspektasi, Marie Louise melahirkan seorang putra sekaligus keturunan sah pertama sang kaisar, Napoleon François Joseph Charles Bonaparte, pada 20 Maret 1811. Meski begitu, rupanya petulangan cinta Napoleon tetap belum tutup buku.

“Dia tetap memiliki simpanan lain yang bahkan melahirkan keturunan tidak sah berikutnya, di antaranya Emilie Victoria Kraus von Wolfsberg yang melahirkan Eugen Megerle von Mühlfeld dan Albine de Monthlon yang melahirkan Hélène Napoleone Bonaparte,” sambung McLynn.

Ending petualangan cinta itu baru berakhir sejurus Napoleon diasingkan untuk kedua kalinya ke St. Helena, tempat ia mendekam hingga akhir hayatnya pada 5 Mei 1821. Saat dalam pembuangan itu pula Napoleon mengakui penyesalannya yang tidak memperlakukan Joséphine selaku istri sah pertamanya sebagaimana mestinya.

“Saya sungguh mencintai Joséphine tetapi saya tidak menghormati dirinya,” Napoleon menyesali saat mendengar kabar wafatnya Joséphine pada 29 Mei 1814 karena pneumonia, dikutip Felix Markham dalam Napoleon.

TAG

napoleon prancis

ARTIKEL TERKAIT

Mata Hari di Jawa Tepung Seharga Nyawa Pengawal Raja Charles Melawan Bajak Laut Pengawal Raja Charles Masuk KNIL Strategi Napoleon di Balik Kabut Austerlitz Napoleon yang Sarat Dramatisasi Topi Merah Simbol Perlawanan Rakyat Prancis Di Balik Warna Merah dan Istilah Kiri Marcel Dassault dan Jet Tempur Kebanggaan Prancis Chevalier Menggugat Égalité