Masuk Daftar
My Getplus

Perjamuan Terakhir Yesus

Sebelum disalibkan, Yesus turut dalam perjamuan terakhir bersama para muridnya. Ritus perjamuan kudus yang masih diperingati umat Kristen sampai sekarang.

Oleh: Martin Sitompul | 02 Agt 2024
Lukisan Perjamuan Terakhir karya Leonardo da Vinci yang sudah direstorasi. (Wikimedia Commons).

PESTA olahraga Olimpiade 2024 di Paris menuai kontroversi sekaligus kecaman. Dalam upacara pembukaan, panitia menampilkan parodi menyerupai Perjamuan Terakhir Yesus Kristus yang dilakonkan oleh sekelompok transgender. Panitia berdalih bahwa parodinya memuat pesan keberagaman. Alih-alih pujian, pertunjukan itu dibanjiri kritik karena dianggap menghina bagi kalangan umat Kristen dan Katolik.

Adegan Perjamuan Terakhir diadaptasi dari lukisan mural karya seniman Italia Leonardo da Vinci yang berjudul Il Cenacolo (The Last Supper) pada akhir abad ke-15. Lukisan ini menggambarkan kebersamaan Yesus dengan kedua belas muridnya dalam suatu acara perjamuan makan roti dan minum anggur, sehari sebelum penyaliban. Dalam lukisannya, da Vinci menempatkan Yesus di tengah-tengah para murid. Enam murid di sebelah kanan dari yang paling dekat dengan Yesus adalah: Yohanes, Simon Petrus, Yudas Iskariot, Andreas, Yakobus putra Alfeus, dan Bartolomeus. Enam murid lainnya di sebelah kiri Yesus berturut-turut: Tomas, Yakobus putra Zebedeus, Filipus, Matius si pemungut cukai, Tadeus, dan Simon orang Zelot.

Kitab Injil, baik Matius, Markus, Lukas, maupun Yohanes mengisahkan detil-detil peristiwa Perjamuan Terakhir. Dalam Matius 26: 17—29, perjamuan terakhir Yesus bersama para murid disebutkan bertepatan dengan hari pertama Hari Raya Roti Tidak Beragi atau persiapan Paskah Yahudi. Di sela-sela makan, Yesus mengatakan bahwa salah satu dari mereka akan mengkhianatinya. Yesus juga mengingatkan Petrus yang akan menyangkalnya tiga kali sebelum ayam berkokok menjelang penyaliban. Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya.

Advertising
Advertising

“Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku,” kata Yesus. Sesudah itu, Yesus mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: “Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.”  

Baca juga: Menjejaki Peristiwa Kenaikan Yesus

Narasi Markus kurang lebih mirip dengan Matius. Namun, Markus lebih banyak memuat percakapan yang terjadi antara Yesus dan para murid selama perjamuan. Perjamuan dilakukan di suatu ruang tamu di Yerusalem yang telah dipesan terlebih dulu oleh dua orang murid Yesus (Petrus dan Yohanes). Selain itu, Yesus juga memberikan petunjuk mengenai siapa sosok yang akan mengkhianatinya.

“Orang itu ialah salah seorang dari kamu yang dua belas ini, dia yang mencelupkan roti ke dalam satu pinggan dengan Aku,” kata Yesus seperti dicatat dalam Markus 14:20.

Injil Lukas mengawali kisah sebelum perjamuan ketika Yudas Iskariot pergi kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal bait Allah dan berunding dengan mereka, bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus kepada mereka. Yudas menerima sejumlah uang atas permufakatannya dengan para imam untuk menyerahkan Yesus. Dalam perjamuan itu, Lukas juga mengungkap terjadi pertengkaran di antara para murid tentang siapa yang paling besar di antara mereka.

Baca juga: Eleazar, Imam Besar Bangsa Israel

Kisah perjamuan terakhir dalam Injil Yohanes dibuka dengan Yesus membasuh kaki murid-muridnya terlebih dulu. Sebelum memasuki perjamuan, Yesus mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang Yesus. Kemudian, Yesus menuangkan air ke dalam sebuah baki, dan mulai membasuh kaki murid-murid, lalu menyekanya dengan kain di pinggang-Nya. Setelah memakan roti, Yudas pergi meninggalkan perjamuan. Murid yang lain tiada curiga sebab Yudas bertugas sebagai bendahara sehingga dikira pergi untuk membeli sesuatu.

Setelah perjamuan, Yesus dan para murid, kecuali Yudas, pergi ke Bukit Zaitun. Di sanalah pada tengah malam sekelompok orang menangkap Yesus lalu menyerahkan Yesus kepada imam besar. Dari imam besar, Yesus kemudian dihadapkan kepada penguasa Roma, Gubernur  Pontius Pilatus, untuk disalibkan yang berujung kematian Yesus pada tahun 30 Masehi.

Kisah tentang perjamuan terakhir Yesus bersama para murid memuat sejumlah penjelasan dan pemaknaan rohani oleh para teolog dan peneliti Injil. Dalam Injil Sinoptik (Matius, Markus, Lukas), Yesus merayakan perjamuan Paskah pada hari Kamis petang, menjelang hari wafatnya. Sedangkan menurut Injil Yohanes, Yesus wafat tepat menjelang perjamuan Paskah Yahudi.

Baca juga: Tokoh Yosua dalam Alkitab

Dalam Ensiklopedi Perjanjian Baru, diusulkan tiga pemecahan yang berbeda. Pertama, Yesus sengaja mempercepat perjamuan Paskah. Kedua, Perjamuan Terakhir itu benar-benar perjamuan Paskah, namun menurut suatu kalender yang berbeda. Ketiga, ada perjamuan persaudaraan yang oleh Yesus sendiri diberi warna perjamuan Paskah.

“Menurut pemecahan terakhir ini, Yesus mengadakan suatu upacara Paskah Yahudi, bukan dengan mengadakan suatu upacara yang baru, melainkan dengan mempersembahkan hidup-Nya pada saat perjamuan Paskah itu diadakan,”  catat Xavier Leon-Dufour dalam Ensiklopedia Perjanjian Baru.

Penulis profetik Ellen Gould White menerangkan pertengkaran yang terjadi sebelum perjamuan sebermula dari Yakobus dan Yohanes yang meninggikan diri di antara murid lainnya. Hal ini menyinggung sepuluh murid yang lain karena merasa diperlakukan tidak adil. Yudas paling keras terhadap Yakobus dan Yohanes. Yesus mendamaikan murid-murid yang bertikai ini dengan membasuh kaki mereka. Ini melambangkan kerendahan hati. Kaki adalah bagian terendah dari tubuh manusia sekaligus kotor.

“Perbuatan ini membuka mata murid-murid. Perasaan malu yang pahit dan perasaan kerendahan memenuhi hati mereka. Mereka mengerti teguran yang tidak diucapkan itu, dan melihat diri sendiri dalam suatu terang yang baru semata-mata,” ungkap White dalam The Desire of Ages.

Baca juga: Kompi Kristen di Batalyon Hizbullah

Perjamuan terakhir menjadi perpisahan Yesus dengan murid-murid-Nya. Namun, menurut teolog Richard France, rumusan kalimat itu terlalu sederhana untuk mengungkapkan makna sebenarnya. Sama seperti masuknya Yesus ke Yerusalem dan peristiwa di Bait Allah, perjamuan itupun dengan sengaja bersifat simbolis. Peringatan Perjamuan Terakhir Yesus itu, terang France dalam Jesus The Radical: A Portrait of The man They Crucified, menggantikan Paskah Yahudi, “Untuk mengingatkan tentang Paskah yang lebih agung ketika Yesus mati bagi dosa banyak orang dan perjanjian yang baru dibuat.”

Pada hakikatnya, perjamuan makan dan minum anggur yang Yesus lakukan adalah asal-usul perjamuan suci (holy communion) bagi umat Kristen atau Sakramen Ekaristi bagi umat Katolik. Kepentingan perjamuan di dalam gerakan Kristen mula-mula dan di sepanjang sejarah kristiani, menurut teolog Lutheran Marcus J. Borg dalam Meeting Jesus Again for the First Time: The Historical Jesus and the Heart of Contemporary Faith, bertitik tolak dari persekutuan di sekitar makan yang dulu Yesus lakukan. Tentu saja, di dalam tradisi kristiani kegiatan makan bersama ini telah menjadi suatu kegiatan ritual perjamuan suci, tidak lagi makan bersama yang sebenarnya.

Sampai saat ini, gereja-gereja Kristen masih menjalankan ritus perjamuan suci berkala dalam perbaktiannya. Sebagian kecil lainnya masih menerapkan prosesi pembasuhan kaki sebelum memasuki perjamuan suci memakan roti dan anggur tanpa ragi. Ia menjadi pengingat akan pelayanan dan kematian Yesus.

Baca juga: Satu Abad Olimpiade Paris

TAG

yesus agama kristen yerussalem

ARTIKEL TERKAIT

Menjejaki Peristiwa Kenaikan Yesus Tentang Dua Kelenteng yang Bersejarah Paus Yohanes Paulus II Terpukau Pancasila Pertemuan Presiden Sukarno dan Paus Yohanes XXIII di Vatikan Secuplik Jejak Paus Paulus VI di Jakarta Ketika Rahib Katolik Bertamu ke Majapahit Kakek Glenn Fredly Disiksa Jepang Petuah Pangeran Madrais Pengaruh Tionghoa pada Masjid Demak dan Masjid Angke Tak Ada Perjalanan Haji Saat Perang Dunia I hingga Ultimatum Belanda