Sepuluh Gempa Dahsyat di Indonesia Sepanjang Abad 20
Indonesia termasuk negara yang rawan gempa. Inilah sepuluh gempa dahsyat yang mengguncang Indonesia sepanjang abad 20.
GEMPA berkekuatan 6,1 Skala Richter (SR) mengguncang Kabupaten Lebak, Banten, pada 23 Januari 2018. Pusatnya di 81 kilometer barat daya, kedalaman 10 kilometer, dan tidak berpotensi tsunami. Getarannya sampai ke Jakarta dan sekitarnya.
Indonesia termasuk negara yang rawan gempa karena terletak di tengah-tengah Cincin Api Pasfik, di antara tiga pertemuan Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik. Tak heran sering terjadi guncangan ketika ada aktivitas subduksi di antara tiga lempeng itu yang tepatnya berada di sekitar Sumatera, Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara hingga Indonesia Timur.
Untuk kurun waktu sepanjang abad 20 (1900-2000) setidaknya sepuluh kali gempa dahsyat berkekuatan di atas 7,8 SR di sekujur wilayah Indonesia.
Gempa Pulau-Pulau Batu Nias, 28 Desember 1935
Gempa tektonik pertama yang tercatat di Sumatera pada abad 20 terjadi di Pulau-Pulau Batu yang sekarang masuk wilayah Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Guncangannya mencapai 7,7 SR dan memicu tsunami kecil.
Menurut National Geophysical Data Center (NGDC) gempa ini juga merusak jaringan telepon dan rumah-rumah sampai ke Kepulauan Tanahbala, Sigata, Sibolga dan Kota Padang. Korbannya hanya dua orang luka-luka karena tertimpa reruntuhan rumah.
Gempa Laut Banda, 1 Februari 1938
United States Geological Survey (USGS) atau Badan Survei Geologi Amerika Serikat mencatat gempa berkekuatan 8,4 SR berada di kedalaman 35 kilometer di Laut Banda. Tsunami kecil menerjang Pulau Banda dan Pulau Kai. Getarannya terasa sampai Kepulauan Aru, Kepulauan Tanimbar, Jakarta dan Darwin, Australia. Tak ada laporan korban meninggal atau luka-luka.
Gempa Cilacap, 23 Juli 1943
Gempa berkekuatan 8,1 SR melanda pesisir selatan Pulau Jawa dari Cilacap, Garut, Yogyakarta sampai Solo. Dalam Bencana Alam dan Bencana Anthropogene, Sukandarrumidi mencatat 213 korban tewas, 2.096 terluka, dan 2.800 bangunan roboh di berbagai wilayah tersebut.
Gempa Laut Seram, 24 Januari 1965
Gempa berkekuatan 8,2 SR yang terjadi sekira pukul 00.11 dini mengguncang Kepulauan Sanana, Maluku Utara. Gempa ini akibat subduksi Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik di Laut Seram. Data USGS menyebut 71 orang di kepulauan itu tewas akibat terjangan tsunami.
Gempa Bima, 19 Agustus 1977
Dari laporan NGDC, gempa berkekuatan 8,3 SR mengguncang Bima, Nusa Tenggara Barat, dan Pulau Sumbawa dan Sumba, Nusa Tenggara Timur. Gempa yang disusul tsunami setinggi 5,8 meter ini menewaskan 185 orang dan 1.100 lainnya terluka.
[pages]
Gempa Flores, 12 Desember 1992
Menjelang pergantian tahun, Pulau Flores di Nusa Tenggara Timur digoyang gempa dengan magnitudo 7,8 SR di kedalaman 27,7 kilometer. Bencana ini memicu tsunami setinggi 25 meter ke sepanjang 300 meter pesisir Pulau Flores. USGS mencatat kerusakan yang juga berefek sampai ke Pulau Sumba dan Alor itu, menimbulkan 2.500 korban tewas dan 500 terluka.
Gempa Banyuwangi, 3 Juni 1994
Gelombang tsunami setinggi 14 meter menerjang pesisir Banyuwangi, Jawa Timur dan timur laut Pulau Bali yang menewaskan sekira 250 orang. Tsunami tersebut, dari keterangan USGS, terpicu gempa berkekuatan 7,8 SR di Banyuwangi dengan kedalaman 18 kilometer. Guncangan gempa juga merusak beberapa rumah dan bangunan di Pulau Lombok dan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Gempa Minahasa, 1 Januari 1996
Warga Minahasa, Sulawesi Utara di pagi pertama tahun 1996 sekira pukul 8 pagi didera gempa berkekuatan 7,9 SR. USGS menerangkan gempanya berasal dari kedalaman 24 kilometer. Guncangannya turut terasa sampai Ogotua, Palu, Poso, Bontang dan Samarinda. Gelombang tsunami menewaskan delapan orang.
Gempa Biak, 17 Februari 1996
Pulau Biak di Papua diterjang gempa berkekuatan 8,2 SR sekira pukul 6 pagi. International Seismological Centre (ISC) mencatat, gempa ini memicu tsunami setinggi 7 meter. Dilaporkan 166 orang meninggal, 423 terluka dan lebih dari lima ribu kehilangan tempat tinggal.
Gempa Bengkulu, 4 Juni 2000
Gempa dahsyat terakhir di abad ke-20 terjadi di Pulau Enggano, Bengkulu. Dari data ISC diketahui gempa yang berpusat di kedalaman 35 kilometer itu mencapai kekuatan magnitudo 7,9 SR. Korban mencapai 103 orang meninggal dan lebih dari 2.500 lainnya terluka.
Di sisi lain laporan Peter Walker dari Federasi Palang Merah Internasional dan Masyarakat Bulan Sabit Merah menyatakan, ratusan korban meninggal bukan karena gempa, melainkan pengungsi gempa yang terkena penyakit pasca bencana. “Dampak gempa tidak begitu hebat, namun yang parah adalah mewabahnya malaria dan penyakit-penyakit lain,” ungkap Peter dikutip The Guardian, 6 Juli 2000.
[pages]
Tambahkan komentar
Belum ada komentar