top of page

Sejarah Indonesia

Omar Dani Menunggu Hari Eksekusi

Omar Dani Menunggu Hari Eksekusi

Panglima AURI yang dinista ini dengan tabah menunggu giliran hukuman mati. Hari-harinya dihiasi doa dan kesabaran.

21 Juli 2019

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Omar Dani dihadapan Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub). (Youtube Ryan Paat).

Diperbarui: 30 Jul

Vonis mati itu jatuh pada malam Natal 1966. Si terhukum, Laksamana Madya Omar Dani, mantan Menteri/Panglima AURI berdiri tegap mendengarkan putusan hakim. Sorot matanya nanar. Sesekali dia menggigit rahang seolah pasrah menahan rasa pahit. Mahkamah Milliter Luar Biasa (Mahmilub) mendakwa Dani melakukan perbuatan makar. Di saat yang sama, umat Islam sedang menunaikan ibadah puasa karena sedang bulan suci Ramadan.  


“Allahu Akbar! Allahu Akbar,” Omar Dani haya bisa berseru demikian dalam batin waktu vonis dibacakan sebagaimana terkisah dalam biografinya Tuhan Pergunakanlah Hati, Pikiran dan Tanganku yang disusun Benedicta Surodjo dan J.M.V. Soeparno. Sembari menanti eksekusi hukuman mati, Omar Dani pun dijebloskan ke Rumah Tahanan Militer (RTN) Nirbaya, Jakarta Timur.


Tahun silih berganti. Memasuki tahun 1975, Omar Dani belum juga dihadapkan ke gerombolan regu tembak. Sementara itu, seorang penghuni baru memasuki RTM Nirbaya. Mochtar Lubis namanya, pemimpin redaksi surat kabar Indonesia Raya. Mochtar dipenjara karena pemberitaan Indonesia Raya yang kritis terhadap peristiwa Malari (Malapetaka 15 Januari 1974). Dia diangggap menyudutkan pemerintah, sehingga Presiden Soeharto pun marah. Mochtar yang kena apesnya.


Di RTM Nirbaya, Mochtar dan Dani berkawan akrab. Paviliun tempat mereka mendekam bersebelahan. Keduanya kerap kali bercengkrama. Mochtar mengenang bahwa Omar Dani semasih berpangkat letnan udara pernah menjadi instruktur terbangnya waktu belajar di Aeroclub beberapa tahun silam. Pada malam hari, Mochtar dan Dani makan bareng bersama tahanan Gestapu lainnya. Suasana persahabatan sangat terasa diantara mereka.


“Saya makan bersama Jenderal Pranoto, Laksamana Omar Dani, Soemardjo, Syukur, Danu, Aji. Semuanya mengumpul makanan dari rumah (paviliun tahanan), dan dimakan bersama-sama sebagai satu keluarga,” kenang Mochtar Lubis dalam memoarnya Nirbaya: Catatan Harian Mochtar Lubis dalam Penjara Orde Baru.


Lama bergaul di tahanan, Mochtar jadi paham betul kebiasaan dan pergumulan yang dialami Omar Dani. Kepada Mochtar, Dani menuturkan setiap malam menjelang tidur, dirinya selalu berdoa. “Agar Tuhan menguatkan hati saya, jika di tengah malam pintu diketuk dan saya dibangunkan ke tempat penembakan mati,” demikian munajat Dani.


“Aduh sayang, aku amat terharu mendengar kata-katanya yang diucapkan dengan amat tenang,” kata Mochtar Lubis kepada istrinya, Siti “Hally” Halimah dalam catatan harian bertanggal 2 April 1975.    


Cobalah bayangkan, ungkap Mochtar, selama 9 ahun, Omar Dani menyiapkan dirinya menghadapi peluru yang akan merenggut nyawanya. Saban malam, Dani mengucapkan selamat tinggal dan mendoakan keselamatan. Alangkah kuat jiwanya.


Kepada Hally, Mochtar menyatakan rasa hormatnya kepada Dani. Rasa simpati mendorong Mochtar untuk berdoa agar Tuhan mengampuni kesalahan Dani. Mochtar juga berharap agar penguasa Orde Baru mengembalikan Dani kepada keluarganya.

   

“Penderitaannya selama sembilan tahun seharusnya dapat diterima sebagai tahanan bagi segala apa yang dituduhkan kepadanya,” kata Mochtar.


Doa dan harapan itu baru terjawab dua puluh tahun kemudian. Pada 1995, pemerintah membebaskan beberapa tahanan politik, termasuk Omar Dani yang sudah hampir tiga puluh tahun mendekam dalam bui. Dani yang telah sepuh itupun luput dari bidikan regu tembak.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page