Bung Karno di Negeri Tango
Huru-hara menyambut kedatangan Presiden Sukarno di Argentina. Kerusuhan itu tidak menghalangi agenda diplomatik Bung Karno untuk memperkenalkan Indonesia hingga ikut berjoget dalam tarian Tango.
LAGU "Indonesia Raya" berkumandang untuk pertama kalinya di Bandara Ezeiza, Buenos Aires, Argentina. Hari itu, Kamis malam, 21 Mei 1959, bertepatan dengan kunjungan perdana Presiden Sukarno ke negeri "Tango". Presiden Argentina Arturo Frondizi turut menyambut langsung kedatangan Bung Karno di bandara. Di balik sambutan yang meriah, Frondizi sejatinya menyimpan kekhawatiran. Buenos Aires saat itu tengah dilanda aksi unjuk rasa masyarakat kelas pekerja.
“Demonstrasi pemogok, bom meledakm bom-bom gas air, dan bentrokan-bentrokan ikut sambut Bung Karno di Argentina,” lansir berita Harian Umum, 23 Mei 1959.
Argentina menjadi negara kedua yang disambangi Bung Karno setelah Brazil, dalam lawatannya ke negara-negara Amerika Latin. Namun, keadaan sosial yang terjadi di Buenos Aires tidak semulus di Rio de Janeiro. Pemogokan besar-besaran kelompok buruh bank telah meresahkan negara itu sejak 14 April 1959.
Baca juga: Bung Karno di Rio de Janeiro
Situasi keamanan di Buenos Aires sudah mencekam sejak sore menjelang kedatangan Bung Karno. Bentrokan terjadi antara polisi dengan pegawai-pegawai bank yang sedang mogok kerja melakukan demonstrasi. Kendaraan-kendaraan bus juga dibakar oleh para demonstran. Akibatnya puluhan orang luka-luka dan pusat perdagangan menjadi sepi.
Aparat kepolisian membubarkan aksi demonstrasi dengan siraman gas air mata. Tindakan represi itu ditempuh karena para demonstran hendak mendekati gedung negara tempat Presiden Frondizi menerima kunjungan Presiden Sukarno. Pesawat Pan American yang membawa rombongan Bung Karno sampai harus dikawal sembilan pesawat Gloster Meteor dari Angkatan Udara Argentina. Sementara itu, masyarakat yang hendak menyaksikan kedatangan Bung Karno terpaksa dijauhkan dari lokasi. Situasi beranjak aman terkendali setibanya Bung Karno di Buenos Aires.
“Di Argentina kewaspadaan lebih besar dibandingkan Brazil. Ini dapat dimengerti, karena Argentina adalah republik yang mengalami pertumpahan darah akibat perebutan kekuasaan,” sebut mingguan Istimewa, 31 Mei 1959.
Baca juga: Bung Karno Meninjau Ibukota Brasilia
Seperti di Rio, Bung Karno juga disambut dengan barisan kehormatan. Kota Buenos Aires berhias sang saka Merah Putih untuk kali pertama. Yang menarik, seperti dilansir Istimewa, pidato Bung Karno didengarkan dengan penuh perhatian. Hal ini dikarenakan masyarakat Argentina kelihatannya lebih politic-minded daripada Brazil.
“Nama Buenos Aires (udara yang baik) tidak hanya berlaku bagi kota, tapi juga bagi hati dan semangat rakyat,” kata Bung Karno dalam pidatonya setelah menerima kunci kehormatan dari Walikota Buenos Aires Hernan Giralt sebagaimana dikutip Harian Umum.
Setelah upacara penyambutan, Bung Karno menuju Hotel Plaza, yang menjadi tempat tinggalnya selama kunjungan di Argentina. Pada hari pertama, menurut dokumentasi KBRI Argentina, Bung Karno menemui sejumlah tokoh penting di Casa Rosada (Istana Kepresidenan Republik Argentina) seperti Kardinal Argentina Santiago Copello dan jajaran menteri kabinet. Tampak Bung Karno didampingi Menteri Luar Negeri Soebandrio. Hari itu ditutup dengan jamuan makan malam dari Presiden Frondizi kepada rombongan Bung Karno di Salon Blanco (Ruangan Putih) Casa Rosada.
Pada hari kedua, Bung Karno berziarah ke Monumen General Don Jose de San Martin. Monumen ini didirikan untuk mengenang Jose Francisco de San Martin Matorras, seorang jenderal kebangsaan Argentina yang berjuang untuk kemerdekaan bangsa Amerika Latin dari penjajahan Spanyol. Bung Karno meletakkan karangan bunga di Monumen San Martin untuk menghormati perjuangan pahlawan Argentina itu. Dari Monumen San Martin, Bung Karno melanjutkan kunjungan ke Parlemen Argentina.
Pada hari ketiga, Bung Karno menghabiskan waktu dengan jalan-jalan menikmati Kota Buenos Aires. Pelesiran dimulai dengan belanja ke toko sepatu di Jalan Florida dan Bung Karno membeli dua pasang sepatu. Setelah itu, Bung Karno sebagai pecinta seni berkunjung ke Quinquela Martin Museum of Fine Arts. Di museum itu, Bung Karno berbincang dengan pelukis perempuan Alda Patrnoni untuk menyampaikan kritiknya pada salah satu lukisan.
Bung Karno juga menyempatkan berkunjung ke sekolah Escuela Pedro de Mendoza di La Boca. Di sekolah itu, Bung Karno meninjau sistem pendidikan bagi anak-anak sekolah di Argentina. Banyak anak-anak yang menyerbu Bung Karno untuk minta tandatangan. Menjelang petang, Bung Karno berpesiar dengan Yacht Quejote II di Delta Sungai Tigre menyaksikan indahnya matahari terbenam.
“Penduduk Buenos Aires yang berdermawisata di dekat sungai itu serta pendayung-pendayung dari perkumpulan pendayung menyambut Presiden (Sukarno) dengan riuh. Kapal-kapal pesiar lainnya yang berada di dekatnya membunyikan salam sirene kepada Presiden,” demikian diwartakan Harian Umum, 26 Mei 1959.
Baca juga: Kiprah Buruh Nasionalis
Kira-kira hari keempat petaka terjadi lagi. Ketika pergi dari Hotel Plaza menuju tempat Presiden Frondizi, mobil yang ditumpangi Bung Karno diserang oleh buruh-buruh bank yang lagi-lagi mogok kerja. Mereka berteriak-teriak, “Kita ingin merdeka.” Insiden tersebut merupakan puncak dari demonstrasi yang melibatkan sekira 3000 buruh yang bentrok melempari polisi dengan batu yang lantas dibalas tembakan gas air mata oleh polisi.
“Kaum demonstran tersebut telah melanggar barisan penjagaan kavaleri dan hendak memaksa menuju ke mobil Presiden Sukarno yang toh dapat mencapai Istana Presiden Frondizi dengan selamat,” lansir Harian Umum, 25 Mei 1959.
Menjelang akhir kunjungannya, Bung Karno menyempatkan bertandang ke Wisma Indonesia, kediaman kuasa usaha ad interim Tengku Maimoen Habsjah di Maritnes. Di sana Bung Karno disambut dengan ramah tamah dan jamuan makan dengan seluruh delegasi komunitas Indonesia, termasuk gubernur Provinsi Buenos Aires. Bung Karno menyantap sate dengan lahap. Selain itu, Bung Karno menikmati pertunjukan tarian tango khas Argentina. Dia juga turut larut menari bersama tamu-tamu Argentina yang menjadi penutup agenda kunjungannya di negeri Tango itu.
Baca juga: Menusuk Sejarah Sate
Pada 26 Mei 1959, Bung Karno meninggalkan Buenos Aires untuk melanjutkan kunjungan ke Meksiko. Seperti di Brazil, Bung Karno juga mendapatkan bintang kehormatan tertinggi dari pemerintah Argentina. Presiden Frondizi menyematkan Bintang Pahlawan Kemerdekaan Argentina San Martin kepada Bung Karno. Kunjungan Bung Karno ke Argentina itu masih dikenang oleh masyarakat setempat sampai sekarang.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar