Stadion GBK Kebakaran
Kebakaran saat pembangunan Stadion GBK diduga akibat sabotase jelang Asian Games. Penyebabnya masih misteri.
STADION kebanggaan nasional, Gelora Bung Karno (GBK), direnovasi jelang perhelatan Asian Games 2018. Dalam proses renovasi, Stadion GBK sempat kebakaran pada 3 Maret 2017. Penyebabnya: puntung rokok dan korsleting listrik.
Insiden serupa pernah melanda venue yang sama ketika stadion ini dibangun pada 1961 untuk Asian Games 1962. Rumor yang beredar, insiden itu karena sabotase.
“Beberapa bulan sebelum berlangsung Asian Games, terjadi sabotase terhadap pembangunan Stadion Utama, sebagian kecil bangunan yang megah tersebut terbakar,” tulis Benny G. Setiono dalam Tionghoa dalam Pusaran Politik.
Sepertiga bangunan stadion hangus dilalap api. Selaku pejabat presiden, dr. Leimena segera melakukan pengecekan selepas pemadam kebakaran berhasil memadamkan si jago merah. Insiden ini mengusik persiapan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games IV.
“Pemerintah bertindak cepat menyelesaikan kasus kebakaran ini dengan membentuk dua komisi independen. Komisi pertama untuk menemukan penyebab kebakaran misterius tersebut. Komisi kedua meneliti dampak kebakaran, untuk kemudian merumuskan saran dan langkah lanjutan agar pembangunan bisa secepatnya dilanjutkan,” tulis Julius Pour dalam Dari Gelora Bung Karno ke Gelora Bung Karno.
Namun, tak ada pernyataan resmi dari pihak berwenang, termasuk dua komisi itu, mengenai penyebab kebakaran. Sementara itu, isu sabotase terus bergulir dan tak kunjung diklarifikasi. Kebakaran itu sampai dikaitkan dengan politik tingkat tinggi mengingat pembangunan Stadion GBK merupakan proyek bersama Indonesia dan Uni Soviet yang terlibat Perang Dingin dengan Amerika Serikat.
“Tentu saja pemerintah kita tidak akan bisa mengatakan demikian (sabotase, red.). Tetapi indikasi ke arah sana memang nampak sangat jelas,” kata Ashari Danudirdjo, sekretaris panitia pelaksana pembangunan Stadion GBK.
Terlepas dari isu sabotase, para anggota Federasi Asian Games (AGF) meragukan kompetensi Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games. Ditambah lagi media-media asing seolah mengompori.
Suratkabar The Strait Times asal Singapura memajang headline: “Lonceng Kematian Asian Games Segera Berbunyi dari Jakarta.” Presiden AGF Sri Sultan Hamengkubuwono IX segera mengundang anggota Exco atau Komite Eksekutif AGF ke Jakarta. Mereka lega setelah melihat pembangunan Stadion GBK yang dikerjakan siang-malam. Hasil peninjauan mereka dibahas dalam sidang Exco AGF pada April 1962. Sidang memutuskan Asian Games IV akan digelar sesuai jadwal, 24 Agustus-4 September 1962.
Bahkan, para anggota Exco AGF mengungkapkan kekagumannya terhadap Stadion GBK. Mereka menyebut Stadion GBK sebagai stadion terbesar dan terindah di Asia. Pujian juga datang dari mingguan The Asia Magazine asal Hong Kong yang menuliskan: “...its construction is a feat unquelled in the annals of sports history in Asia dan perhaps in the world” (pembangunannya merupakan sebuah prestasi yang tidak terbayangkan dalam sejarah olahraga di Asia dan mungkin di dunia).”
Presiden Sukarno meresmikan stadion berkapasitas 110 ribu orang itu pada 21 Juli 1962 sekaligus digelarnya general rehearsal (gladi resik) pembukaan Asian Games IV.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar