Raja Diraja Pengawal Mistar Dunia
Si "Laba-laba hitam" Lev Yashin bukan hanya ikon sepakbola Rusia tapi juga legenda kiper dunia. FIFA mengabadikannya dalam poster resmi Piala Dunia 2018.
SETELAH logo dan maskot, FIFA meresmikan poster resmi Piala Dunia 2018. Poster itu dibuat oleh seniman Rusia Igor Gurovich dengan inspirasi dari pergerakan konstruktivisme Rusia di akhir 1920-an. Dalam poster itu digambarkan seorang kiper berseragam serba hitam tengah “terbang” menangkap bola. Bola yang ditangkap bermotif lampau berpadu peta daratan Rusia yang mengeluarkan enam sinar berwarna oranye.
Yang jadi sorotan dalam poster itu adalah gambaran sang kiper. Siapa lagi kalau bukan gambaran sosok Lev Ivanovich Yashin, penjaga gawang legendaris Uni Soviet. Menurut Sekjen FIFA Fatma Samoura, poster itu merupakan cerminan warisan sepakbola Rusia. Poster itu, kata Ketua Panitia Piala Dunia 2018 Vitaly Mutko, diharapkan akan jadi salah satu simbol Piala Dunia paling dikenang.
“Penting bagi kami menggambarkan Rusia sebagai tuan rumah di poster resmi. Itu alasannya kami pilih Lev Yashin sebagai simbol sepakbola Rusia sebagai figur utama. Saya yakin para fans dan partisipan Piala Dunia juga sepakat,” cetus Mutko sebagaimana dikutip FIFA dalam situs resminya.
Rekam jejak kiper berjuluk “The Black Spider” dan “Black Panther” itu dalam gelanggang sepakbola tak perlu diragukan. Bisa dibilang Yashin raja dirajanya kiper. Hingga zaman now, belum ada satu kiper pun yang bisa menyamainya dalam merebut trofi Ballon d’Or. Dino Zoff, kiper sekaligus kapten Italia ketika menjuarai Piala Dunia 1982, dan “Gigi” Buffon, portiere Italia saat menjuarai Piala Dunia 2006, hanya mampu jadi runner up Ballon d’Or.
Yashin merupakan pionir dalam inovasi passing kaki dan lemparan bola dari kiper kepada rekan-rekannya agar bisa memulai serangan balik cepat. Dia juga yang memperkenalkan teknik meninju bola untuk menggantikan menangkap bola umpan silang lawan. Meski sepele, teknik itu acap vital mencegah dirinya dicederai lawan.
Terkadang, Yashin menghalau bola lambung menggunakan kepalanya alias disundul. “Dia sering membuka topinya saat umpan lambung datang dan menyundul bola keluar dari sarangnya, kemudian dia memakai topinya lagi,” kenang istri Yashin, Valentina Yashina, saat diwawancara majalah asal Inggris The Blizzard pada 2013.
Yashin juga dikenal sebagai sosok yang mempopulerkan peran kiper yang sering keluar sarang untuk memotong bola serangan lawan. Meski kiper Hungaria Gyula Grosics dan kiper Argentina Amadeo Carrizo sudah lebih dulu memainkan peran keluar sarang, Yashin melengkapinya dengan membaca serangan lawan dan memberi instruksi khusus kepada barisan belakang tim.
Rekor statistik Yashin juga patut diacungi jempol. Selain punya catatan 270 pertandingan tanpa kebobolan, Yashin punya rekor 150 kali penyelamatan penalti. “Kebahagiaan melihat Yuri Gagarin terbang ke angkasa hanya tergantikan oleh kebahagiaan menyelamatkan penalti,” cetus Yashin, sebagaimana dikutip Adrian Adams di buku We Love Football.
Di luar prestasi perorangan itu, Yashin mampu mengantarkan klubnya Dynamo Moskva lima kali menjadi juara Liga Soviet. Bersama Yashin, Dynamo juga tiga kali menjuarai Piala Soviet.
Uni Soviet tak kalah beruntung dari Dynamo dengan memiliki Yashin. Ketika gawangnya dijaga Yashin, tim “Beruang Merah” berhasil menjuarai Piala Eropa pada 1960. Empat tahun sebelumnya, “Beruang Merah” berhasil merebut medali emas Olimpiade Melbourne 1956.
Olimpiade Melbourne itu tak hanya dikenang rakyat Soviet tapi juga Indonesia. Dalam olimpiade itu, Indonesia sempat bertemu Soviet di perempat final. “Saya di gawang sini, dia (Yashin –red.) di gawang sana,” kenang Maulwi Saelan, kiper Indonesia dalam pertandingan itu, kepada Historia beberapa tahun lalu. Dalam pertandingan yang berlangsung di Olympic Park Stadium, 29 November 1956, itu Indonesia menahan imbang Soviet tanpa gol.
Namun, Indonesia harus mengakui keunggulan Yashin cs. dalam pertandingan ulang dua hari berikutnya. Dalam pertandingan di stadion yang sama itu, Indonesia kalah 0-4. Soviet kemudian merebut emas setelah di final menang 1-0 atas Yugoslavia.
Sayang, Yashin hanya mampu membawa Soviet empat kali berpartisipasi dalam Piala Dunia. Tak sekali pun trofi Piala Dunia pernah dia bawa ke negerinya.
Tapi, FIFA tetap memasukkan Yashin ke dalam daftar tim terbaik abad ke-20. “Yashin kiper kelas satu, seorang kiper super. Dia menjadi model untuk kiper dalam kurun waktu 10-15 tahun berikutnya. Saya pribadi sering belajar darinya,” kata kiper legendaris Inggris Gordon Banks sebagaimana dilansir BBC, 21 Mei 2012.
Di luar sepakbola, Yashin juga berprestasi dalam hoki es. Bersama tim hoki Dynamo Moskva, Yashin pernah menjuarai Soviet Champions Cup pada 1953. “Di waktu senggangnya dari sepakbola, dia mengasah skill bermainnya di tim hoki es Dynamo (Moskva). Refleksnya kian tajam dan rasa percaya dirinya makin kuat. Dia kembali (ke lapangan hijau) sebagai sosok yang berbeda,” tulis David Squires dalam The Illustrated History of Football: Hall of Fame.
Pasca-pensiun pada 1970, Yashin “dikaryakan” dalam kepengurusan klub Dynamo Moskva. Seiring usianya yang menua, Yashin mulai dihantui beragam penyakit. Pada 1986, salah satu kakinya harus diamputasi karena mengalami penggumpalan darah beku. Empat tahun berselang, Yashin menghembuskan nafas terakhirnya akibat kanker perut.
Jimmy Greaves dalam Football’s Great Heroes and Entertainers menuliskan, Yashin dimakamkan pada 20 Maret 1990 dengan upacara pemakaman kenegaraan sebagai tokoh kehormatan olahraga Soviet. Yashin meninggalkan seorang istri, Valentina Yashina, dan dua putri, Irina dan Elena. Jejak Yashin kini diteruskan cucunya, Vasili Frolov yang menjadi kiper di klub lama Yashin, Dynamo Moskva.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar