Narasi di Balik Jersey Legendaris Magic Johnson
Koleksi jersey berharga milik legenda basket Ary Sudarsono dilelang atas nama kepedulian terhadap penanggulangan pandemi corona.
PUBLIK basket Amerika Serikat dihebohkan oleh lelang sepasang sepatu langka Nike Air Jordan edisi pertama. Sepatu yang dimaksud adalah sepasang sepatu yang pernah dipakai legenda NBA Michael Jordan pada musim 1985. Sepatu milik Jordan Geller, pendiri museum sepatu Shoezeum di Las Vegas, itu dilempar ke Balai Lelang Sotheby hingga 17 Mei 2020 dalam rangka pemutaran episode pamungkas serial dokumenter Michael Jordan bertajuk The Last Dance.
Nun jauh di seberang, publik basket di tanah air dihebohkan dengan bakal dilelangnya sebuah jersey asli milik Earvin ‘Magic’ Johnson. Pelelangan jersey Magic Johnson milik Ary Sudarsono itu dalam rangka kepedulian penanggulangan pandemi SARS-Cov-2 (virus corona).
Dalam live Instagram yang diprakarsai komunitas Manusia Basket Indonesia pada Minggu (10/5/2020), Ary memaparkan bahwa jersey LA Lakers berwarna ungu bernomor punggung 32 itu pemberian Magic Johnson. Ia dilelang via daring di akun Instagram (@sudarsonoary) dan Facebook-nya dalam kurun 12-23 Mei 2020 setiap pukul 08.00-23.00 WIB. Ia membuka harga Rp5 juta dan setiap peserta lelang bisa mengajukan tawarannya lewat kolom komentar di dua akun medsosnya itu.
Baca juga: Salam Olahraga! Apa Kabar Ary Sudarsono?
Uang hasil bidding itu nantinya bisa disumbangkan si pemenang lelang ke instansi atau pihak manapun yang dikehendakinya dalam bentuk bantuan langsung, baik berupa alat pelindung diri (APD) atau sembako. Ary hanya meminta bukti foto penyaluran sumbangannya maupun bukti transfer senilai tawaran tertinggi.
"Apa yang saya lakukan atas nama komunitas Manusia Basket Indonesia ingin menyampaikan, bahwa basket itu bukan hanya olahraga, pertandingan atau sekedar bermain saja. Tapi basket itu gambaran tentang sportivitas, kesetiakawanan dalam kehidupan, bagaimana manusia memainkan perannya masing-masing baik secara individu ataupun kelompok, menjadi kepedulian untuk hasil terbaik bagi kelompoknya,” ujar Ary dalam live Instagram-nya.
Kenangan Berharga
Antara Ary punya cerita panjang tentang Magic Johnson. Pertemuannya pertamakali terjadi di Amerika pada 1991. Pertemuan bermula dari ketika sang mantan pebasket, wasit basket internasional, dan presenter olahraga beken itu berupaya mendatangkan tayangan NBA ke Indonesia. Ketika itu, Ary tengah gelisah karena targetnya membawa tayangan premium NBA tak menemui hasil lantaran negosiasinya dengan Komisioner NBA David Stern stag.
Namun, pada akhirnya Ary sukses membawa tayangan NBA yang kemudian disiarkan RCTI itu di tahun yang sama. Keberhasilan itu berkat pertemuan tak sengaja dengan Magic Johnson dan bantuan morilnya. Ketika Ary tengah makan siang usai negosiasi alot dengan pihak NBA di New York, ia bertemu Johnson yang hendak nge-gym.
Baca juga: Jungkir Balik Mengimpor NBA ke Indonesia
Johnson bersimpati atas upaya Ary mendongkrak pamor basket di sebuah negeri Asia Tenggara yang mungkin belum pernah didengar Johnson. Tetapi karena keterbatasan waktu, Johnson meminta Ary mengontaknya di lain hari. Janji itu ditepati Johnson. Beberapa hari berselang, Ary diajak menonton laga Boston Celtics vs LA Lakers dan dikenalkan pula dengan legenda NBA Julius ‘Dr. J’. Erving. Jejaring Ary di NBA meluas. Komunikasi dan negosiasi lanjutan dengan pihak NBA pun jadi lebih moncer.
Dua tahun berselang, Ary bertemu lagi dengan Johnson. Pada pertemuan kedua di tahun 1993 itulah Ary dihadiahi jersey LA Lakers bertandatangan Johnson yang belum terpakai.
“Jersey itu dari tahun 1993 saat saya bertemu untuk bicara soal tayangan NBA di Indonesia dan perkembangan minat basket di Indonesia. Sekaligus penjajakan untuk undang dia ke Indonesia,” tutur Ary ketika dihubungi lebih lanjut oleh Historia.
“Jersey-nya memang dipersiapkan oleh Magic Johnson untuk saya. Itu satu set. Ada bola, topi, syal, dan jersey. Bolanya sudah rusak karena kelamaan didiamkan di lemari. Tanda tangannya juga sudah tipis karena kelamaan tersimpan pula,” sambungnya.
Baca juga: Ary Sudarsono "Mr. Golden Whistle"
Selang empat tahun, Ary pun sukses mendatangkan sang legenda beserta beberapa pebasket NBA lain ke Jakarta dalam tim Magic Johnson All Stars. Di tim itu, Johnson bermain menghadapi tim Satria Muda dan Indonesia Texmaco pada Januari 1997.
“Bangga dan bahagia bisa main lawan Magic Johnson. Istimewanya, cuma 20 orang Indonesia yang bisa langsung lawan Magic dan kebetulan saya salah satunya, sekaligus ditugaskan untuk menjaga dia,” kata Wahyu Widayat, mantan pebasket Satria Muda, mengenang laga melawan Magic Johnson 23 tahun silam itu.
“Saya sebagai insan basket wajib mendukung apapun itu yang dilakukan orang-orang atau berbagai komunitas, termasuk Manusia Basket Indonesia yang bertujuan mulia untuk berbagi kebaikan. Apalagi jersey yang dilelang itu kelasnya legenda NBA. Semoga terjual dengan nilai yang pantas,” tambah asisten pelatih timnas basket putra tersebut.
Bagaimana keberhasilan Ary mendatangkan Magic Johnson itu, Ary punya kisahnya tersendiri. Menurutnya, “Negosiasi mendatangkannya? Kita ngobrol biasa saja. Cuma ada kesamaan pola pikir. Bagaimana menjadikan basket tidak hanya bermain atau bertanding, tetapi jadi media untuk membangun kesamaan, kepedulian, sportivitas, dan sportsmanship. Semua itu jadi bekal hidup manusia dalam kehidupan di luar basket. Bahwa basket adalah pendidikan,” kata Ary menutup obrolan.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar