Jungkir Balik Mengimpor NBA ke Indonesia
Rela jual mobil demi mendatangkan siaran NBA dari negeri Paman Sam, lobi-lobi Ary Sudarsono berhasil mengatrol pamor basket di Indonesia.
GEGAP gempita pentas basket NBA bergulir lagi. Namun khusus kali ini, digelarnya lewat ranah virtual. Kompetisi aslinya masih ditunda sejak 11 Maret 2020 sebagai imbas pandemi SARS-Cov-2 (COVID-19/virus corona).
Setidaknya 16 pebasket bakal ikutan NBA versi virtual yang digagas NBA bekerjasama dengan NBPA atau asosiasi pebasket NBA. Kevin Durant, Derrick Jones Jr., Donovan Mitchell, Devin Booker, dan DeMarcus Cousins di antaranya. Mereka akan adu skill basket lewat game “NBA 2K Players Tournament” yang sudah dimulai sejak Jumat (3/4/2020) lalu.
Bagi yang penasaran, bisa menyaksikannya lewat saluran televisi berbayar ESPN dan ESPN2, atau di aplikasi ESPN dan NBA. Siaran juga bisa disaksikan via streaming di akun medsos (Twitter, Twitch, Youtube, Facebook) milik NBA dan NBA2K.
Baca juga: Gas Pol Balapan F1 di Tengah Wabah
Toh, upaya menghibur para penggila basket di masa kampanye “#dirumahaja” semacam ini takkan sama dengan menonton langsung, baik di stadion maupun lewat layar kaca.
Di Indonesia sendiri tayangan NBA dalam beberapa tahun belakangan, di “zaman normal” sebelum virus corona menerjang, bergantian ditayangkan beberapa stasiun TV swasta nasional, dari SCTV, Indosiar sampai O Channel. Untuk musim 2019-2020, sebelumnya disiarkan secara streaming oleh vidio.com.
Siaran NBA beberapa waktu terakhir ini memang tak sepopuler era 1990-an. Bahkan IBL atau pentas basket nasional pun masih kalah pamor ketimbang siaran liga sepakbola nasional. Padahal, pada awal 1990 siaran NBA begitu populer di kalangan kelas menengah masyarakat kota setelah susah-payah didatangkan dari Amerika Serikat ke Indonesia oleh Ary Sudarsono.
NBA Pendongkrak Basket Nasional
Nama Ary Sudarsono sudah dikenal luas dalam perbasketan Asia pada medio 1980-an. Setelah pensiun dari pemain, pamor Ary mengglobal lewat kiprahnya sebagai wasit, hingga disematkan titel “Mr. Golden Whistle” oleh FIBA atau induk basket Asia.
Begitu pensiun jadi wasit dan pulang ke Indonesia pada 1985, Ary merampungkan pendidikannya di Alabama Sport Academy setahun berikutnya. Ia lalu dipercaya pengusaha Aburizal Bakrie untuk membantu membangun klub basket Pelita Jaya. Ary pula kemudian mencetuskan ide untuk mendatangkan pemain asing untuk mengatrol popularitas Kobatama, pendahulu IBL.
“Karena saya lama dikenal di Filipina, saya datangin juga pemain dari sana, Bong Ramos buat Pelita Jaya. Kemudian saya dipanggil Perbasi (induk basket nasional) karena mungkin melihat saya total mempopulerkan basket. Kobatama disuruh saya yang pegang,” kata Ary mengenang, kepada Historia.
Baca juga: Ary Sudarsono si Peluit Emas
Langkah pertama Ary setelah memegang Kobatama adalah menggandeng SCTV untuk kerjasama siaran Kobatama. Untuk lebih mendongkrak kepopulerannya lagi, Ary mencetuskan ide mendatangkan pula siaran NBA ke tanah air.
“Saya bilang sama Henry, untuk mempercepat, mengangkat, dan mendobrak nilai jual, ambil (siaran) NBA. Jadi penonton dikasih perbandingan. Ada NBA, ada Kobatama yang nantinya bisa dikatrol nih. Tapi saya tunggu-tunggu sebulan, enggak ada jawaban. Lalu saya ke RCTI. Mereka mau tapi cuma bisa bantu (mengongkosi) tiket Jakarta-New York,” lanjutnya.
Meski hanya dimodali tiket pesawat, Ary tak patah arang karena asanya yang membumbung tinggi. “Selebihnya saya jual mobil Rp30 juta buat ke sana,” kata pria yang dulunya kiper itu. Dengan tiket dan uang hasil jual mobil itulah Ary berangkat ke Amerika medio 1990. Rasa optimismenya mengalahkan rasa gugup lantaran di era itu publik Amerika masih asing mendengar nama Indonesia.
“Berangkatlah gue. Belaga gila aja walau enggak kenal siapa-siapa di NBA. Indonesia siapa? Amerika enggak melihat. Paling orang sana tahunya Bali, kan?” imbuh Ary yang menghabiskan waktu sekira dua pekan mencari celah melobi bos-bos NBA.
Baca juga: Salam Olahraga! Apa Kabar Ary Sudarsono?
Ary mulanya ingin langsung bertatap muka dengan Komisioner NBA David Stern (periode 1984-2014). Sayangnya upaya itu bertepuk sebelah tangan karena Ary datang dari “negara dunia ketiga”.
“Untuk ketemu komisionernya, ‘tar sok, tar sok’ (entar/nanti-besok, red.). Awalnya hanya bisa ketemu PR-nya (humas) NBA. Saya jelasin bahwa atmosfer basket di Indonesia bagus. Sudah mulai ada pemain asing juga. Bahwa (basket) akan lebih cepat populer kalau NBA bisa masuk ke Indonesia. Kan hitung-hitung saya bantu marketing NBA untuk lebih luas,” tuturnya.
“Apalagi populasi negara kita 100 juta lebih. Saya kasih pandangan bahwa nanti NBA bisa mendapat viewer jutaan penonton. Ya masak mereka bisa kasih (siaran NBA) ke China, Jepang, Korea, Malaysia, Singapura (tapi kita) enggak dikasih. Akhirnya mereka luluh. Sementara waktu itu sudah 10 hari di sana, sudah tipis nih isi dompet,” kata Ary lagi.
Dibantu Magic Johnson
Selang berapa hari, Ary diundang lagi ke NBA. Namun ada dilema yang dihadapinya ketika mendapat kabar baik dan buruk. Kabar baiknya, NBA tertarik untuk memberi hak siar. Sialnya, NBA hanya berkenan memberi siaran laga-laga tim papan bawah.
“Lemes gue. Aduh gila ini sih. Gue dikasih tanggung begini. Enggak dapat (siaran pertandingan) LA Lakers, Chicago Bulls, Utah Jazz, Boston Celtics, Detroit Pistons. Sialan nih NBA. Cuma dikasih tim-tim macam Denver Nuggets, Indiana Pacers begitu. Merasa dikerjain, gue merasa belum mau pulang,” tambahnya.
Baca juga: Selamat Jalan Kobe Bryant!
Ary kembali melobi untuk bisa minta tayangan NBA dua kali sepekan, meski “separuh-separuh” alias satu pertandingan tim beken, satu lagi tim papan bawah. Negosiasi itu jelas membutuhkan waktu lebih lagi. Namun keajaiban yang tak dinyana mendatangi Ary saat hendak makan siang usai nego dengan pihak NBA.
“Pas lagi makan siang sama PR-nya NBA, datang Magic Johnson (Earvin ‘Magic’ Johnson, legenda tim LA Lakers dan timnas basket Amerika) yang lagi mau fitness. Lalu gue dikenalin bahwa gue dari Indonesia dan lagi minta bantu NBA mendongkrak basket. Wah gue langsung didukung Magic Johnson,” kata Ary mengingat pertemuan itu.
“Don’t worry, Brother. I’ll help you. You can contact me, tomorrow we have lunch together,” kata Johnson sebagaimana ditirukan Ary.
“Hampir seminggu gue diajak dia, termasuk dikenalin sama ‘Dr. J’ (julukan legenda NBA Julius Erving). Diajak juga nonton Celtics vs Lakers. Jadi akhirnya komunikasi sama NBA jadi bagus. Akhirnya NBA pusat mengontak NBA Asia di Hong Kong. Lalu gue diminta jadi salah satu NBA Representative Asia,” tandas Ary.
Perjalanan Ary melintas benua pun tak sia-sia. NBA disiarkan RCTI mulai musim 1991. Ary pun setahun berselang dikontrak menjadi “Mr. NBA Asia”. Ditambah beberapa program olahraga lain dengan Ary sebagai host-nya, termasuk program “Boom Basket”, Kobatama pun turut terdongkrak pamornya hingga mulai jadi olahraga favorit ketiga anak muda kala itu selain sepakbola dan bulutangkis.
Baca juga: Babak demi Babak Kehidupan Julisa Rastafari
Tambahkan komentar
Belum ada komentar