Kabaddi di Panggung Olimpiade Nazi
Der Führer Adolf Hitler kagum pada permainan kabaddi. Mengapresiasi dengan sertifikat dan medali.
INDONESIA kian bersiap membuka Asian Games XVIII. Sejumlah venue di Jakarta dan Palembang terus dipercantik jelang pembukaan, 18 Agustus 2018. Infrastruktur pendukung turut ditata demi menunjang 465 event dari 40 cabang olahraga (cabor) yang dipertandingkan. Indonesia akan menurunkan putra-putri terbaiknya di 36 cabor, termasuk olahraga yang belum familiar: kabaddi.
Cabang olahraga beregu yang diadaptasi dari kisah Mahabharata ini lahir di India. Federasi profesionalnya, All-Indian Kabaddi Federation (AIKF), pun pertamakali lahir di India, tahun 1950. Pun kompetisi kabaddi pertama tahun 1923.
Meski lahir dan populer di Asia, kabaddi pernah menjelajah ke Eropa dan diperkenalkan kepada dunia. Momen itu terjadi di sekitar Olimpiade Berlin 1936 yang kerap disebut “Olimpiade-nya Nazi”.
Memukau dan Diapresiasi Hitler
Di sebuah expo di Berlin, kabaddi dipertontonkan ke khalayak Jerman dan para petinggi Nazi-Jerman. “Permainannya didemonstrasikan oleh (tim) Hanuman Vyayam Prasarak Mandal (HVPM) asal Amravati, Negara Bagian Maharashtra,” tulis Limca Book of Records: India at Her Best terbitan 2018.
Dipertunjukkannya kabaddi di Berlin bermula dari undangan Dr. Carl Diem, ketua Panitia Pelaksana Olimpiade Berlin 1936, kepada Asosiasi Olimpiade India (IOA). Siddhanath Kane, anggota eksekutif IOA cum wakil presiden HVPM, yang menerima undangan itu lalu mendapat ide untuk mengenalkan kabaddi bersama satu olahraga India lainnya, mallakhamb, di Jerman.
Ide itu dia utarakan ke dalam surat balasan yang dikirim ke Diem. Persetujuan pun datang dari Diem. Maka, diberangkatkanlah 35 anggota tim HVPM sebagai bagian dari kontingen India yang saat itu berstatus koloni Inggris, pada 27 Juni 1936 dengan kapal Ranpura milik P&O Liner.
Ronojoy Sen dalam Nation at Play: A History of Sport in India menguraikan, kapal mereka berlabuh di Marseille, Prancis dan kemudian menempuh jalan darat dengan keretaapi ke Paris untuk transit, dan kemudian dilanjutkan hingga Berlin. “Kontingen India disambut Dr. Diem, diiringi lagu kebangsaan Inggris serta bendera Inggris,” ungkap Sen.
Mereka dijamu oleh panitia olimpiade di sela-sela Kongres Pendidikan Fisik di Berlin. Sebelum upacara perjamuan, lagu kebangsaan Inggris “God Save the King” kembali dikumandangkan. Namun tak satupun anggota kontingen India, termasuk anggota tim HVPM, yang berdiri memberi penghormatan.
“Menteri Pendidikan Jerman Bernhard Rust bertanya pada ayah saya, kenapa kontingen mereka tak berdiri. Dia menjawab, yang mereka anggap lagu kebangsaan mereka adalah ‘Vande Mataram’. Rust bertanya lagi, apakah mereka membawa rekaman lagunya. Dan kemudian ‘Vande Mataram’ dikumandangkan di upacara itu,” kenang Padmakar Kane, putra Siddhanath Kane, kepada The Times of India edisi Mumbai, 22 Juli 2012.
Dalam kesempatan itulah kabaddi dimainkan tim HVPM bersama olahraga mallakhamb. Para audiens yang hadir takjub terhadap beragam gerakan dan atraksi dalam permainan kabaddi yang berdurasi 20 menit. Kabar itu sampai ke telinga Hitler via Menteri Propaganda Joseph Goebbels yang mendapat laporan acara itu.
Der Führer mengundang tim HVPM beberapa hari setelah itu. “Dia berbicara kepada para anggota tim kurang lebih 20 menit dan bertanya apakah kebanyakan orang India terlahir untuk jadi olahragawan laiknya para atlet dari Amravati ini. Mereka menjawab dengan anggukan kepala,” ujar Padmakar.
Di hari terakhir olimpiade, tim India membawa pulang oleh-oleh berupa sertifikat yang ditandatangani Hitler serta medali untuk masing-masing atletnya. Begitu tiba di tanah airnya, mereka disambut meriah bak pahlawan.
Namun, momen di Berlin itu belum mampu membuat kabaddi diminati orang-orang Eropa atau Amerika. Kabaddi kala itu juga belum diakui Komite Olimpiade Internasional (IOC) untuk bisa diajukan sebagai cabang eksebisi. Federasi Kabaddi Internasional (IKF) baru eksis pada 2004.
Baca juga:
Permainan Kabaddi dalam Lorong Zaman
Etalase Nazi di Olimpiade
Cricket Ala Hitler
Anggar untuk Hitler
Tambahkan komentar
Belum ada komentar