top of page

Sejarah Indonesia

Taruna Sakti Dari Timor

Taruna "Sakti" dari Timor

Dalam sebuah pertempuran jarak dekat, perwira asal Timor ini tak tertembak oleh tembakan yang dilepaskan patroli tentara Belanda. Dianggap sakti.

7 Agustus 2023

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Julius Henuhili pernah dianggap sakti di masa perang gerilya melawan Belanda (wikipedia.org)

Julius Henuhili merupakan satu dari sedikit putra asal Pulau Rote yang sukses berkarier di Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dengan pangkat terakhir letnan jenderal, Julius tentu pernah mendapatkan beragam penugasan dan menduduki bermacam jabatan dari yang rendah hingga yang tertinggi pangdam.


Kariernya dirintis usai tentara Belanda angkat kaki dari Bumi Pertiwi pada 1950. Sebagai perwira artileri anti serangan udara (ARSU), Julius dipercaya menjadi komandan batalyon ARSU dari 1952 hingga 1954. Dari sana penugasannya bergeser ke SUAD dan kemudian Komando Operasi Tinggi (KOTI). Menurut Harsya Bachtiar dalam Siapa Dia Perwira Tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, pada 1962 hingga 1965 Julius dipercaya menjadi kepala Staf Komando Pertahanan Udara di Angkatan Darat.


Jabatan tertinggi Julius di matra darat adalah panglima Kodam Merdeka di Sulawesi Utara. Jabatan tersebut didudukinya dari Desember 1971 sampai Januari 1974. Julius kemudian ditugaskan menjadi Komandan Jenderal Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) dari Desember 1980-Juni 1983. Jabatan tersebut menjadi jabatan terakhirnya dalam dinas ketentaraan. Setelah itu, dia lima tahun “ikut” Jenderal M. Jusuf yang diminta memimpin Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) usai purnatugas dari ABRI.


Karier militer Julius yang panjang tentu tak dibangun dalam setahun-dua. Fondasinya telah dia rintis sedari belia di masa Perang Kemerdekaan. Di masa revolusi nasional itulah Julius masuk Akademi Militer Yogyakarta (AMY). Dia berhasil lulus pada 1948 sebagai angkatan pertama.



Dengan pangkat Letnan Dua yang disandangnya selepas lulus AMY, Julius ditugaskan ke Sumatra. Dia memilih Jambi sebagai tempat penugasannya. Sebagai putra dari Johana Sesah yang –menikah dengan Simon Henuhili, mantan serdadu KNIL– masih memegang teguh adat Timor, Julius dibekali sang ibu sarung Timor. Ke manapun dia pergi, sarung itu selalu dipakainya dengan cara dililitkan ke leher.


“Pada tanggal 19 Desember 1948, sekitar 01.30 dini hari rombonganku yang berangkat dengan pesawat udara Amphibi RI dengan copilot Harnoko, tiba dengan selamat pada pagi hari berikutnya di lapangan terbang Branti Tanjungkarang,” kenang Julius Henuhili dalam Bunga Rampai Perjuangan dan Pengorbanan I.


Jambi menjadi tempat Julius mengaplikasikan semua ilmu yang didapatnya di akademi sekaligus mengasah kemampuannya dengan ikut perang gerilya melawan Belanda. Suatu hari, ketika berada di daerah sekitar Bangko dan Rantaupanjang, Julius  bersama dua rekannya bertemu beberapa serdadu KNIL yang tak jauh jaraknya. Dua teman Julius langsung bersembunyi di selokan hingga tak terlihat musuh. Sementara, Julius masih dalam posisi terlihat musuh karena dia berada di dataran terbuka.


Menyadari posisi dirinya terlihat para serdadu KNIL, Julius segera mencabut pistolnya. Dua kali menarik pelatuk, tak satu pun peluru berhasil diletuskan dari pistolnya. Julius pun panik dan memilih lari daripada mati dan tak bisa berjuang lagi. Dia langsung bersembunyi.


Para serdadu KNIL yang dilihat Julius rupanya sempat menembakkan senapan mesin ringan Sten Gun mereka ke sekitar tempat Julius dan dua kawannya tadi tapi tidak lama. Tak satupun peluru yang menyentuh tubuh Julius.



Peristiwa itu membuat Julius jadi “orang sakti” di kalangan orang-orang awam di Jambi. Cerita “kesaktiannya” menyebar ke para kombatan-pejuang dan rakyat sipil.


Pada pertengahan 1949 setelah gencatan senjata antara RI-Belanda, Julius bertemu lagi dengan serdadu KNIL yang diihatnya di sekitar Bangko-Rantaupanjang itu. Para serdadu itu rupanya KNIL dari Minahasa, Sulawesi Utara. Julius pun mengajak mereka bicara.


“Kenapa saya tidak ditembak?” tanya Julius, dikutip Daud Sinjal dalam Laporan kepada bangsa: Militer Akademi Yogya.


“Tidak tahu. Tidak kelihatan,” jawab serdadu KNIL tadi.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page