Luhut Tak Sempat Menjabat KSAD
Meski dinilai layak, Luhut gagal mencapai pucuk pimpinan Angkatan Darat dalam karier militernya. Cita-cita itu justru digenapi oleh sang menantu.
RASA haru membuncah di raut wajah Luhut Binsar Panjaitan kala menyaksikan menantunya, Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, dilantik menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Tangisnya bahkan pecah saat merangkul dan menyematkan ucapan selamat kepada Maruli, yang tak lain suami dari Paulina br. Panjaitan –putri sulung Luhut Panjaitan. Boleh jadi itu adalah luapan kebahagian Luhut atas pencapaian karier militer yang ditorehkan sang mantu. Sebelum dilantik menjadi KSAD, Maruli menjabat sebagai panglima Kostrad.
“Jadi kalau kita di keluarga, Pak Luhut dulu juga bercita-cita menjadi KSAD. Cuma ya, sekarang cukup menantunya sajalah,” kata Jenderal Maruli seraya tersenyum dalam keterangan persnya usai dilantik Presiden Joko Widodo di Istana Negara, 29 November 2023.
Semasa masih aktif di TNI, Luhut memang bercita-cita menjadi orang nomor satu di Angkatan Darat. Namun, harapan itu tak kesampaian. Padahal, Luhut disebut-sebut sebagai salah satu perwira militer terbaik yang pernah dimiliki TNI Angkatan Darat. Ketika lulus Akabri tahun 1970, Luhut menyandang predikat Adhi Makayasa (taruna terbaik).
Baca juga: Kisah Taruna Sim, Nas, dan Alex
Reputasi gemilang Luhut setidaknya sudah terjejaki sejak masa taruna. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY, Akabri 1973), semasa taruna tingkat satu, sudah mendengar nama Luhut dengan rasa penuh segan. Waktu itu SBY berpangkat kopral taruna sedangkan Luhut sersan mayor satu taruna (sermatutar/tingkat empat). SBY masih berkampus di Magelang sementara Luhut di Bandung mengikuti pendidikan lanjutan di Pusat Infanteri. Seperti Luhut, SBY kemudian menjadi lulusan Akabri peraih Adhi Makayasa di angkatannya.
“Mengapa saya mendengar dan mengenal taruna senior LBP? Sermatutar LBP adalah salah satu taruna yang berprestasi menonjol, seperti halnya Johny Lumintang dan Nico Tumatar (alm.). Yang disebut taruna menonjol adalah yang memiliki prestasi akademik yang luar biasa, baik aspek mental, fisik, maupun intelek. Juga mereka yang mendapatkan kepercayaan menjadi pemimpin Korps Taruna,” kenang SBY dalam “Man of Ideas, Man of Action”, termuat di kumpulan tulisan Luhut Binsar Panjaitan Menurut Kita-Kita suntingan Peter Gontha dan Mahpudi.
Ketika Luhut baru bertugas di Korps Pasukan Sandi Yudha (kini Kopassus), Sintong Panjaitan sebagai seniornya yang juga kerabat semarga menaruh kesan khusus. Sintong merupakan lulusan Akabri 1963, karenanya terpaut tujuh tahun dengan Luhut. Waktu Luhut bergabung dalam Pasukan Sandi Yudha, Sintong sudah berpangkat mayor dan menjabat sebagai komandan Karsayudha Grup 4 Sandhi Yudha. Meski terbilang junior bau kencur, Luhut disebut Sintong berperangai sombong tapi banyak akal.
Baca juga: Satgultor 81: Musuh Teroris dari Cijantung
“Sepintas anaknya cerdas, berbadan tinggi dan tegap, dengan wajah khas dari suku Batak,” kata Sintong masih dalam kumpulan tulisan suntingan Gontha dan Mahpudi.
Lebih dari separuh masa karier militer Luhut dibaktikan dalam korps pasukan elite Angkatan Darat itu. Sebagai komandan pasukan, Luhut melakoni berbagai operasi, termasuk empat kali ke Timor Timur. Salah satu prestasi menterengnya berkaitan dengan pembentukan pasukan khusus Detasemen 81/Anti Teror. Luhut merupakan komandan pertama pasukan khusus anti-teror Angkatan Darat tersebut. Sementara itu, Kapten Prabowo Subianto menjadi wakilnya.
Semasa memimpin Detasemen 81, Luhut terlibat dalam tugas-tugas penting, termasuk pengamanan Presiden Soeharto. Pada KTT ASEAN 1987 di Manila, Luhut bertindak sebagai komandan tim pendahuluan yang bertujuan memastikan keamanan Soeharto terjamin selama konferensi. Saat itu, pemerintah Filipina tengah menghadapi pemberontakan sayap militer dari kelompok Gregorio Honasan sehingga turut mengancam pelaksanaan KTT ASEAN.
Baca juga: Percobaan Pembunuhan Presiden Soeharto di KTT ASEAN
“Saya menyaksikan Letkol. Inf. Luhut Binsar Panjaitan memeriksa dan mengokang satu persatu serta memastikan tidak ada peluru di senjata laras panjang setiap anggota pasukan jajar kehormatan Filipina yang akan menyambut Presiden Soeharto,” beber dr. Raman Ramayana Saman, saat itu komandan Tim Kesehatan Kepresidenan, dalam memoarnya Pak Harto, Saya, dan Kontainer Medik Udara suntingan Imelda Bachtiar.
Kecakapan Luhut menyebabkan dirinya kerap dipanggil langsung oleh Panglima ABRI Jenderal Benny Moerdani. Karena begitu seringnya, Luhut santer disebut-sebut sebagai “orangnya Pak Benny”. Dan memang, predikat sebagai “golden boys” (anak emas) Benny Moerdani pada akhirnya terus melekat pada diri Luhut.
Benny Moerdani, seturut pendapat pakar militer Salim Said, guru besar Universitas Pertahanan, punya kecenderungan untuk memelihara orang-orang yang disenanginya. Sejumlah besar "anak emas" ini berasal dari Kopassus yang memang punya latar belakang pendidikan intel. Luhut adalah salah satu nama yang paling menonjol di antaranya.
Baca juga: Pesona Baret Merah dan Luhut Kecil
“Para perwira inilah yang umumnya dipromosikan Benny ke berbagai jabatan penting dalam ABRI, terutama posisi pimpinan intelijen,” kata Salim Said dalam Dari Gestapu ke Reformasi: Serangkaian Kesaksian.
Menurut Sintong Panjaitan, tanpa embel-embel "anak emas" Benny Moerdani, Luhut merupakan perwira terbaik Angkatan Darat baik itu sejak masa panglimanya Benny Moerdani, Try Sutrisno, Rudini, hingga Edi Sudrajat. Ketika menjabat komandan Korem di Madiun (1993—1995), Luhut meraih predikat sebagai danrem terbaik di seluruh Indonesia. Predikat itu diumumkan dalam rapat teritorial di Magelang. Namun, kedekatan dengan Benny menjadi salah satu faktor yang membuat Luhut tidak begitu disukai Presiden Soeharto.
“Padahal, Luhut yang mendapat berbagai pelatihan dan karier telah menanamkan tekad setidaknya menapaki karier militer hingga pucuk pimpinan Angkatan Darat, bahkan menjadi Pangdam pun tak pernah dijabatnya,” kata Sintong.
Baca juga: Loyalis yang Disingkirkan
Benny Moerdani pernah dicurigai menggelar pertemuan sejumlah perwira yang menghendaki pergantian presiden. Puncaknya ketika Benny coba mengingatkan Soeharto perihal bisnis anak-anaknya yang sudah kelewatan batas. Soeharto muntab kalau keluarganya diusik. Tidak hanya Benny yang dicopot dari kedudukannya, orang-orang yang dekat dengannya ikut kena imbas. Istilah “de-Benny-sasi” dipergunakan untuk menyingkirkan perwira klik Benny Moerdani dari posisi strategis ABRI.
Karier Luhut sendiri mentok di bintang tiga. Komandan Komando Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan (Kodiklat) Angkatan Darat jadi jabatan terakhir yang diembannya. Setelah pensiun dari militer, Luhut banyak menduduki posisi penting dalam pemerintahan. Dia juga merintis bisnis di bidang pengembangan energi dan pertambangan.
Luhut menerima pangkat jenderal kehormatan setelah menyelesaikan tugasnya sebagai duta besar Indonesia untuk Singapura pada 2000. Dia kemudian menjabat menteri perindustrian dan perdagangan pada masa kepresidenan Abdurrahman Wahid. Kini, Luhut menjabat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia (Menkomarves) di samping sejumlah jabatan penting lainnya. Dia juga dikenal sebagai salah seorang kepercayaan Presiden Joko Widodo.
Baca juga: Lakon Para Jenderal Pensiunan
Tambahkan komentar
Belum ada komentar