Sarinah akan Dikembalikan ke Khittah
Pemugaran gedung Sarinah akan memadukan sejarah dan modernitas. Ide awal Bung Karno bertemu dengan tantangan zaman.
Dibukanya relief di lantai dasar gedung Sarinah membuka wacana publik mengenai sejarah gedung itu sendiri. Gedung toserba pertama di Indonesia itu kini berada dalam proses pemugaran sebagai salah satu cagar budaya. Warisan sejarah yang dipertahankan berpadu dengan kebutuhan modernitas.
Direktur Utama PT. Sarinah, Fetty Kwartati, mengatakan dalam Dialog Sejarah “Mengembalikan Marwah Sarinah” di saluran Youtube dan Facebook Historia, Selasa, 19 Januari 2021, pihaknya telah membuat benang merah antara sejarah dengan transformasi Sarinah ke depan. Fetty menjelaskan bahwa relief Sarinah akan menjadi katalis yang akan membuat Sarinah lebih dikenal.
Berdasarkan data Sarinah, ungkap Fetty, relief inipun pernah ditunjukkan ke publik sejak Sarinah dibuka pada 1966 hingga kisaran tahun 1981. Namun karena perubahan konsep dan ekspansi bisnis, wajah Sarinah kemudian berubah. Relief tidak lagi ditampilkan.
“Jadi karena itu, sekarang kita sebagai eksekutor yang mau membawa ke khittahnya kembali, jadi akhirnya kita buka,” terang Fetty.
Baca juga: Relief Tersembunyi di Gedung Sarinah
Fetty juga menyebut, relief berukuran sekitar 3x17 meter itu akan menjadi bagian dari museum atau galeri Sarinah. Letaknya yang berada di muka pintu Sarinah akan membuat relief menjadi Center of Atrium gedung Sarinah. Pihaknya juga sudah merencanakan pembuatan film dokumenter terkait gedung Sarinah. Selain itu, arsitek sekaligus sejarawan Yuke Ardhiati juga telah menyelesaikan buku berjudul Dua Relief Sarinah.
Terkait pemugaran gedung, Fetty menyebut bahwa gedung Sarinah akan memadukan nuansa gedung Sarinah era 1960-an dengan sentuhan modern. Jika sebelumnya memiliki fasad yang warna warni, ke depan gedung Sarinah akan dibuat lebih sederhana dengan garis horsontal dan vertikal yang merupakan ciri khas Sarinah awal.
Selain itu, ada pula kolam pantul yang juga merupakan bagian dari cagar budaya. Lalu, lanskap Sarinah akan diubah menjadi ruang komunal yang terbuka bagi publik. Sarinah juga akan memiliki amphitheater dan menghilangkan pagar.
“Kita akan menciptakan satu wadah yang semua orang bisa hadir, semua orang bisa merasa nyaman, tidak intimidated, makanya kita buka konsepnya yang tanpa berpagar,” jelas Fetty.
Ide mengenai Sarinah sebagai ruang bagi produk-produk berdikari akan dikedepandankan. Menurut Fetty, Sarinah menjadi satu-satunya retailer Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bisa mengangkat dan mempromosikan produk-produk lokal.
“Diharapkan Sarinah bisa menjadi brand pemersatu dari produk-produk apa, produk UMKM yang dipersepsikan oleh Bung Karno dulu sebagai ekonomi kerakyatan dan juga produk-produk lokal lainnya,” ujarnya.
Fetty menambahkan, Sarinah, baik yang di dalam negeri maupun luar negeri, diproyeksikan menjadi pintu bagi pihak luar negeri untuk melihat produk-produk lokal Indonesia. Tak hanya sebagai penyedia tempat, Sarinah juga hendak mewadahi gerakan-gerakan yang berfokus pada lokalitas.
“Kitapun juga akan mengangkat ini, bahwa Sarinah merupakan movement untuk women's empowerment. Di desain interiornya akan terlihat tokoh-tokoh, dalam hal ini Mbok Sarinah sebagai sebuah inspirasi seorang perempuan hebat,” katanya.
Gerakan pemberdayaan perempuan ini, lanjutnya, akan terintegrasi dengan UMKM yang sebagian besar pelakunya juga merupakan perempuan.
Baca juga: Sarinah Toko Murah, Bukan Toko Mewah
Jadi, lanjut Fetty, ”kita kesankan bahwa Sarinah ini sebagai panggung. Kalau kita bicara dulu Sarinah The Window of Indonesia ya, sampai sekarangpun. Tapi ke depan kita mau buka jendelanya, kita tidak hanya terbatas pada jendela, tetapi kita mau melihat Sarinah ini sebagai panggung. Pangungnya siapa, panggung karya unggulan Indonesia.”
Gedung Sarinah baru rencananya akan dibuka pada 10 November 2021 bertepatan dengan Hari Pahlawan.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar