Pelopor Modeling Indonesia
Mohammad Yamin memperkenalkan imaji ke-Indonesia-an. Rahadian Yamin mempelopori imaji tentang dunia mode Indonesia.
BUAH jatuh tak jauh dari pohonnya. Peribahasa itu tak berlaku bagi Rahadian Yamin. Alih-alih mengikuti jejak ayahnya sebagai politisi, ia justru berkecimpung di dunia mode.
Dang Rahadian Sinayangish Yamin atau lebih dikenal dengan nama Rahadian Yamin adalah anak tunggal dari Mohammad Yamin, salah satu “bapak bangsa” yang juga seorang pahlawan nasional asal Minangkabau. Oleh ayahnya, dia sebenarnya diproyeksikan jadi politisi. Dia dikuliahkan ke Universitas Filipina, bidang Ilmu Politik.
Di Filipina inilah Rahadian bersentuhan dengan dunia mode. Kendati demikian, dia berhasil menggondol gelar bachelor of art lalu melanjutkan pendidikan master di University of California, Berkeley.
Ketika ayahnya wafat pada 1962, Rahadian pulang ke tanah air. Dia lantas melanjutkan karier di Indonesia, yang membuatnya dikenal sebagai pelopor mode di Indonesia pada 1970-an.
Batik di Filipina
Perkenalan pertama Rahadian dengan dunia mode terjadi saat masih tinggal di Filipina. Di sana, dia bersahabat dengan seorang wartawan bernama Josef Ramoz. Dia kerap diminta jadi fotomodel untuk keperluan majalah dan suratkabar dengan mengenakan busana batik.
Menurut Rahadian dalam majalah SFF, Februari 1973, tadinya orang-orang Filipina terbiasa memakai kain asal Madras (kini Chennai), India, yang coraknya mirip batik. Batik merupakan variasi baru dari selera busana mereka sebelumnya.
Dengan busana batik, Rahadian merintis karier sebagai peragawan di Filipina. Bisa jadi, Rahadian adalah orang yang mempopulerkan batik di Filipina.
Rahadian mengatakan, sebenarnya ayahnya memiliki bakat soal mode. “Dia (Mohammad Yamin) senang pakaian yang bagus dan mahal-mahal,” kata Rahadian.
Rahadian mengenal dunia model lebih jauh melalui perancang busana Iwan Tirta dan peragawati-aktris Rima Melati. Tak hanya sebagai peragawan, juga bintang iklan, dia menekuni dunia rancang busana.
Pelopor Bahan Tekstil dalam Negeri
Rahadian tertarik batik, terutama yang bercorak konvensional. Warna cokelat dan coraknya kuno.
Buku Apa & Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1981-1982 menyebut, Rahadian merupakan perancang busana pelopor yang menggunakan bahan-bahan tekstil dalam negeri, termasuk untuk batik. Dalam buku itu, Rahadian mengatakan bahwa pekerjaannya memiliki misi luhur, yakni mendidik masyarakat agar berbusana dengan rapi dan menarik.
Rahadian menikah dengan Gusti Raden Ajeng Retno Satuti, anak Mangkunegara VIII, pada 1975. Dia mendapatkan gelar bangsawan, Kanjeng Pangeran Haryo Soerjahadiningrat.
Selain konsentrasi di bidang mode, Rahadian punya ketertarikan di bidang film. Pada 1977, dia mendirikan perusahaan film PT Raya Film. Dia kemudian menjadi produser, penulis, sekaligus pemeran utama film Bulu-bulu Cendrawasih (1978). Sutradaranya Nurhadie Irawan. Penulis skenarionya sastrawan Umar Kayam.
Pada 21 Agustus 1979, petaka terjadi. Mobil yang ditumpangi Rahadian dalam perjalanan di Lampung bertabrakan dengan sebuah truk. Saat itu, dia ingin ke pabrik gula PR Gunung Madu, bertugas sebagai pemandu acara peresmian pabrik itu. Kecelakaan itu merenggut nyawa Rahadian.
Dunia mode Indonesia berduka. Untuk mengenang sumbangsih bagi dunia model Indonesia, Johny A Ganda, pemimpin redaksi majalah Model, memprakarsai ajang Rahadian Yamin Memorial Cup lewat Yayasan Pembina Mode Indonesia (Yapmi).
Ajang itu kali pertama digelar tahun 1980 sebelum ganti nama jadi Top Model Indonesia. Banyak pemenang dan finalisnya menjadi artis dan bintang iklan. Sebut saja Soraya Haque, Rico Tampatty, Sandy Harun, Titi DJ, Dian Nitami, Cornelia Agatha, Arzet Bilbina, dan masih banyak lagi.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar