Kolaborasi Lagu Religi
Lagu-lagu hasil kolaborasi biasanya awet sepanjang zaman.
Penceramah asal Semarang dan mantan pengurus Nahdlatul Ulama Jawa Tengah, Ahmad Buchori Masruri, wafat pada 17 Mei lalu dalam usia 70 tahun. Masruri juga merupakan pencipta lagu “Perdamaian” yang dipopulerkan grup kasidah Nasida Ria.
Lagu “Perdamaian” memang khusus dibuat Masruri untuk Nasida Ria demi memenuhi permintaan H.M. Zain, sahabat karibnya yang juga pendiri Nasida Ria. Di lagu itu, Masruri menggunakan nama samaran Abu Ali Haedar.
Lagu ini masuk dalam album Perdamaian yang dirilis 1982 dan laku keras.
Liriknya yang kuat, mengkritik peperangan di pentas global, membuat lagu “Perdamaian” terus relevan hingga kini. Lagu ini pernah diaransemen ulang grup musik rock Gigi untuk album Raihlah Perdamaian (2005).
Selain itu, kolaborasi antara Nasida Ria dan Masruri, menghasilkan lagu, di antaranya “Damailah Palestina”, “Dunia Dalam Berita”, “Merdeka Membangun”, dan “Mesjid Tua”.
Kasidah Modern
Kolaborasi juga pernah terjadi antara grup musik Bimbo dan sastrawan Taufiq Ismail. Kelompok musik yang terdiri dari Sam, Acil, Jaka, dan Iin ini dibentuk pada 1967. Mereka mulai mengeluarkan lagu-lagu bernapaskan Islam pada 1970-an.
Menurut buku Musisiku, Taufiq dipilih Bimbo menjadi kolaborator untuk menghasilkan lagu-lagu Islami. Dari kolaborasi tersebut, muncul lagu-lagu kasidah yang hingga sekarang masih dikenang, seperti “Rindu Rasul”, “Qasidah Matahari dan Rembulan”, dan “Sajadah Panjang.”
Lagu “Anak Bertanya pada Bapaknya”, yang juga hasil kolaborasi Bimbo dan Taufiq, mungkin yang paling banyak diputar saat Ramadan. Sejumlah lagu hasil kolaborasi itu sanggup membuat orang yang mendengarkannya tergerak.
“Seperti (lagu) ‘Tuhan’ yang diceritakan Ebiet G Ade sempat membuat rekannya terharu dan lantas minta diajari sembahyang,” tulis majalah Hai, edisi 26 April-2 Mei 1998.
Lagu hasil kolaborasi Bimbo dan Taufiq lainnya, “Rindu Rasul”, juga mampu membuat salah seorang personel Bimbo, Iin Parlina, menangis.
“Iin Parlina selalu saja menangis jika menyanyikan lagu Rindu Rasul itu,” kata Sam Bimbo kepada Hai, 26 April-2 Mei 1988.
Menurut Moeflich Hasbullah dalam Islam dan Transformasi Masyarakat Nusantara, kasidah Bimbo telah mempelopori kelahiran sebuah genre musik baru sebagai identitas religius kultural masyarakat, yang sedang mengalami transformasi sosial-kultural dengan menyediakan citra estetis kelompok Islam perkotaan.
Pengamat musik Denny Sakrie dalam 100 Tahun Musik Indonesia menulis Bimbo mampu keluar dari persaingan antargrup musik, yang tiba-tiba menggarap musik kasidah modern pada 1970-an.
Denny Sakrie memberi contoh Koes Plus yang antara lain merilis “Nabi Terakhir”, “Ya Allah”, dan “Sejahtera dan Bahagia.” Begitu pula kelompok musik rock AKA dari Surabaya, yang membuat album kasidah modern. Namun, berkat kolaborasi dengan Taufiq, Bimbo mencuat namanya dan mendapat predikat dari publik sebagai grup musik religius.
Kala Ramadan
Taufiq bukan hanya bekerja sama dengan Bimbo. Penyair kondang ini pun pernah berkolaborasi dengan penyanyi pop Chrisye. Lagu yang diciptakan Taufiq berjudul “Ketika Tangan dan Kaki Berkata”, termuat dalam album Kala Cinta Menggoda (1997).
“Lirik yang dibuat Taufiq Ismail adalah satu-satunya lirik dahsyat sepanjang karier, yang menggetarkan sekujur tubuh saya. Ada kekuatan misterius yang tersimpan dalam lirik itu,” kata Chrisye dalam otobiografinya yang ditulis Alberthiene Endah, Chrisye Sebuah Memoar Musikal.
Selain Taufiq, budayawan Emha Ainun Nadjib atau yang lebih dikenal dengan nama Cak Nun, juga berkolaborasi dengan 20 musisi dari berbagai aliran. Kolaborasi yang terjadi pada 1996 ini menghasilkan sebuah kelompok musik bernama Kiai Kanjeng.
Menurut Moeflich Hasbullah, Kiai Kanjeng meluncurkan album perdana Kado Muhammad yang berisi salawatan dan musikalisasi puisi yang dipersembahkan untuk Nabi Muhammad.
Cak Nun dan Kiai Kanjeng memadukan musik tradisional gamelan Jawa dengan instrumen musik modern, lalu mentransformasikannya jadi sebuah orkestra.
Lagu-lagu hasil kolaborasi pendakwah atau sastrawan tak punah dimakan zaman, “Perdamaian” atau “Anak Bertanya pada Bapaknya” bakal terus diputar, terutama kala Ramadan tiba.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar