Asal-Usul Kamera
Kamera tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kamera, segala objek dipotret dan direkam.
MINAT orang terhadap fotografi kini tak terbendung. Tua-muda, laki-perempuan, miskin-kaya gemar mengabadikan momen-momen penting mereka, bahkan momen tak pentingnya. Foto-foto itu dapat disimpan di ponsel, komputer, atau diunggah ke facebook, twitter, dan jejaring sosial lainnya. Ini karena jasa kamera.
Dua abad lalu, orang tak pernah membayangkan kerja kamera dapat secanggih sekarang. Kamera pertama yang mampu menghasilkan foto dan diperkenalkan ke khalayak adalah daguerreotype (1839). Kamera itu terbuat dari kotak kayu dengan tiga atau empat penopang yang juga terbuat dari kayu. Ukurannya cukup besar sehingga butuh dua atau tiga orang untuk membawanya. Pemotretannya butuh waktu berjam-jam. Objeknya tak boleh bergerak. Tak ada bedanya dengan proses melukis.
Di Eropa, sebelum adanya daguerreotype, orang mendatangi pelukis untuk mengabadikan gambar. Orang pun ragu apakah kamera itu mampu bertahan lama. Ternyata, teknologi kamera jauh lebih cepat berkembang daripada yang bisa diperkirakan orang saat itu.
Baca juga: Pemburu Gambar di Era Perang
5 SM
Pengetahuan mengenai konsep dasar kerja sebuah kamera ditemukan oleh Mo Ti, seorang Tionghoa. Dia mengamati sinar matahari yang masuk melalui sebuah lubang kecil dalam kamar gelap yang terpantul pada benda tertentu dapat merefleksikan bayangan keadaan di luar kamar secara terbalik.
Abad ke-10
Prinsip yang dilakukan Mo Ti diperkenalkan oleh Ibnu Haitam, ilmuwan Irak. Bersama muridnya, Kamal ad-Din, dia menunjukkannya kepada khalayak di dalam tenda-tenda yang gelap. Orang-orang terpukau dan terhibur. Tulisan-tulisan yang menjelaskan gejala itu mulai terbit, meski belum ada istilah yang digunakan.
1604
Seorang ahli matematika Jerman, Johannes Kepler, menjadi orang pertama yang menyebut gejala itu dengan camera obscura (kamar gelap) dalam karyanya, Ad Vitellionem Paralipomena.
Abad ke-17
Pelukis-pelukis di Eropa membuat sebuah alat yang memudahkan mereka mengamati model atau objek dengan tenang dan cermat berdasarkan prinsip camera obscura. Alat tersebut bernama heliograph. Meski alat ini tersebar luas, belum ada gagasan untuk mengabadikan citra yang tertangkap dalam camera obscura.
1826
Joseph Nicephore Niepce, ilmuwan Prancis berhasil mengabadikan citra yang tertangkap dalam camera obscura-nya. Inilah foto pertama di dunia. Foto ini bernama “View from Window at Gras”. Keberhasilannya belum diumumkan sehingga kameranya tak diketahui khalayak. Tak lama kemudian, Niepce meninggal pada 1833.
1839
Sepeninggal Niepce, rekannya, Louis Jacques Mande Daguerre, seorang dekorator panggung asal Prancis, berusaha mengembangkan temuan Niepce. Pengembangannya itu dia terapkan ke dalam camera obscura sehingga model ini disebut daguerreotype. Kameranya ini kemudian diperkenalkan kepada khalayak. Dia juga mengizinkan khalayak untuk mengadopsi teknologinya.
Baca juga: Juru Foto di Bawah Desingan Peluru
1886
George Eastman, seorang Amerika, menciptakan kamera yang terpasang rol film kertas di dalamnya (pada 1889 beralih ke rol seluloid) sebagai media penyimpan gambar pengganti pelat atau logam. Untuk mengambil gambar, orang hanya perlu menekan tombol kamera sekali. Kamera ini disebut Kodak.
Abad ke-20
Perusahaan Eastman, Kodak, memperkenalkan kamera terbarunya. Bagian belakang kamera ini dapat dilepas untuk memasang rol film. Kamera bernama Brownie ini dinilai sebagai titik tolak hobi fotografi karena laku keras di pasaran. Selanjutnya, Kodak menjadi perusahaan penjual dan pengembang perlengkapan kamera pertama di dunia. Inilah terobosan kedua dari Kodak.
1913
Melihat Kodak sukses, perusahaan kamera asal Jerman, Leica, menciptakan kamera dengan rol film 35 mm pertama di dunia. Namun, Leica baru menjualnya ke khalayak sebelas tahun kemudian. Bentuknya lebih kecil daripada Brownie. Sambutan khalayak sangat bersahabat. Kamera ini terjual hingga ke luar Jerman.
1947
Terobosan bentuk dan teknologi baru kamera kembali terjadi, untuk kali pertama, sebuah kamera dapat langsung mencetak foto. Kamera ini disebut Land Camera. Nama ini diambil dari penciptanya, Dr. Edwin Land. Tak seperti kamera umumnya yang menggunakan rol film, kamera ini menggunakan film khusus yang disebut polaroid. Film ini memungkinkan kamera bisa mencetak foto beberapa detik setelah pemotretan. Kelak, kamera ini lebih dikenal dengan nama Polaroid.
1970
Kamera “mainan” atau Kamera Diana muncul. Kamera ini terbuat sepenuhnya dari plastik khusus yang ringan, bukan plastik kamera umumnya. Bentuknya mini sehingga dapat digenggam. Kamera ini merupakan kamera khusus yang dipakai dalam lomografi, bagian dari fotografi yang menggunakan kamera analog untuk pemotretan tertentu.
1975
Kamera digital pertama diciptakan oleh Steven Sasson, teknisi Kodak. Bobotnya 3,6 kilogram dan hanya mampu menghasilkan foto hitam-putih. Kamera ini belum menjawab kebutuhan NASA, tetapi menjadi awal teknologi kamera digital. Meskipun teknologi digitalnya belum sempurna, Sony tercatat sebagai pemasar pertamanya melalui produk Mavica. Sebagian orang menilai kamera ini hanya modifikasi kamera video.
1990-an
Perkembangan teknologi kamera digital kian cepat, banyak orang menganggap periode ini sebagai awal kemunculan kamera digital sebenarnya. Kodak memperkenalkan kamera digital pertamanya, Digital Camera System 100 (DCS 100). Kamera ini tak memerlukan rol film untuk menangkap citra objek. Alat pengganti rol film itu disebut Charge-Coupled Device (CCD). Kodak kembali membuat terobosan bagi perkembangan teknologi kamera.
2000-an
Era kamera rol film atau analog memudar, kamera digital bermunculan. Bahkan dicangkokkan ke telepon genggam. Dengan kamera digital, orang tak perlu mengeker ke lubang kecil yang terdapat di bagian belakang kamera seperti saat menggunakan kamera analog. Penggantinya adalah sebuah layar berukuran kecil yang berfungsi untuk melihat objek yang akan dipotret. Sekarang kamera digital tak cuma bisa mengambil foto, dia juga dapat merekam citra dalam format video.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar