Akhir Pelarian Seorang Gundik
Utang yang melilit suami Apollonia tak hanya menghancurkan pernikahannya, tetapi juga membuatnya menjadi gundik. Ia pun memilih kabur dengan kekasihnya seorang budak.
TAK pernah terbayang oleh Apollonia, mimpinya berumah tangga dengan Thomas de Chiave, seorang mardijker (warga bebas), berujung malapetaka. Kebahagiaan yang dirasakannya hanya seumur jagung karena pernikahannya berakhir dengan perpisahan. Garis nasib kemudian mengubah hidupnya menjadi seorang wanita simpanan.
Pengalaman pahit itu dialami Apollonia van Batavia di usia yang masih belia. Pertemuannya dengan Thomas mulanya dipandang sebagai jalan keluar dari kesulitan hidup sebagai seorang budak. Tak heran, Apollonia yang berusia 20 tahun menerima pinangan Thomas.
Sejarawan Hendrik E. Niemeijer menulis dalam Calvinisme en koloniale stadscultuur, Batavia, 1619–1725, pernikahan tersebut dilangsungkan di Gereja Melayu di Batavia pada 1656. Sayangnya, belum lama menjadi pasangan suami-istri, pernikahan itu harus dibubarkan karena sang suami terlilit utang. “Thomas terjerat utang karena meminjam terlalu banyak uang (35 ringgit) dari letnan Pampangers,” tulis Niemeijer.
Kesulitan ekonomi yang membelit Thomas diketahui oleh Evert Slocius, seorang kepala ahli bedah VOC. Sang dokter bersedia membantu Thomas dengan syarat Apollonia yang cantik tinggal bersamanya selama dua tahun sebagai gundik. Syarat ini sesungguhnya bertentangan dengan keinginan Thomas maupun Apollonia. Namun, Thomas terpaksa menyetujui persyaratan yang diajukan Slocius agar dapat melunasi utangnya.
“Thomas terpaksa setuju karena dengan demikian dia bisa bekerja untuk orang mardijker lain di kawasan Ommelanden di Batavia,” tulis Niemeijer dalam Batavia: Masyarakat Kolonial Abad XVII.
Apollonia kemudian tinggal bersama sang dokter selama kurun waktu yang telah ditentukan. Meski Slocius tertarik dengan Apollonia, kehidupan wanita itu tak menjadi lebih baik usai menjadi gundik seorang Eropa. Apollonia diharuskan membayar “pemiliknya” itu sebesar dua ringgit setiap bulan. Menurut Michael Ketelaars dalam Compagniesdochters: Vrouwen en de VOC, agar dapat memenuhi permintaan Slocius, setiap hari Apollonia membuat kue-kue yang kemudian dijual di gerbang kota pada pagi hari.
Baca juga: Derita Hidup Seorang Gundik
Kawasan gerbang kota merupakan salah satu pusat keramaian di Batavia. Para pedagang menjajakan dagangannya di sana. Kue-kue yang dijajakan Apollonia cukup menarik perhatian pembeli, salah satunya seorang budak bernama Aly van Tico. Aly terpikat oleh kecantikan Apollonia sehingga ia menjadi pelanggan tetapnya.
Seiring berjalannya waktu komunikasi pun terjalin antara Apollonia dan Aly. Obrolan demi obrolan yang terjalin di sela-sela berjualan kue dan makanan membuat Apollonia terpikat pada pelanggan tetapnya itu.
“Aly menjelaskan kepada Apollonia bahwa ia menginginkan lebih dari sekadar barang dagangannya. Jika Apollonia setuju untuk terlibat dalam ‘percakapan yang menarik dengannya’, Aly akan secara permanen memberinya pakaian serta uang tambahan,” tulis Ketelaars.
Sementara itu, menurut Niemeijer, bagaimana hubungan tidak sebanding antara Apollonia dengan Slocius berlangsung tidak diketahui secara pasti, namun dapat ditebak dengan mudah tawaran yang diberikan Aly kepada Apollonia disetujui oleh wanita itu. Seakan tak cukup hanya bertemu di gerbang kota, Aly pun beberapa kali meminta Apollonia untuk melakukan “hubungan badan” dengan iming-iming uang hingga pakaian.
Baca juga: Perempuan dalam Cengkraman Pergundikan
Setelah berkali-kali dibujuk, Apollonia pun menyetujuinya dan tak lama kemudian ia mengandung anak hasil hubungannya dengan Aly. Mendengar kabar kehamilan tersebut, Aly mengajak Apollonia ikut bersama teman-temannya melarikan diri ke Banten. Namun, meski telah direncanakan dengan matang, pelarian itu tetap diketahui hingga mereka pun terpergok.
“Menurut rencana, pelarian akan dilakukan dari rumah kecil milik perempuan bebas bernama Anthonica van Mallebaer, namun rencana itu diketahui oleh wakil hakim beserta para tukang pukul negronya,” sebut Niemeijer.
Akibatnya, Aly bersama teman-temannya dan Apollonia ditangkap serta diperiksa oleh hakim pengadilan. Apollonia yang tengah mengandung itu pun berakhir di penjara. Tak diketahui pasti apakah Thomas de Chiave berupaya membebaskan Apollonia. Namun, Ketelaars mengungkapkan bahwa di hadapan hukum, Apollonia dianggap telah melakukan perzinaan dengan tinggal bersama Slocius tetapi juga menjalin hubungan dengan Aly. Atas hal itu Apollonia dinyatakan telah melakukan kecurangan di mata suaminya yang sah.
Baca juga: Skandal Putri Gubernur Jenderal VOC
Pengalaman pahit yang dialami Apollonia dapat menjadi gambaran bagaimana perbudakan, pergundikan, pekerjaan kuli, perselingkuhan hingga pelarian dari perbudakan tumbuh dalam diri seseorang. Gejolak itu pula yang membuat budak perempuan muda itu memilih melarikan diri.
“Risiko bahwa ia akan kembali dijual sebagai budak di pasar budak Banten diterima apa adanya. Baginya, Banten lebih menarik daripada Batavia dan kemantapan yang diperoleh dari seorang laki-laki seperti Slocius yang juga menyuruhnya bekerja, ternyata tidak memberi penyelesaian baginya,” sebut Niemeijer.
Bagi para perempuan yang menjalani kehidupan seperti Apollonia, hidup sebagai gundik seorang Eropa tidak menjamin kehidupan lebih baik apalagi memberi status sosial lebih tinggi. Melihat bagaimana mudahnya bagi Slocius maupun rekan-rekannya mendapatkan seorang gundik menjadi bukti pergundikan merupakan hal lumrah dalam masyarakat kolonial. Ironisnya, gundik kerap dipandang sebagai objek yang hanya dibutuhkan bila dapat memenuhi permintaan maupun kebutuhan sang tuan.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar