Saat Ketua Masyumi Berhaji
Bagaimana gempitanya Natsir saat menunaikan ibadah haji. Keberangkatannya dilepas ribuan simpatisan dan pengikut partai politik Islam terbesar di Indonesia kala itu..
Dampak pandemi Covid-19 kembali dirasakan masyarakat Indonesia. Kali ini pemerintah pusat, melalui Kementerian Agama (Kemenag) memutuskan membatalkan pemberangkatan jemaah haji Indonesia tahun ini. Keputusan tersebut diambil setelah melihat situasi di tanah air maupun di Arab Saudi.
Keputusan Kemenag itu dituangkan dalam Keputusan Menteri Agama RI Nomor 494 Tahun 2020 tentang pembatalan pemberangkatan jemaah haji Indonesia tahun 1441 Hijriah. Dikutip laman Kompas, Fachrul menegaskan bahwa pembatalan ibdah haji tahun ini berlaku untuk seluruh warga negara Indonesia tanpa terkecuali.
“Pihak Arab Saudi tak kunjung membuka akses bagi jemaah haji dari negara mana pun. Akibatnya, pemerintah tidak mungkin lagi memiliki cukup waktu untuk melakukan persiapan, utamanya dalam pelayanan dan perlindungan jemaah,” ungkap Menteri Agama Fachrul dalam konferensi pers virtual.
Baca juga: Resolusi Membatasi Haji
Menurut Menag, pembatalan ibadah haji itu merupakan suatu keputusan yang sulit. Di satu sisi pemerintah terus berupaya agar penyelenggaraan haji tahun ini tetap berjalan, tetapi di sisi lain pemerintah harus bertanggung jawab atas keselamatan warganya dari risiko penyebaran Covid-19 yang tak kunjung membaik.
“Keputusan yang pahit ini kita yakini paling tepat dan paling maslahat bagi jamaah dan petugas kita semua,” lanjut Fachrul.
Soal keberangkatan ibadah haji, tokoh Masyumi Mohammad Natsir memiliki pengalaman yang tidak biasa. Bukan karena batal berangkat seperti keadaan saat ini, tetapi karena kepergiannya ke tanah suci mendapat iring-iringan yang begitu besar, melibatkan hampir ribuan orang simpatisan Masyumi dan kerabat Natsir.
Dilepas Ribuan Orang
Kabar keberangkatan Ketua Umum Masyumi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji segera mencuri perhatian banyak kaum Muslimin, khususnya aktivis Masyumi, di seluruh penjuru Tanah Air. Banyak aktivis Masyumi yang mengagendakan pelepasan Natsir secara langsung. Mereka berbondong-bondong datang ke tempat keberangkatan Natsir guna mendoakan keselamatan dan kelancaran perjalanannya.
Baca juga: Pemerasan Jemaah Haji Indonesia
Diberitakan Suara Masyumi No.19 Tahun XI, 10 Juli 1956, seperti dikutip Lukman Hakiem dalam Biografi Mohammad Natisr: Kepribadian, Pemikiran, dan Perjuangan, sejak pukul 02.00 dini hari rumah Natsir telah dipenuhi oleh kerabat dan kawan-kawan yang hendak melepas tokoh Masyumi itu pada pagi harinya.
Syahdan, saat acara pelepasan itu, seorang pria tua yang ada di dalam rombongan mendekati Natsir seraya berkata: “Anak Natsir. Kalau anak hanya akan pergi ke Eropa, dan lain-lain, saya tidak akan datang tengah malam ini. Akan tetapi karena anak hendak menuju tanah suci, menunaikan rukun Islam, saya tidak bisa memejamkan mata tinggal di rumah. Hati kecil saya memanggil: pergilah turut mengantarkannya”.
Orang tua itu, kata Lukman, datang bersama kurang lebih 10.000 keluarga Masyumi dan Muslimat (onderbouw perempuan Masyumi). Kebanyakan dari mereka telah berdiam di lapangan terbang Kemayoran sejak malam harinya. Tidak hanya dari Jakarta, rombongan itu juga datang dari Bogor, Banten, dan daerah sekitarnya. Sementara para aktivis Masyumi yang tidak bisa melepas secara langsung memberikan doa di daerahnya masing-masing.
“Di dalam rombongan Natsir, terdapat juga Menteri Pekerjaan Umum, Ir. Pangeran Moh. Noor,” tulis Lukman.
Sebelumnya, anggota pimpinan pusat dan anggota parlemen dari Fraksi Masyumi, K.H.M. Isa Anshary telah lebih dahulu tiba di Arab Saudi. Bersama kawan-kawannya dari Persatuan Islam A. Hassan, E. Abdurrahman, dan Tamar Djaja, Isa Anshary akan menunaikan ibadah haji. Natsir akan menyusul setelahnya. Kedua tokoh Masyumi ini nantinya akan berangkat ke Mesir untuk melihat keadaan umat Islam di sana, sebelum pulang ke tanah air.
Baca juga: Cara Natsir Menghidupkan Pendidikan Islam
“Diharapkan semua gembong-gembong Masyumi ini telah berada kembali di Indonesia pada akhir bulan Agustus,” tulis Suara Masyumi seperti dikutip Lukman.
Sebelum memenuhi kewajiban menunaikan ibadah haji di Mekah, Arab Saudi, Natsir terlebih dahulu menghadiri Muktamar Alam Islami ketiga di Damaskus, Suriah. Kegiatan itu dihadiri oleh delegasi dari negara-negara Islam, kecuali Mesir. Muktamar itu, kata Natsir, tidak hanya membahas soal negara-negara Arab saja, tetapi juga soal-soal kaum Muslimin di seluruh dunia, termasuk nasib mereka yang hidup di daerah jajahan atau sedang dalam perjuangan melepas penjajahan.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar