Klenteng Hok Lay Kiong, Buah Pemberontakan Buruh Tionghoa Terhadap VOC
Kisah salah satu klenteng paling tua di Bekasi. Saksi sejarah bangsa yang terus berharap dapat dilestarikan oleh generasi muda.
Dupa dinyalakan. Wanginya menyebar ke setiap sudut ruangan klenteng Hok Lay Kiong. Pak Osin, kemudian melanjutkan kewajibannya membersihkan dan merapikan klenteng. Aktivitas itu sudah dilakoni Pak Osin bertahun-tahun. Bedanya, Pak Osin bekerja dalam sepi. Sejak pandemi Covid-19, kegiatan di klenteng berkurang. Begitu juga dengan jumlah orang yang berkunjung.
“Kalau dulu itu, ada saja orang datang setiap harinya, meski bukan suasana Imlek. Sekarang, ya seperti ini. Sepi,” ungkap Pak Osin.
Klenteng Hok Lay Kiong terletak di kawasan Margahayu, Bekasi Timur. Usia Hok Lay Kiong lebih dari 300 tahun. Seperti klenteng lainnya, warna merah mendominasi seluruh bangunan, ornamen, dan alat-alat peribadatan di Hok Lay Kiong. Klenteng Hok Lay Kiong dulunya tak semegah dan seindah sekarang. Klenteng ini hanyalah klenteng kecil dan sederhana.
Pendirian klenteng ini bermula dari peristiwa pembantaian massal terhadap orang-orang Tionghoa di Batavia pada 1740. Saat itu, Kongsi Dagang Hindia Timur (VOC) menyangka orang-orang Tionghoa akan memberontak di Batavia. Mereka menangkapi dan membunuh orang-orang Tionghoa. Peristiwa itu membuat banyak orang Tionghoa meninggalkan Batavia.
Ronny Hermawan (44) Ketua Yayasan Klenteng Hok Lay Kiong mengatakan kepada Historia, sebagian orang-orang Tionghoa menyingkir ke Bekasi. “Akhirnya warga Tionghoa yang menjadi buruh, pekerja-pekerja kasar di pelabuhan itu bergeser ke hutan-hutan di sekitaran Jakarta, mulai dari Tangerang, Banten, Cikarang, Bogor, Karawang hingga Bekasi,” kata Ronny.
Di tempat baru itulah, termasuk Bekasi, mereka membangun klenteng. Perubahan klenteng Hok Lay Kiong tidak sebentar. “Ya jadi dulu mungkin masih kecilnya, tapi seiring dengan perjalanan oleh umat-umatnya, ada patungan, saweran, juga swadaya. Dikembangkan dan diperluas sedikit demi sedikit, tapi tetap saja ini merupakan proses yang lama,” tambahnya.
Setelah lebih dari 3 abad berdiri, baru kali ini mengalami penyusutan jemaat. Perayaan Imlek tahun ini yang jatuh pada tanggal 12 Febuari lalu berbeda dari tahun sebelumnya. Hok Lay Kiong yang biasanya sudah dipenuhi warga etnis Tionghoa untuk berdoa kini tampak sepi. Berbagai acara rutin yang biasa digelar pun terpaksa ditiadakan untuk tahun ini.
“Ya karena memang kita masih dalam pandemi jadi kita tidak akan mengadakan berbagai acara saat Imlek tahun ini seperti barongsai dan pesta kembang api,” kata kepala seksi klenteng Hok Lay Kiong, Benny Gunawan (60)
Selain itu Benny juga berharap generasi muda ikut menjaga serta mempopulerkan keberadaan klenteng Hok Lay Kiong kepada siapa saja. “Kebetulan klenteng ini kan baru direnovasi ya, jadi kita harapkan mungkin umat-umat yang datang kesini ikut memperkenalkan keberadaan klenteng ini, karena sebagai generasi penerus umat –umat juga bisa mempergunakan klenteng ini sebagai tempat ibadah serta tempat belajar ilmu tradisi dan adat istiadat etnis Tionghoa” tutupnya.
Walaupun akhirnya perayaan Imlek di Hok Lay Kiong sedikit berbeda karena pandemi itu tak akan mengurangi nilai sejarahnya yang sangat panjang serta ikut mewarnai bangsa ini dengan indahnya perbedaan serta kerukunan antar umat beragama.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar