Masuk Daftar
My Getplus

Star Wars Penangkal Nuklir Amerika

Ketika Presiden Ronald Reagan mengajukan doktrin baru untuk menangkal serangan nuklir. Dijuluki program “Star Wars” oleh para pengkritiknya.

Oleh: Randy Wirayudha | 23 Mar 2023
Proyektil KKV dari Program HOE dalam rencana Doktrin "Star Wars" Presiden Ronald Reagan. (NARA/lockheedmartin.com).

PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Ronald Reagan menampakkan wajah serius tapi tenang saat menghadap kamera. Di depan meja kerjanya di Ruangan Oval Gedung Putih, Washington DC pada pukul 8.02 malam 23 Maret 1983, Reagan mengumumkan usulan doktrin sistem pertahanan baru.

Konsep usulan yang dimaksud Reagan adalah Strategic Defense Inisiative (SDI). SDI diniatkan Reagan menggantikan doktrin Mutual Assured Destruction (MAD). SID dianggap Reagan lebih relevan sebagai bentuk pertahanan diri dari aneka serangan senjata nuklir Uni Soviet di pengujung Perang Dingin itu ketimbang MAD.

Doktrin MAD itu sendiri adalah reaksi AS untuk meluncurkan serangan balik nuklir dengan skala yang sama sebagaimana pihak yang meluncurkan serangan pertamakali. Ia diimplementasikan sejak 1960-an.

Advertising
Advertising

Baca juga: Nuklir yang Tak Pernah Padam

Tentu akan menghasilkan kondisi yang sama-sama hancur. Oleh karenanya, itu menjadi kekhawatiran bersama kedua pihak agar tidak saling meluncurkan serangan pertama.

“Bagaimana jika semua orang bisa hidup dengan merasa aman karena mengetahui bahwa keamanan mereka tidak hanya bergantung pada ancaman serangan balasan instan Amerika untuk menangkal serangan Soviet, di mana kita bisa mencegat dan mengancurkan misil-misil balistik sebelum mencapai wilayah kita maupun wilayah sekutu kita? Saya mengimbau kepada komunitas ilmiah yang sebelumnya memberikan kita senjata nuklir untuk kemudian mengalihkan bakat mereka demi umat manusia dan perdamaian dunia,” kata Reagan dalam pidatonya yang dikutip Bulletin of the Atomic Scientists edisi April 1984.

Presiden Ronald Wilson Reagan saat mengumumkan usulan SDI pada 23 Maret 1983 (Ronald Reagan Presidential Library)

Konsep yang diusulkan Reagan itu tentu tak murah. Butuh merogoh kas negara 40-120 miliar dolar. Setahun kemudian Reagan juga membentuk lembaga baru di internal kementerian pertahanan, Strategic Defense Inisiative Organization (SDIO), yang dikepalai eks-direktur program pesawat ulang-alik NASA (Badan Antariksa Amerika) Letjen James Alan Abrahamson.

Rencananya, SDIO akan merancang beragam desain sistem penangkal berteknologi canggih yang bukan sekadar misil pencegat senjata nuklir. Tapi karena beberapa rencananya cenderung “halu”, sejumlah pengkritiknya pun mencelanya dengan Program “Star Wars”, merujuk pada film fantasi sci-fi populer garapan sutradara George Lucas, Star Wars (1977).

“Banyak yang mengejek proyek ini tak lebih dari sekadar teknologi bak Star Wars. Lama-kelamaan jadi julukan yang digunakan untuk mengkritik proyek-proyek Pentagon yang berdasarkan teknologi antariksanya. Adalah Senator Edward Kennedy (Demokrat-Massachussetts) yang pertamakali mendeskripsikan usulan presiden (Reagan) sebagai ‘skema Star Wars yang serampangan’ dalam sebuah artikel pada 24 Maret 1983 di The Washington Post,” tulis majalah The Eagle edisi Maret 2007.

Baca juga: Multiverse, Antara Spekulasi Filosofis dan Misteri yang Belum Terungkap

Aneka Rencana High Tech

SDI memang bukan buah pikiran Reagan. Gagasannya berbasis dari pemikiran pakar fisika yang dijuluki “Bapak Bom Hidrogen”, Edward Teller. George Pratt Schultz, menteri luar negeri di kabinet Reagan, dalam otobiografinya, Turmoil and Triumph: My Years as Secretary of State mencatat, Teller mengemukakan idenya terkait pertahanan terhadap misil nuklir Soviet dengan menggunakan senjata nuklir pula sebagai pencegat dan bukan sebagai senjata menyerang balik, seperti halnya doktrin MAD.

“Teller mengemukakannya dalam sebuah presentasi di Lawrence Livermore National Laboratory (LNLL) pada 1967. Saat itu, Reagan yang belum lama menjadi Gubernur Negara Bagian California juga turut hadir,” ungkap Schultz.

Reagan terkesan oleh ide Teller yang tak serta-merta menggunakan misil berhulu ledak nuklir. Yang dikatakan Teller sebagai “senjata nuklir” justru merujuk pada pemanfaatan senjata laser dan gelombang mikro bertenaga nuklir. Toh Soviet juga sudah mulai mengembangkan senjata laser pada 1964-1965.

“Kami makan siang bersama setelah persentasi itu. Lima belas tahun kemudian, saya mendapati bahwa dia sangat tertarik pada ide-ide itu,” kenang Teller dalam memoarnya, A Twentieth-Century Journey in Science and Politics.

Baca juga: Penjelajahan Antariksa dari JFK hingga Trump

Edward Teller (kanan) saat menyambangi Presiden Reagan di Gedung Putih pada 1980-an (Lawrence Livermore National Laboratory)

Pada 23 Maret 1983, Reagan akhirnya mengumumkan SDI yang berbasis pemikiran Teller itu. SDIO yang dibentuk pada 1984 lantas mencanangkan proyek-proyek sistem pertahanan strategisnya.

Fase pertama proyeknya berupa program-program senjata pencegat darat. Salah satunya, program Homing Overlay Experiment (HOE) yang menggunakan proyektil Kinetic Kill Vehicle (KKV). Proyektil KKV berbentuk sebuah kapsul yang digerakkan tenaga kinetik dari baling-balingnya. Untuk mencegat misil balistik, proyektil HOE juga dilengkapi pelacak infra merah dan radar kawal elektronik.

Pada pertengahan dan akhir 1984, SDIO sudah melakoni empat kali uji peluncurannya di Situs Misil Kwajalein, Kepulauan Marshall. Sistem itu diuji dengan mencegat misil Minuteman yang diluncurkan dari Pangkalan Angkatan Udara (AU) Amerika Vandenberg (kini Pangkalan Antariksa Vandenberg) di California. Namun dari empat uji coba itu hanya yang terakhir berhasil dicegat. Tiga uji coba sebelumnya gagal gegara problem sensor pelacak pada proyektil HOE.

Baca juga: Ada Apa di Area 51?

Pentagon pada 1985 bekerjasama dengan pabrikan dirgantara swasta, Lockheed Corporation, untuk mengembangkan program Exoatsmospheric Reentry-vehicle Interceptor Subsystem (ERIS). Sedikit mirip HOE, ERIS juga berbentuk sebuah kapsul, tapi bedanya, ERIS akan mencegat misil balistik Soviet dari luar angkasa, setelah lebih dulu diluncurkan dari darat.

“ERIS menggunakan KKV yang diharapkan bisa menghancurkan targetnya dengan daya benturan, bukan dengan ledakan. ERIS akan menerima data lokasi targetnya dari satelit dan radar. Setelah itu sistem kawal infra merah KKV-nya akan mengambil alih kendali sampai terjadinya benturan. ERIS digadang-gadang juga akan bisa jadi senjata alternatif bagi operasi antisatelit,” tulis William J. Broad dalam artikel “In Test, ‘Star Wars’ Picks Off a Warhead in Space” di kolom The New York Times, 30 Januari 1991.

Purwarupa proyek HOE yang tersisa (National Air and Space Museum)

ERIS baru bisa diujicobakan pada 28 Januari 1991 dengan hasil positif. Diluncurkan ke angkasa dari Pulau Meck, ERIS kemudian mencegat sebuah misil balistik antarbenua (ICBM) tiruan yang diluncurkan dengan roket Aries dari Pangkalan AU Vandenberg.

Selain HOE dan ERIS, ada pula program Flexible Lightweight Agile Guided Experiment (FLAGE) dan Extended Range Interceptor (ERINT) pada medio 1987. Program FLAGE menggunakan misil MIM-104 Patriot yang dikawal radar untuk mencegat misil balistik di udara. Sedangkan ERINT merupakan kelanjutan FLAGE, di mana bedanya ERINT menggunakan misil antiudara MIM-104 Patriot yang dimodifikasi dengan roket berpenggerak baling-baling, yang membuat misilnya bisa meluncur lebih cepat dan lebih tinggi.

Untuk rancangan proyek yang berbasis dari luar angkasa, SDIO melahirkan Proyek Excalibur pada 1984. Proyek itu merupakan tulang punggung program Directed-energy Weapon (DEW) yang terinspirasi dari gagasan Teller, yakni dengan menggunakan energi laser x-ray.

Inti dari proyek itu adalah membuat sebuah satelit yang bisa mencegat dan menghancurkan ICBM Soviet di udara dengan menembakkan laser x-ray atau laser hidrogen flourida melalui sebuah sistem pompa reaktor nuklir. Namun sampai SDI dihapuskan pada 1993, Proyek Excalibur tak lebih dari sekadar desain kasar yang tak berlanjut sampai uji coba.

Baca juga: Palapa, Pionir Indonesia di Angkasa

Ujicoba proyek ERINT (kiri) dan ilustrasi proyek Excalibur (army.mil/Lawrence Livermore National Laboratory)

Sementara, proyek DEW lain juga lahir pada 1985: Mid-Infrared Advaned Chemical Laser (MIRACL). Mirip dengan Proyek Excalibur, MIRACL juga merupakan sebuah senjata laser hidrogen flourida yang dipasang di sebuah satelit. Tapi bedanya, MIRACL tak menggunakan reaktor nuklir. Tak seperti Proyek Excalibur, MIRACL berhasil saat diujicobakan walau sekadar simulasi di Situs Misil White Sands.

Itu hanya sedikit dari sejumlah eksperimen lain yang baru sekadar gagasan yang cenderung fantasi. Alhasil, selain karena dianggap “halu”, beberapa proyek yang sudah sempat berjalan pun dikritik habis karena berat di ongkos.

Baca juga: Mula Riset Radioaktif

“Ashton Carter dari MIT (Massachusetts Institute of Technology) mengatakan opsi x-ray punya lingkup terbatas karena paparan sinarnya akan terpencar dan tidak fokus karena kondisi atmosfer, seperti menembakkan sinar senter ke langit. Pakar fisika Hans Bethe dan Richard Garwin yang bekerja dengan Teller juga mengklaim sistem senjata laser yang dibuat dengan begitu rumit justru akan lebih mudah dihancurkan pihak Soviet,” tulis sejumlah akademisi yang tergabung dalam Union of Concerned Scientists dalam jurnalnya, Space-Based Missile Defense.

Doktrin “Star Wars” alias SDI yang diusulkan Reagan pun hanya seumur jagung. Pada 1991, di era Presiden George H.W. Bush, usulan SDI digodok lagi dan akhirnya pada 13 Mei 1993 SDI dihapuskan pemerintahan Bill Clinton. Namun, SDIO tetap bertahan. SDIO kemudian direorganisasi Presiden Clinton menjadi Ballistic Missile Defense Organization (BMDO), yang lebih difokuskan mengembangkan misil balistik untuk keperluan pengintaian teknologi antariksa.*

 

TAG

perang dingin uni soviet nuklir amerika serikat

ARTIKEL TERKAIT

PLTU Menyumbang Polusi, Waktunya Beralih ke PLTN? Oppenheimer, Proyek Manhattan dan Bhagavad Gita (Bagian II – Habis) Jejak Sains Bung Karno untuk Hadapi Tantangan Zaman Serba-serbi Chernobyl Jurus Diplomasi Artati Memimpin Sidang Chernobyl SpongeBob dan Cerita dari Bikini Atoll Mula Riset Radioaktif Akhir Tragis Kapal Greenpeace Penentang Nuklir Prancis Roket Rusia-Amerika Menembus Bintang-Bintang Ada Rolls-Royce di Medan Laga