Ada Apa di Area 51?
Rasa penasaran menggerakkan ribuan penggila alien menyerbu Area 51. Benarkah kita tak sendirian di semesta ini?
SUDAH beberapa dekade belakangan umat manusia penasaran dengan makhluk dari angkasa luar yang tenar disebut alien. Disinyalir, bukti pesawat alien tersimpan dalam sebuah fasilitas rahasia Angkatan Udara Amerika Serikat (AU AS) yang populer disebut Area 51.
Fasilitas “super” rahasia ini diserbu ribuan penggila alien dari seluruh dunia pada 20-22 September 2019. Los Angeles Times Minggu (22/9/2019) melaporkan, sekira tiga ribu orang berkemping, trekking, berpesta dengan harapan bisa melihat dan bertemu alien di sekitar fasilitas yang berdekatan dengan Kota Hiko di Negara Bagian Nevada itu.
Ribuan enthusiast itu tak hanya dari segenap penjuru Amerika, melainkan juga dari Prancis, Jerman, Rusia, Peru, Swedia, hingga Australia. Mereka datang gegara menanggapi posting-an lelucon seorang netizen, Matty Roberts, di Facebook pada 27 Juni 2019. Ia mengunggah ajakan bertajuk, “Storm Area 51, They Can’t Stop All of Us”. Posting-annya mengglobal hingga memicu respon “going” dari dua juta orang.
Baca juga: Penjelajahan Antariksa dari JFK hingga Trump
Kementerian Pertahanan AS sampai memberi ancaman tembak di tempat bagi siapapun yang mencoba mendekati pagar pembatas fasilitas. Pasalnya fasilitas itu berada di dalam Kompleks Nevada Test and Training Range AU Amerika yang tak sembarang orang boleh mendekat.
Namun hingga berakhirnya “serbuan” itu pada Minggu, 22 September, tak terjadi apapun. “Kami tak menemukan alien. Tapi kami menemukan kedamaian dan persahabatan,” ujar Connie West, pemilik sebuah penginapan Little A’Le’Inn yang juga menggelar festival kecil buat para “penyerbu” Area 51, dikutip Los Angeles Times.
Kawah Candradimuka Teknologi Spionase
Sudah jadi rahasia umum bahwa Area 51 tempat disembunyikannya UFO (Unidentified Flying Object) alias pesawat alien. Banyak peneliti alien menganggap, AU Amerika memanfaatkan teknologi alien untuk membangun alutsista canggih.
“Area 51 adalah teka-teki. Sangat sedikit yang paham apa yang terjadi di sana dan jutaan orang ingin tahu. Terlalu banyak Area 51 dianggap sebagai Shangri-La-nya sistem spionase dan pesawat tempur canggih. Bagi publik, tempat itu jadi dunia bawah tanah alien dan UFO-UFO yang disembunyikan,” sebut jurnalis investigasi Annie Jacobson dalam laporan yang dibukukan, AREA 51: An Uncensored History of America’s Top Secret Military Base.
Sebagai “pabrik” alutsista spionase canggih sejak masa Perang Dingin, Area 51 sangat kental dengan aktivitas CIA (Central Intelligence Agency) alias Badan Intelijen Amerika. Butuh waktu nyaris enam dekade buat CIA berkenan membuka dokumen rahasia tentang Area 51 meski harus melewati cek keredaksian amat ketat.
Pada 25 Juni 2013, CIA melalui The National Security Archive membuka informasi eksistensi situs itu berdasarkan FOIA (Freedom of Information Act). Dokumen rahasia itu menunjukkan, fasilitas rahasia itu dibangun sejak April 1955. Disebutkan pula dalam dokumen itu, program-program alutsista spionase yang dibuat antara lain adalah pesawat intai supersonic D-21 Tagboard, pesawat tempur siluman F-117 “Nighthawk”, dan pesawat intai Lockheed U-2 Dragon Lady.
Fasilitas militer bernama asli Homey Airport berkode KXTA –namun CIA lebih sering menyebutnya Groom Lake– itu mulanya areal tak bertuan yang mulai dikenal segelintir pencari tambang timbal perak pada 1864. Enam tahun berselang, situs itu dikuasai perusahaan tambang Inggris Groome Lead Mines Limited. Situs tambang itu lalu dialihfungsikan menjadi landasan udara mulai 1942 dengan nama Indian Springs Air Force Auxiliary Field.
Di masa Perang Dunia II, Area 51 lebih banyak dipakai untuk mengetes beragam persenjataan, termasuk ujicoba nuklir. Setelah adanya kerjasama antara pabrikan pesawat Lockheed dan CIA dalam mengembangkan pesawat intai lewat Project AQUATONE pada 1955, situs itu dipilih oleh desainer pesawat U-2 Kelly Johnson dan Direktur CIA Richard Bissell, Jr. untuk tempat proyek. Sejak itu peruntukan Area 51 semata untuk Project AQUATONE, yang dengan kerjasama dengan AU AS lalu melahirkan pesawat intai ultra-altitude U-2 dengan kode “Dragon Lady”.
Alasannya pemilihan Area 51 yakni situs itu sudah jadi situs rahasia ujicoba senjata sebelumnya. Meski program itu dijalankan CIA dan Lockheed, fasilitasnya masih dalam penguasaan AU lantaran lokasinya masih di dalam Kompleks Nevada Test and Training Range milik AU Amerika.
Pengembangan U-2 kala itu menghabiskan ongkos USD950 ribu per unit. Pesawat yang bisa terbang hingga ketinggian 21 ribu meter itu jadi salah satu tulang punggung spionase AS dalam Perang Dingin. Ia menjadi mata AS terhadap Uni Soviet, Kuba, hingga Vietnam.
Pesawat berawak satu itu digerakkan dengan mesin berkipas turbo General Electric F118-101. Dengan mesin itu, U-2 bisa melesat dengan kecepatan maksimal 456 knot (659 km/h). Ia lolos tes terbang pada debutnya pada 1 Agustus 1955.
Namun, diungkap peneliti American Institute of Aeronautics and Astronautics Paul A. Suhler dalam From Rainbow to Gusto: Stealth and the Design of the Lockheed Blackbird, dalam misi pertama melayang di udara Uni Soviet pada 5 Juli 1956 U-2 gagal menghindar dari radar musuh.
Baca juga: Alam Semesta Menjemput Stephen Hawking
Saat itu U-2 dipiloti Carmin Vito dan terbang dari Smolenks menuju Moskva. Rutenya tertangkap radar A-100 “Kama” milik Soviet. Beruntung, di wilayah Moskva Soviet tak punya misil anti-pesawat udara yang mumpuni untuk meng-intercept misi itu. Misil S-25 Berkut Soviet saat itu tak ditempatkan di Moskva.
“CIA kemudian menginisasi ‘Project RAINBOW’ untuk mengurangi RCS (Radar Cross-Section) di pesawat U-2. Namun proyek itu gagal rampung, hingga CIA memilih beralih mengembangkan pesawat lain, Lockheed A-12 Oxcart,” ungkap Suhler.
Kendati begitu, pesawat-pesawat U-2 tetap digunakan AU Amerika hingga saat ini. Bahkan, sejumlah U-2 dibeli Inggris dan Taiwan.
Lantas, apakah benar-benar ada alien atau UFO yang disimpan di Area 51? Sayang, ia tetap jadi misteri. Dokumen CIA yang diungkap ke publik itu sama sekali tak menyebut soal alien atau UFO.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar