TIM nasional Indonesia lolos ke fase knock out Piala Asia 2023 sebagai satu dari empat tim urutan ketiga terbaik di fase grup. Akan tetapi lawan tangguh yang merupakan “adidaya” baru di Asia sudah menanti di babak 16 besar: Australia.
Berbeda dari “Tim Garuda” yang lolos ke babak 16 besar dengan “bantuan” hasil negara-negara lain, “Tim Kanguru” (julukan timnas Australia) lolos dengan gagah sebagai juara Grup B. Bekas langganan jawara zona Oseania itu bukan tim kaleng-kaleng. Sebab, meski baru dirangkul Konfederasi Sepakbola Asia, AFC, pada 2006, Australia langsung menggebrak hegemoni para raja lama Asia macam Jepang, Korea Selatan, Iran, dan Arab Saudi. Raihan runner-up edisi 2011 dan juara Piala Asia 2015 sudah cukup menjadi bukti.
Namun, sejarah sepakbola Australia punya keunikan tersendiri. Kendati nenek moyangnya imigran dari Inggris, orang Australia tak menyebut sepakbola dengan lema “football” seperti orang Inggris, melainkan “association game” atau “soccer” sebagaimana orang Amerika Serikat dan Kanada. Hal itu dikarenakan di Australia sudah ada olahraga yang disebut Australian Football alias “Footy” pada 1858. Sementara, sepakbola baru eksis di negeri itu pada akhir abad ke-19.
“Orang Australia menciptakan olahraga mereka sendiri, Australian rules football (pada 1858). Olahraga ‘football’ dan rugby menjadi puncak pilihan di Australia karena bisa dimainkan di iklim manapun. Sementara ‘soccer’ sebelumnya diremehkan sebagai olahraganya perempuan, orang asing (imigran), dan para homoseksual oleh suporter olahraga lain di media mainstream Australia,” tulis Erik Nielsen dalam artikel “Sheilas, Wogs, Poofters in a War Zone: The Socceroos and the 1967 Friendly Nations Tournament in Vietnam” di buku Soccer Diplomacy: International Relations and Football Since 1914.
Baca juga: Kenapa Sepakbola Indonesia Kalah Melulu?
Ke Piala Dunia lewat Asia
Tanda-tanda pertama eksisnya permainan yang sangat mirip menurut aturan sepakbola modern Inggris tercatat di lapangan Rumahsakit Jiwa (RSJ) Woogaroo di Wacol, Brisbane, pada 7 Agustus 1875. Saat itu, Tim RSJ Woogaroo yang pemainnya terdiri dari para tahanan dan sipir RSJ menjamu tim Brisbane Football Club yang mayoritas pemainnya merupakan personel militer garnisun Brisbane.
“Salah satu aturan yang disepakati bersama adalah bolanya tidak boleh dibawa dengan tangan, mengingat para pemain Brisbane adalah pemain football (Australia). Gol diciptakan dengan cara ditendang dengan kaki,” tulis suratkabar The Queenslander tanggal 14 Agustus 1875.
Uniknya, kedua tim sama-sama menunjuk masing-masing satu wasit. Satu mewakili Tim RSJ Woogaroo, sementara satunya lagi mewakili tim tamu. Sayangnya tak disebutkan detail siapa pemenangnya.
Baca juga: Samoa Amerika Mengusir Hantu 31 Gol Tanpa Balas
Catatan lainnya adalah permainan yang juga serupa tapi tak sama dimainkan pada 10 Mei 1879 di Hobart, Pulau Tasmania antara tim footy dan tim kriket, New Town vs Cricketers Clubs. Harian The Mercury edisi 26 Mei 1879 mencatat, pertandingan yang dimenangkan New Town 5-1 itu dihelat dengan membuat aturan sendiri.
“Bolanya tidak boleh di-dribble seperti association game (sepakbola, red.), tidak ada aturan offside. Bolanya boleh dipegang tapi tidak boleh dibawa (dengan tangan). Pemain yang menangkap bola dan jika pemain lawan menjatuhkannya, wasit menghadiahi tendangan penalti. Bolanya juga tidak diputuskan keluar lapangan jika melewati garis kecuali jika bolanya sudah melewati pagar lapangan,” tulis suratkabar itu.
Pertandingan pertama yang tercatat memberlakukan peraturan baku sepakbola baru terjadi pada 14 Agustus 1880 antara tim sepakbola pertama di Australia, The Wanderers, melawan tim pelajar Kings School Rugby. Laga yang diinisiasi John Walter Fletcher, imigran Inggris di NSW yang hingga kini diakui sebagai “Bapak Sepakbola Australia”, itu dihelat di lapangan Parramatta Common, New South Wales (NSW).
Menurut laman resmi Football Australia atau federasi sepakbola Australia, Fletcher sejatinya sudah mulai mengenalkan sepakbola di Sydney pada 1877 atau dua tahun pasca-migrasi dari Inggris. Ia juga ikut mendirikan The Wanderers pada 1880 dan membentuk asosiasi sepakbola pertama di Australia, NSW English FA pada 1882. Asosiasi itu sekaligus asosiasi pertama yang dibentuk di luar Inggris.
Perlahan tapi pasti, sepakbola pun mulai menyebar ke seantero Australia seiring banjirnya imigran asal Eropa pasca-Perang Dunia I. Induk sepakbolanya mulai terbentuk pada 1911, Commonwealth Soccer Assosciation, meski baru pada 1921 bertransformasi menjadi Australian Soccer Association (ASA) yang kemudian melahirkan timnasnya.
Namun, timnas Australia sulit berkembang karena kendala jarak dari pusat modernitas sepakbola di Eropa. Sesekali saja timnasnya melakukan tur laga persahabatan, seperti ke Selandia Baru, India, Kanada, dan Afrika Selatan pada 1930-an.
Baca juga: Ada Apa dengan Sepakbola India?
ASA sendiri baru diterima jadi anggota FIFA pada 1956. Di tahun yang sama, timnas Australia turut tampil di Olimpiade Melbourne 1956 karena mereka tim tuan rumah. Mimpi untuk bisa tampil di Piala Dunia selalu kandas pada 1960-an.
Melihat pesatnya kemajuan sepakbola di Asia, Australia pun berharap untuk bisa ikut dimasukkan dengan alasan kedekatan geografis. Seiring transformasi kedua ASA menjadi Australia Football Federation (ASF), Australia turut melamar jadi anggota AFC pada 1960 namun ditolak karena saat itu AFC hanya menerima anggota “asli” Asia.
“Setelah diadakan rapat tertutup, Sekretaris (jenderal) AFC Tuan Lee Wai Tong dari Hong Kong menyatakan bahwa para anggota merasa bahwa sesuai peraturan konfederasi yang hanya menerima keangotaan dari negara-negara Asia saja, pertemuan itu tidak bisa mempertimbangkan pengajuan Australia,” tulis The Strait Times edisi 8 Agustus 1960.
Sebagai alternatif, Australia menggandeng Selandia Baru untuk mendirikan Konfederasi Sepakbola Oseania, OFC, pada 1966. Anggotanya negara-negara Pasifik, seperti Papua Nugini, Fiji, Tonga, hingga Samoa. Mulai awal 1970-an, OFC juga menerima anggota “buangan” dari Asia gegara politik: Taiwan dan Israel.
Kendati berasal dari zona konfederasi di “ujung dunia”, Australia melewati jalan terjal untuk jadi tim Oseania pertama yang akhirnya tampil di Piala Dunia 1974. Australia memulainya di kualifikasi zona gabungan AFC dan OFC.
Baca juga: Piala Asia Tanpa Israel
Di babak Grup B1, Australia sukses jadi juara grup setelah melibas Irak, Selandia Baru, dan Indonesia. Sementara di fase putaran final, Australia susah-payah merebut tiket ke Piala Dunia 1974 usai menyingkirkan tim kuat Iran dan Korea Selatan di fase gugur.
Walau demikian, Australia mesti babak belur. Mereka sekadar jadi “penggembira” di fase penyisihan Grup 1 yang berisi Jerman Timur, Cile, dan tuan rumah Jerman Barat. Namun bermodalkan status sebagai tim Oseania pertama yang tampil di Piala Dunia, Australia –bersama Taiwan– mundur dari OFC demi bisa kembali melamar ke AFC pada 1976. Namun lagi-lagi ditolak.
“ASF kemudian memilih meluncurkan liga nasional pertamanya, NSL yang terdiri dari 14 tim pada 1976. Liga ini diharapkan bisa membentuk basis kompetisi domestik yang kuat untuk memfasilitasi pengembangan tim nasional di pentas internasional,” ungkap Sean Hamil dan Simon Chadwick dalam Managing Football: An International Perspective.
Hasilnya memang Australia menjadi langganan juara di OFC Nations Cup pada 1980, 1996, 2000, dan 2004. Sekali pula Australia tampil jadi tim kejutan dengan menjadi runner-up di Piala Konfederasi 1997. Akan tetapi seiring waktu, jalan untuk kembali mentas di Piala Dunia makin rumit, mengingat FIFA tak kunjung memberi satu pun jatah untuk OFC.
Wakil OFC selalu dipertemukan dengan tim-tim kuat, entah dari Asia, Eropa, atau Amerika Selatan di setiap babak play-off kualifikasi Piala Dunia. Kembali melamar ke AFC yang punya alokasi jatah lebih baik. Hingga Piala Dunia 2006, AFC punya jatah empat tim plus satu via babak play-off.
“Pasar sepakbola juga jadi alasan mengapa Australia (ingin) masuk Asia. Mereka melihat pasar sepakbola yang besar seiring dengan prediksi akan menghebatnya pertumbuhan ekonomi Asia. Mereka melihat visi ke depan yang lebih mumpuni. Kisah ‘Australasia’ bak kisah perkawinan. Setelah berjuang menanti selama 45 tahun pada 2005 akhirnya kesampaian,” tulis Arief Natakusumah dalam Drama Itu Bernama Sepakbola: Silang Sengkarut Olahraga, Politik, dan Budaya.
Australia akhirnya secara resmi diterima menjadi anggota AFC pada medio 2006 setelah merampungkan reformasi federasinya. Sejak 1 Januari 2005, federasinya mengubah namanya menjadi Football Federation Australia (FFA), menyusul reformasi besar sejak 2003 gegara skandal penggelapan uang di internal federasinya.
“FFA resmi bergabung ke AFC pada awal 2006 setelah pengajuannya diratifikasi Kongres Luar Biasa AFC pada 2005. Sebelumnya pada 1960-an banyak yang menolak, salah satunya Malaysia karena dianggap bisa mengurangi peluang negara-negara lain untuk lolos ke Piala Dunia. Tetapi penentangan itu tak bertahan lama karena pada 2005 akhirnya FFA diterima dan bahkan pada 2011 mendapat kehormatan terpilih menjadi tuan rumah Piala Asia 2015,” ungkap Ben Weinberg dalam Asia and the Future of Football: The Role of Asian Football Confederation.
Banyaknya pemain Australia yang berkarier di Eropa turut memberi dampak besar bagi prestasi timnasnya. Pada Piala Asia 2011, Australia sukses jadi runner-up. Bahkan, di rumah sendiri pada 2015, Australia berhasil merebut trofi Piala Asia untuk kali pertama. Sejak menjadi anggota AFC, Australia tak pernah lagi absen di Piala Dunia via jatah zona Asia yang dimulai pada Piala Dunia 2006.
Baca juga: Serba-serbi Sepakbola Fiji