Masuk Daftar
My Getplus

Simon Melawan Pejuang Aceh

Sebagai anggota Marsose, Simon sudah pasti pernah bertugas di Aceh. Sempat kena sabetan kelewang pejuang Aceh.

Oleh: Petrik Matanasi | 20 Feb 2023
Pasukan Marsose di Aceh antara tahun 1890 dan 1900. (Tropenmuseum).

Truseb kini daerah Kecamatan Tiro, Kabupaten Pidie, Aceh. Orang-orang dari kampung ini gigih melawan pemerintah kolonial Belanda yang mengerahkan pasukan KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger). Pemimpin perlawanan dari daerah ini adalah Teungku Chik di Tiro dan Hasan Tiro. Daerah ini pun sulit diduduki oleh tentara kolonial Belanda.

“Mulai dari ekspedisi Pidie yang menentukan dan penaklukkan Keumala pada bulan Juni 1898. Menduduki Pidie masih harus diusahakan dengan keras hingga 1903," tulis Anthony Reid dalam Asal Mula Konflik Aceh dari Perebutan Pantai Timur Sumatra hingga Akhir Kerajaan Aceh Abad Ke-19.

Pada 24 Agustus 1903, sekitar 20 serdadu KNIL di bawah Letnan Darlang telah bergerak sekitar pukul tiga pagi menuju perbukitan yang dikuasai gerilyawan Aceh.

Advertising
Advertising

“Dengan tiada diketahui oleh musuh, maka brigadenya Letnan Darlang di itu bukit dan dengan hati-hati naik ke atas. Sampai dekat di atasnya bukit, maka kelihatan sepuluh orang Aceh, yang ada tidur di tanah,” tulis majalah Trompet No. 70, November 1939.

Baca juga: Kasan Menyelamatkan Letnan Darlang

Ketika salah seorang Aceh terbangun, Letnan Darlang bersama beberapa anggota pasukan khusus Marsose, segera menyerang.

Dalam serangan itu, Marsose Simon Leiwakabessy lari lebih cepat daripada Marsose lainnya. Ketika posisinya sudah makin dekat musuh, ia mainkan bedilnya dan dua orang Aceh pun tewas. Ketika Simon melihat ada orang Aceh yang lari, ia mencoba mencegatnya.

“Dengan ini, maka ia tembak lagi empat orang musuh mati,” tulis majalah pensiunan KNIL itu. Dalam pertempuran itu, Simon telah merobohkan enam orang Aceh.

Setelah pertempuran itu, tidak hanya enam orang Aceh terbunuh, tapi juga tiga pucuk senapan Beamont dan tiga senapan voorlaad (pra-muat lawas) jatuh ke tangan militer Belanda.

Marsose Simon jadi bintang dalam pertempuran di daerah Cot Bamboton Truseb itu. Tahun berikutnya, pada 5 Agustus 1904, ia dianugerahi penghargaan sebagai seorang ridder (ksatria) Militaire Willemsorde 4e klasse berdasar Koninklijk Besluit tertanggal 5 Agustus 1904 No. 13.

Baca juga: Narkim Menerkam Pejuang Aceh

Simon Leiwakabessy lahir di Tial, Ambon, 25 Januari 1870. Ia mendaftar jadi serdadu KNIL di Ambon pada 8 Maret 1894. Ia ditempatkan di Batalyon Infanteri ke-3 di Aceh sejak tahun 1897. Tahun berikutnya, ia ditempatkan di korps elite Marsose.

Dalam penyerbuan benteng Batee Ilee, Simon terkena tebasan kelewang pejuang Aceh. Ia kembali bertugas setelah dirawat di Batavia. Selain bertempur di Aceh, ia juga pernah berperang di daerah Nusa Tenggara Timur.

Simon pensiun pada 13 Oktober 1911 dengan pangkat terakhir kopral dan berdiam di Ambon.*

TAG

knil aceh

ARTIKEL TERKAIT

Ibu dan Kakek Jenifer Jill Siapa Penembak Sisingamangaraja XII? Thomas Nussy versus Anak Cik Di Tiro Kopral Roeman Melawan Teungku Leman Hukuman Penculik Anak Gadis Dulu Para Sersan Berserikat Pengawal Raja Charles Dilumpuhkan Orang Bali Pengawal Raja Charles Masuk KNIL Setelah Gerard van Daatselaar Ditawan Kombatan Minahasa dalam Serangan Umum