Masuk Daftar
My Getplus

Rachman Masjhur Mencari Siswa

Ia sibuk mencari siswa untuk latihan Special Operation. Ia mengusulkan bekas siswa SPT dan Latihan Opsir Kalibakung jadi peserta pelatihan.

Oleh: Petrik Matanasi | 24 Mar 2023
Presiden Sukarno meresmikan Sekolah Pelayaran Tinggi (SPT) menjadi Sekolah Pelayaran Semarang (SPS) pada 1950. (Wikimedia Commons).

BAGIAN V (KP-V), badan intelijen Kementerian Pertahanan, telah membangun pasukan yang berguna dalam operasi intelijen pada akhir 1947. Orang yang bertugas mencari kader untuk dilatih dalam pendidikan Special Operation atau Operasi Khusus adalah Letnan Kolonel Kanido Rachman Masjhur.

Rachman Masjhur termasuk anggota Special Operation. Pemuda kelahiran 13 Oktober 1919 ini adalah orang Minangkabau pertama yang diterima di Akademi Militer Kerajaan Belanda di Breda pada 1939.

“Kanido Masjhoer, anak Tuan Kahar Masjhoer, kepala sekolah di Fort de Kock (Bukittinggi), pada akhir bulan ini bersama [kapal] SS. Dempo akan berangkat ke Belanda,” tulis koran De Sumatra Post, 24 Juli 1939.

Advertising
Advertising

Menurut Benjamin Bouman dalam Van Driekleur tot Rood-Wit: De Indonesische officieren uit het KNIL 1900–1950, Rachman Masjhur adalah perwira KNIL yang pernah bertugas di Australia dan Malaka, setelah dibebaskan dari kamp tahanan Nazi. Ia pernah ditempatkan di Batalyon Gurkha di Surabaya. Ia kemudian malah bergabung dengan Kementerian Pertahanan RI.

Baca juga: Latihan Opsir Kalibakung

Sebagai anggota Special Operation, Rachman Masjhur telah bekerja keras mencari siswa. Mulanya, seperti arahan atasan, ia mencari bekas anggota Koninklijk Marine (KM) atau Angkatan Laut Kerajaan Belanda, Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) atau Maskapai Pelayaran Belanda, Gouvernement Marine (GM) atau Jawatan Pelayaran Belanda.

“Di sini ternyata bahwa para opsir (petugas) dari golongan-golongan tersebut sudah terlampau tua dan tak dapt lagi dipakai. Pun para opsir rendahnya tak dapat dipakai lagi baik buat guru maupun buat pelajar, tinggal satu golongan yaitu anak-anak dari Sekolah Pelayaran Tinggi. Golongan ini memenuhi syarat-syarat yang kita cita-citakan,” demikian laporan Rachman Masjhur dalam Arsip Kementerian Pertahanan No. 269.

Rachman Masjhur, yang berada di Eropa antara 1939 hingga 1945, tentu tidak mengetahui keberadaan bekas pelajar Sekolah Pelayaran Tinggi (SPT). Sebab, SPT baru diadakan pada zaman pendudukan Jepang untuk menyediakan perwira kapal kayu bagi kepentingan militer Jepang di Indonesia. Pada 1950-an, Sukarno meresmikan SPT menjadi Sekolah Pelayaran Semarang (SPS). Dalam perjalanannya mengalami perubahan hingga kini menjadi Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang.

Baca juga: Operasi Khusus Subyakto

Selain siswa SPT, Rachman Masjhur juga mengusulkan bekas siswa Latihan Opsir Kalibakung atau pelatihan perwira Angkatan Laut sebagai peserta pelatihan yang diadakan Special Operation. Pertimbangannya, ia menjelaskan dalam laporannya, bahwa selain kesulitan mencari siswa, waktu pelatihannya singkat dan untuk memudahkan pekerjaan instruktur.

Latihan Opsir Kalibakung dipimpin oleh Mayor Laut Raden Eddy Martadinata. Seorang pemuda Indonesia yang pernah belajar di GM sebelum Jepang datang. Setelah Jepang masuk Indonesia, ia pernah belajar dan mengajar di SPT. Sebelumnya ia pernah menjabat Kepala Staf Pangkalan ALRI Tegal. Ini mengapa Rachman Masjhur mengusulkan agar Martadinata dimasukan ke dalam Special Operation.

Baca juga: Perwira Indonesia di Kapal Selam Belanda

Ketika bekas siswa Latihan Opsir Kalibakung diusulkan menjadi peserta pelatihan Special Operation, mereka sudah menyebar ke beberapa daerah. Apalagi setelah Tegal diserang Belanda.

Para bekas siswa Latihan Opsir Kalibakung lalu dikumpulkan di Yogyakarta. Setelah terkumpul, mereka dibawa ke Sarangan, sebuah dataran tinggi di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di sana terdapat sebuah danau yang cocok untuk latihan. Arsip Kementerian Pertahanan No. 268 menyebut tempat yang dipersiapkan untuk pelatihan mereka adalah Sarang Garoeda Complex.

Setelah era Special Operation, Rachman Masjhur terus berkarier di tentara. Ia pernah menjadi Asisten Penelitian dan Pengembangan di Komando Pengembangan Pendidikan dan Latihan (Kodiklat) Angkatan Darat. Ia mencapai pangkat brigadir jenderal sebelum tutup usia pada 23 Agustus 1985 di Jakarta.*

TAG

tni al tni ad

ARTIKEL TERKAIT

Pengawal Raja Charles Melawan Bajak Laut Pengawal Raja Charles Dilumpuhkan Orang Bali Setelah Gerard van Daatselaar Ditawan Para Pejuang Bugis-Makassar dalam Serangan Umum Ziarah ke Makam Sarwo Edhie Jenderal dari Keraton Kombatan Minahasa dalam Serangan Umum Persahabatan Sersan KNIL Boenjamin dan dr. Soemarno Sejumput Kisah Sersan Baidin Pensiunan KNIL Menipu di Salatiga