Masuk Daftar
My Getplus

Melongok Harta Karun Lombok

Dijarah lewat ekspedisi militer berdarah. Sebagian dijual untuk menutupi biaya perang dan menyantuni janda KNIL. Setelah dipamerkan di museum negeri Belanda, kini akan dikembalikan ke Indonesia.

Oleh: Martin Sitompul | 08 Agt 2023
Berlian Lombok (kiri bawah) dan benda-benda berharga lainnya seperti kotak jimat, bros, pegangan keris, kotak tembakau dan cincin jari manis yang menjadi bagian dari "Harta Karun Lombok" di Museum Velkenkunde, Leiden Belanda. (Riyono Rusli/Historia.ID).

Seperangkat perhiasan berkilau di salah satu kotak etalase Museum Volkenkunde di Leiden, Belanda. Sumber kerlapnya berasal dari bros emas yang bertakhtakan berlian 75 karat. Selain itu, terdapat pula perkakas berlapis emas dan batu rubi seperti pada kotak tembakau dan pegangan keris. Inilah segelintir harta karun Lombok yang kesohor di negeri Belanda hasil jarahan dari Istana Cakranegara Kerajaan Mataram.

“Barang rampasan ini disebut di Belanda sebagai ‘harta karun Lombok’. Setelah dikirim ke Belanda, lebih dari 500 benda jarahan disimpan di Rijksmuseum Amsterdam. Kumpulan benda ini kemudian dipindahkan oleh Rijksmuseum ke Museum Volkenkunde, yang sekarang menjadi bagian dari Museum Nasional Kebudayaan Dunia,” lansir rijksoverheid.nl, situs resmi pemerintah Kerajaan Hindia Belanda pada 12 Mei 2023.

Pada 1894, Pulau Lombok dianeksasi dengan kejam oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda di Batavia. Ribuan pria, wanita, dan anak-anak Lombok tewas dalam aksi militer tentara Kerajaan Hindia Belanda terhadap Kerajaan Mataram Cakranegara itu. Di puri Cakranegara dan di medan perang, KNIL menyita 230 kg emas, 7000 kilogram perak, dan banyak perhiasan serta batu mulia. Menilik sejarahnya, harta karun Lombok “berlumuran darah”.

Advertising
Advertising

Baca juga: Kembalinya Berlian Lombok dari Belanda

Ekspansi Belanda ke Lombok dipicu oleh pemberontakan rakyat suku Sasak, yang merupakan penduduk asli Lombok, terhadap Kerajaan Mataram. Rakyat Sasak terdesak oleh keberadaan orang Bali yang masih terikat tali persaudaraan dengan Kerajaan Mataram. Selain intervensi politik, terselip kepentingan ekonomi Belanda terhadap Lombok. Kesuburan Pulau Lombok terkenal sebagai daerah penghasil beras di Kepulauan Sunda Kecil. Letak pelabuhan-pelabuhan Lombok juga menjadi pintu gerbang perdagangan candu yang menarik minat Belanda.

Ekspedisi Lombok atau Perang Lombok yang pertama berlangsung dari Juli hingga Agustus 1894. Belanda mendatangkan pasukan KNIL berkekuatan tiga batalion infanteri, lima seksi artileri, setengah eskadron atau pasukan berkuda kavaleri, dan 93 orang dari dinas kesehatan. Total jumlah pasukan sebanyak 4.400 orang dipimpin oleh dua mayor jenderal. Mayor Jenderal J.A. Vetter bertindak sebagai pemimpin umum dan Mayor Jenderal P.P.H. van Ham sebagai wakil.   

Pada serangan pertama terhadap Puri Cakranegara, pasukan Mataram melakukan perlawanan. Tanggal 25 Agustus 1894 menjadi hari nahas bagi Belanda. Pasukan KNIL yang berkemah di sekitar Puri Cakra disergap tiba-tiba pukul 23.15 malam. Sedikitnya 100 tentara KNIL tewas, termasuk wakil panglima Ekspedisi Lombok, Jenderal van Ham. Kekalahan ini merupakan kekalahan terbesar dalam satu pertempuran sekaligus bagi Belanda di abad ke-19.

Baca juga: Ekspedisi Mataram Kuno ke Luar Jawa

Belanda membalas dengan mengerahkan pasukan dalam ekspedisi kedua pada September 1894. Pasukan Belanda berkekuatan 3600 prajurit KNIL, 1500 kuli angkut, dan beberapa ribu orang Sasak. Kepada orang Sasak dibagikan 2000 pucuk senapan dan senjata laras panjang. Setelah orang Bali di Kerajaan Mataram bertempur mati-matian mempertahankan tiap jengkal tanahnya, Istana Cakranegara akhirnya jatuh pada 18 November 1894.

Sementara pasukan Belanda merangsek maju ke kamar istana raja, perampokan dan penjarahan di Cakranegara merajalela. Menurut R.P. Suyono dalam Peperangan Kerajaan di Nusantara, pelakunya terutama orang-orang Sasak yang hendak membalas dendam. Beberapa di antaranya terpaksa ditembak oleh perwira Belanda.

Pasukan Belanda sendiri berhasil menemukan kamar penyimpanan harta kerajaan yang terletak di Puri Cakranegara. Dalam Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat yang disusun tim peneliti Depdikbud pada 1988, disebutkan Belanda menemukan 230 kilogram emas dan 3.180 kilogram mata uang perak. Termasuk juga perhiasan kerajaan yang dilapisi berlian dan ratna mutu manikam. Masih ada pula batangan-batangan emas.

Baca juga: Perjalanan Arca Candi Singhasari Kembali ke Indonesia

Setelah harta benda istana dijarah, Puri Cakranegara diratakan dengan tanah. Seorang ahli bahasa bernama Dr. Brandes yang ikut dalam ekspedisi menemukan keropak (naskah lontar) Desawarnana di bawah tumpukan puing-puing Istana Cakranegara. Manuskrip kuno yang kemudian lebih dikenal sebagai Kitab Nagarakrtagama itu menjadi satu-satunya naskah yang paling lengkap menceritakan tentang Kerajaan Majapahit.

“Brandes berada di Lombok sebagai seorang taal ambtenaar, pejabat bahasa, yang berusaha mendapatkan naskah-naskah lama yang penting di lingkungan kerajaan-kerajaan Bali. Diperkirakan, naskah-naskah lama dari Jawa mungkin masih terdapat di Bali, sekurang-kurangnya dalam bentuk salinan,” jelas P. Swantoro dalam Dari Buku ke Buku.

Dikuasainya Cakranegara oleh Belanda menyebabkan sejumlah pejabat Kerajaan Mataram yang tersisa melakukan puputan atau bunuh diri. Sementara itu, Raja Agung Gde Karangasem yang sudah sepuh diasingkan ke Batavia. Setahun menetap di bilangan Tanah Abang, dia wafat dan dimakamkan di Karet pada 20 Mei 1895.   

Baca juga: Raja Mataram Menjaga Keberagaman

Harta karun Lombok diangkut ke negeri Belanda pada 1896. Sebagian dijual untuk menutupi biaya perang dan untuk menyantuni janda prajurit KNIL yang gugur selama Perang Lombok. Yang tersisa menjadi koleksi Rijksmuseum Amsterdam dan pada 1937 disumbangkan ke Museum Etnologi Volkenkunde.

Harta karun Lombok meliputi berbagai macam objek benda bernilai tinggi. Mulai dari mangkuk, piring, kotak tembakau, kotak sirih, sendok, cawan, kain, cincin jari manis, cincin kaki, gelang kaki, pegangan keris, perhiasan telinga, ikat kepala, kain tenun, tempat jimat, bros berlian, dan keris. Hampir semuanya bersepuh emas, perak, atau batu mulia lainnya seperti batu rubi.    

Pada 1977, sebanyak 243 objek harta karun Lombok dikembalikan ke Indonesia. Dan pada tahun ini, pemerintah Belanda melalui Komite Koleksi Kolonial Pengembalian Benda Budaya telah menyetujui permintaan restitusi Indonesia untuk memulangkan (repatriasi) 335 objek harta karun Lombok. Diperkirakan benda-benda bersejarah itu akan tiba di tanah air sebentar lagi, tepatnya pada pertengahan Agustus, bulan ini.   

Baca juga: Repatriasi Barang Bersejarah ke Indonesia

TAG

lombok repatriasi

ARTIKEL TERKAIT

I Nyoman Ngendon, Perupa Pita Maha yang Terjun ke Medan Perang Jenderal Belanda Tewas di Lombok Hilangnya Pusaka Sang Pangeran Seputar Prasasti Pucangan Menyibak Warisan Pangeran Diponegoro di Pameran Repatriasi Koleksi-koleksi Repatriasi Benda Bersejarah Mengenal Kelompok Seni Pita Maha Salib Lombok dari Belanda Pun Dirampas Juga Menyongsong Wajah Baru Museum Nasional Indonesia dan Pameran Repatriasi Sejarah Perkembangan Repatriasi dari Belanda ke Indonesia