Penyebar Kristen di Kampung Ibu Prabowo
Sebagai agama terbesar di Langowan, tempat leluhur Prabowo Subianto dari garis ibu berasal, Kristen begitu mendarah daging.
SUKA cita menghinggapi batin umat Kristiani di seluruh dunia hari ini, 25 Desember 2024. Natal tiba dalam damai. Perayaannya pun bisa khidmat karena berjalan lancar dan aman.
Di berbagai tempat di tanah air, perayaan Natal telah dipersiapkan jauh-jauh hari. Di Kecamatan Langowan, Kabupaten Minahasa, persiapan menyambut Natal bahkan telah dilakukan sejak 20 Desember lalu.
“Menyambut Natal kelahiran Yesus Kristus, Pakasaan Tou Langowan melaksanakan Ibadah Pra Natal bertempat di Gereja GMIM Schwarz Langowang, Jumat, (20/12), kemarin. Pra Natal ini bertemakan Damai Natal Membawa Sukacita Iman Bagi Kita semua,” tulis manadopost.id, 21 Desember 2024.
Kekristenan begitu kental di Langowan. Daerah yang terkenal sebagai penghasil kacang tore itu juga dikenal sebagai daerah asal Presiden Prabowo Subianto dari garis ibunya, Dora Marie Sigar.
Di Langowan, titik pentingnya adalah sebuah persimpangan dengan Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM) Schwarz Sentrum Langowan di tengahnya. Di depan bangunan gereja itu berdiri sebuah patung seorang pria dengan tangan kiri memegang kitab dan tangan kanannya menyapa orang. Patung itu kini terbuat dari tembaga, menggantikan patung lamanya yang telah dibongkar. Itu berkat upaya Prabowo ketika masih menjadi menteri pertahanan.
Kendati bahannya telah berganti, tokoh yang dipatungkan dulu dan sekarang sama saja. Yakni seorang pendeta asal Jerman yang besar jasanya di Langowan: Johann Gottlieb Schwarz (1800-1859).
Menurut Gustav Emil Burkhardt & Reinhold Grundemann dalam Dr. G.E. Burkhardt's kleine missions-bibliothek, Schwarz lahir di Königsberg –kota yang dulu milik Prusia Jerman namun belakangan menjadi milik Rusia– pada 1800.
Setelah belajar Injil di Janike, hasrat Schwarz untuk mengkabarkan Injil ke luar tanah kelahirannya begitu besar. Bersama kawannya yang juga orang Jerman, Johann Friedriech Riedel (1798-1860), setelah 1829 dia sudah siap keluar dari Eropa untuk perkabaran Injil. Tanah Minahasa menjadi pilihan keduanya. Mereka kemudian bekerja untuk Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) alias Serikat Misionaris Belanda, salah satu organisasi penyebar agama Kristen yang masuk ke Hindia Belanda.
Dengan perahu NZG itulah Schwarz dan Riedel masuk ke Sulawesi Utara tahun 1831. Schwarz, menurut kenangan orang Kristen di Minahasa, tiba di Manado tanggal 12 Juni 1831. Koran De Avond Post tanggal 18 Juni 1931 memberitakan Schwarz tiba bersama Riedel. Keduanya lalu berbagi tugas, Riedel mengadakan dakwah di Tondano dan Schwarz di Langowan.
Kala itu agama Kristen belum berkembang di sana. Orang Minahasa masih menganut agama suku yang disebut Alifuru. Pada tahun 1831 itu juga Minahasa kedatangan orang buangan dari Jawa pimpinan Kyai Modjo. Mereka ditempatkan di tepi Danau Tondano.
Schwarz jelas tidak langsung berhasil dalam dakwahnya. Penolakan sebuah ide, agama, juga barang dagangan, adalah hal lumrah. Namun sebagai agamawan yang sedang berdakwah, Schwarz jelas tidak langsung pergi setelah menerima penolakan. Schwarz tetap bersosialisasi atau membantu mereka yang mengalami musibah meski yang kena musibah belum menjadi Kristen.
“Di Langowan, Schwarz menghadapi penolakan dari mayor di sana. Namun demikian, ketika mayor dipecat pada tahun 1838, Schwarz sudah membaptis lebih dari 100 orang,” tulis Denni H.R. Pinontoan dalam Walian dan Tuang Pandita: Perjumpaan Agama Minahasa dan Agama Kristen pada Abad XIX.
Dengan model dakwah yang peduli sosial, Schwarz terus mendapat pengikut baru. Menurut Riedel Christian Gosal dalam Minaesa Beresa: Suatu Studi tentang Peranan GMIM dalam Gerakan Keesaan di Indonesia Tahun 1934–1980, upaya awal Schwarz di sana berhasil membuat 300 orang di Langowan menjadi penganut Kristen.
Kendati begitu, kebiasaan lama tidak langsung hilang di dalam masyarakat Minahasa. Pernah suatu kali seorang tokoh pemuka Minahasa datang ke gereja sebagai penganut Kristiani. Namun beberapa hari kemudian tokoh itu melakukan upacara adat lama yang tak pernah diajarkan dalam Injil.
Ketika Schwarz di Langowan, orang paling terpandang di Langowan adalah Tawalijn Sigar – marga Sigar adalah marga besar di Langowan. Setelah jadi kepala Distrik Langowan, Tawalijn dikenal sebagai Mayor Benjamin Thomas Sigar. Tawalijn tipe tokoh yang terbuka sehingga membiarkan Schwarz berkerja menyebarkan ajaran Injil di Langowan. Sebelum menjandi Kristen, Tawalijn juga penganut agama asli.
Schwarz dan Riedel, disebut De Avond Post, yang mulanya membuka dua pos dakwah lalu berkembang posnya menjadi 10 pos. Beberapa gereja pun lalu terbangun di desa-desa sekitar Tondano dan Langowan.
Namun zending tak melulu membangun gereja. Sekolah dan rumah sakit juga dibangunnya. Zending sadar kesehatan dan pendidikan adalah dua hal penting bagi umatnya. Lewat pendidikan di sekolah-sekolah ala Barat itu banyak orang Minahasa kemudian bisa bekerja di lembaga-lembaga pemerintahan di berbagai daerah di Indonesia.
Kinerja Schwarz hanyalah satu rangkaian dalam misi zending di Minahasa. Meski tak membuat puluhan ribu orang dengan segera menjadi Kristen, Schwarz telah merintis Kristenisasi di sana. Schwarz yang memperkenalkan Kristen, yang kemudian membuat orang Minahasa menjadi maju dalam hal pendidikan pada zaman Hindia Belanda dan banyak yang berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia. Amat pantas jika Schwarz dikenang dan dihormati di Langowan.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar