Di Balik Lima Wapres Termuda Amerika Serikat
Mendampingi Donald Trump, JD Vance jadi wapres milenial pertama Amerika. Masuk jajaran wapres termuda selain Teddy Roosevelt dan Richard Nixon.
LAIN dulu, lain sekarang. Dulu berseberangan, kini James David Vance (JD Vance) dianggap jadi sosok terbaik sebagai penerus gerakan “Make America Great Again” (MAGA) yang selalu didengungkan Donald Trump. JD Vance mulai Senin (20/1/2025) waktu setempat resmi menjabat wakil presiden (wapres) Amerika Serikat (AS) ke-50 sekaligus jadi termuda ketiga dalam catatan sejarah politik AS.
Lahir dengan nama James Donald Bowman di Middletown, Ohio pada 2 Agustus 1984, ia sudah jadi anak broken home semenjak balita hingga kemudian dia mengambil nama gadis ibunya, Beverly Carol Vance, untuk seterusnya. Itupun ia tak merasakan kasih sayang ibunya yang pecandu narkoba sampai JD Vance dan kakaknya, Lindsey, dirawat kakek-neneknya.
Sebagaimana banyak pemuda yang masuk militer demi bisa membiayai kuliah, Vance memutuskan bergabung ke Korps Marinir AS (USMC) pada 2003. Tidak hanya untuk pendidikan, Vance bergabung ke kemiliteran untuk pelarian dari kehidupannya yang memprihatinkan.
“Saya dilatih hingga menjadi mahir dalam persenjataan senapan M16, mendapat peringkat di salah satu kategori teratas dan mendapatkan salah satu nilai tertinggi dalam peleton saya,” kenang Vance dalam Hillbilly Elegy, memoar yang kemudian juga didaptasi menjadi film drama oleh sineas Ron Howard dengan tajuk serupa pada 2020.
Baca juga: Darah Aktivis Wapres Kamala Harris
Selepas lulus pelatihan, ia ditugaskan jadi jurnalis militer di Wing ke-2 Penerbang Marinir dan dikirim ke Irak medio 2005 untuk membuat reportase dan dokumentasi operasi-operasi militer. Ia menyelesaikan masa tugasnya pada 2007 dengan pangkat kopral lalu melanjutkan studinya ke jurusan ilmu politik dan filsafat di Ohio State University.
Vance mulai aktif dalam politik setelah menambah studinya di jurusan hukum di Yale Law School, tempatnya bersahabat dengan Jamil Jivani, politikus muda –kelak menjadi anggota Parlemen Kanada, yang juga kuliah di sana. Vance juga jadi kader muda Partai Republik pada 2016. Dia mengkritik pencalonan Trump yang maju ke Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika 2016. Ia mengklaim takkan pernah mau mendukung Trump dan menganggap Trump “Hitlernya Amerika”.
Pada 2021, dua tahun sebelum terpilih jadi Senator Ohio, Vance berbalik arah dan meminta maaf atas segala caci-makinya di masa lalu terhadap Trump. Ketika Trump sudah memenangkan konvensi Partai Republik untuk resmi jadi calon di Pilpres 2024, Vance terpilih mendampinginya untuk melawan duet Kamala Harris-Tim Walz dari Partai Demokrat.
Dalam Pilpres yang berlangsung pada 5 November 2024, Trump-Vance unggul tipis dari pasangan Harris-Walz dalam electoral vote (312-226) dan popular vote (49,8 persen-48,3 persen). Vance pun resmi jadi wapres dari generasi milenial pertama sekaligus wapres termuda ketiga dengan usia 40 tahun, 5 bulan, dan 18 hari. Berikut empat wapres termuda lain dalam sejarah politik AS:
Theodore Roosevelt (42 tahun, 128 hari)
Lahir di Manhattan, 27 Oktober 1858, Theodore “Teddy” Roosevelt Jr. mulai terjun ke kancah politik di Pemilihan Legislatif (Pileg) Negara Bagian New York dengan daerah pemilihan (dapil) Distrik ke-21 New York. Perhatiannya pada pemberantasan korupsi proyek keretaapi membuat namanya melejit di antara kalangan politikus senior Partai Republik hingga kemudian memupuk dukungan sampai ke Pemilihan Gubernur (Pilgub) Negara Bagian New York pada 1898.
Kesempatan untuk mendaki tangga politik lebih tinggi datang sebagai hikmah dari wafatnya Wapres Garret Hobart pada 21 November 1899 karena penyakit jantung. Roosevelt pun menjajal peruntungannya ketika partai membahas penggantinya pada Konvensi Nasional Partai Republik, 19-21 Juni 1900. Terlebih waktu untuk segera mencari pengganti calon untuk diduetkan dengan petahana Presiden William McKinley dalam Pilpres Amerika 1900 yang dihelat 6 November 1900 kian mepet.
“Roosevelt mulanya menyatakan penolakannya untuk dicalonkan jika para peserta konvensi tak menawarkannya. Pencalonannya didukung kuat politikus senior cum Senator New York Thomas C. Platt. Senator Pennsylvania Matthew Quay pun menyuarakan dukungan pada Roosevelt hingga akhirnya Roosevelt setuju dan mengalahkan Marcus Alonzo ‘Mark’ Hanna dengan suara terbanyak,” ungkap Nathan Miller dalam Theodore Roosevelt: A Life.
Berbeda dari McKinley yang kalem, Roosevelt acap berapi-api dalam kampanyenya di 23 negara bagian. Utamanya ketika menyerang lawan politiknya dari Partai Demokrat, duet William Jennings Bryan-Adlai Stevenson I, perihal isu Perang Spanyol-Amerika (21 April-10 Desember 1898) dan aneksasi Kepulauan Filipina (10 Desember 1898).
Duet McKinley-Roosevelt pun akhirnya menang dan Roosevelt resmi menjabat wapres AS ke-25 pada 4 Maret 1901 ketika usianya masih 42 tahun dan 128 hari. Ia kemudian hanya enam bulan menjabat wapres karena pasca-Presiden McKinley ditembak dan wafat pada 14 September 1901, Roosevelt mengambil sumpah sebagai presiden AS ke-26.
Baca juga: Teddy Roosevelt Pesiden Jago Tinju
Dan Quayle (41 tahun, 351 hari)
Lahir di Indianapolis pada 4 Februari 1947 dari keluarga besar pebisnis media, James Danforth “Dan” Quayle sejak muda sudah tak alergi dengan obrolan politik. Sempat menyelingi kehidupannya dengan bergabung ke Garda Nasional Negara Bagian Indiana kurun 1969-1975, Quayle melanjutkan studinya di jalur politik di DePauw University, lalu studi hukum di Indiana University Robert H. McKinney School of Law.
Mulai 1976, Quayle mendaki tangga politiknya bersama Partai Republik di lembaga legislatif Indiana hingga menjadi senator Indiana termuda pada 1980 di usia 33 tahun. Enerjik dan punya rekam jejak penyidik bagian pajak dan perlindungan konsumen Kejaksaan Indiana membuat Quayle turut dilirik George H. W. Bush, petahana wapres yang maju jadi capres menjelang Pilpres 1988.
Maka pada hari kedua Konvensi Partai Republik (15-18 Agustus 1988), Bush memutuskan memilih Quayle dari lima nama kandidat lainnya. Padahal beberapa lawan politik Quayle di Partai Republik sempat menggaungkan kontroversi terkait masa tugas kemiliterannya, di mana Quayle ditengarai memilih masuk garda nasional untuk menghindari wajib militer untuk dikirim ke Perang Vietnam (1955-1975).
“Kita akan menang dengan bantuan Senator Dan Quayle dari Indiana, pemimpin muda yang vokal dalam menyiapkan para pekerja Amerika demi kebutuhan tenaga kerja di masa depan. Ia lahir di pertengahan abad ini dan memiliki prospek yang cerah. Saya bangga dengan Dan Quayle sebagai pendamping saya,” seru Bush dalam pidatonya di konvensi partai, dikutip Time, 29 Agustus 1988.
Isu kontroversi soal Quayle diungkit lawan politiknya, duet Michael Dukakis-Lloyd Bentsen dari Partai Demokrat. Sementara Quayle “menyerang” balik lawannya karena pasangan Partai Demokrat mengklaim ingin melanjutkan warisan mendiang Presiden John F. Kennedy.
“Dukakis sosok yang sangat liberal. Sementara cawapres Bentsen bilang dia sahabat John F. Kennedy, makanya saya balas, ‘Tapi Anda bukan John F. Kennedy.’ Itu memang sudah saya antisipasi karena faktanya ia (Kennedy) tidak bisa dibandingkan. Yang saya tidak duga adalah keterlibatan (sorakan) penonton saat agenda debat itu. Secara aturan mestinya penonton hanya mengamati tapi justru mereka terlibat dan ikut campur,” kenang Quayle saat diwawancara stasiun televisi PBS, 2 Desember 1999.
Usai Pilpres berlangsung 8 November 1988, pasangan Bush-Quayle menang telak: 53,4 persen : 45,7 persen. Quayle dilantik sebagai wapres Amerika ke-44 pada 20 Januari 1989 saat usianya 41 tahun dan 351 hari. Namun “peruntungan” duet petahana Bush-Quayle tak berlanjut lantaran pada Pilpres 1992 kalah dari duet Bill Clinton-Al Gore asal Partai Demokrat (43 persen-37,4 persen).
Richard Nixon (40 tahun, 11 hari)
Jauh sebelum Skandal Watergate menjatuhkannya dari kursi kepresidenan, Richard Milhous Nixon mulai mengenal politik sejak mencicipi kekalahan pertamanya dalam pemilihan ketua OSIS SMA Whittier. Tetapi sosok kelahiran Yorba Linda, California, pada 9 Januari 1913 itu tak kapok meski kemudian karier advokat jebolan jurusan hukum Duke University School of Law itu sempat terganggu Perang Dunia II (1939-1945) lantaran dirinya ikut terjun dengan masuk Angkatan Laut (AL) Amerika pada 1942.
Hingga Perang Dunia II usai, saat Nixon melepas masa tugas dengan pangkat mayor laut, berturut-turut dia “mengembara” sebagai perwira logistik di Pangkalan Udara AL Ottumwa hingga ke front Pasifik bersama Grup Penerbangan Marinir ke-25 di Bougainville dan Kepulauan Nissan (Papua Nugini). Selepas perang, Nixon mulai menjejaki karier politik bersama Partai Republik di Kongres Distrik ke-12 California, hingga terpilih jadi senator California pada 1950.
Di Senat Amerika, Nixon cukup vokal mengkritik kebijakan Presiden Harry S. Truman terkait Perang Korea (1950-1953) dan isu hak sipil minoritas di Alaska dan Hawai’i. Itu pula yang membuatnya mencolok di mata Jenderal (Purn.) Dwight David “Ike” Eisenhower –pahlawan perang yang mantan panglima tertinggi Sekutu di Perang Eropa– saat mencalonkan diri di Konvensi Partai Republik jelang Pilpres Amerika 1952.
“Nama Nixon ditawarkan kepada sang jenderal sebagai rekomendasi para petinggi partai, di mana ia (Eisenhower) kemudian setuju. Usia muda Nixon (39 tahun) dan prinsip anti-komunismenya, serta basis pendukung besar di Negara Bagian California, jadi pertimbangan terbaik ketimbang Senator Robert A. Taft dari Ohio, Gubernur Negara Bagian New Jersey Alfred Driscoll, maupun Senator Everett Dirksen dari Illinois,” ungkap Jonathan Aitken dalam Nixon: A Life.
Keputusan Ike tak keliru. “Darah muda” Nixon mampu menyita perhatian pemilih saat kampanyenya. Hasilnya, pasangan Eisenhower-Nixon menang telak, 55,2 persen:44,3 persen dari pesaingnya asal Partai Republik, Adlai Stevenson II-John Sparkman, di Pilpres 1952. Nixon turut dilantik sebagai wapres Amerika ke-36 pada 20 Januari 1953 dengan usia 40 tahun dan 11 hari.
Namun, pada Pilpres 1960, Nixon yang maju jadi capres berpasangan dengan Henry Lodge Jr., mesti mengakui kekalahan dari pasangan Partai Demokrat, John F. Kennedy-Lyndon B. Johnson. Pada Pilpres 1968-lah Nixon yang berpasangan dengan Spiro Agnew mampu menang tipis (43:42 persen) dari duet Partai Demokrat, Hubert Humphrey-Edmund Muskie. Namun masa jabatan Nixon mesti berakhir lebih cepat setelah ia memutuskan mundur pada 1974 pasca-terlibat Skandal Watergate dua tahun sebelumnya.
Baca juga: Presiden Nixon dan Skandal Watergate
John Breckinridge (36 tahun, 47 hari)
Pesatnya karier John Cabell Breckinridge di arena politik bersama Partai Demokrat bukan hanya karena ia masih keturunan John Witherspoon, salah satu tokoh yang ikut Deklarasi Kemerdekaan Amerika (4 Juli 1776). Sosok kelahiran Kentucky pada 16 Januari 1821 itu punya nama berkat statusnya sebagai veteran Perang Meksiko-Amerika (1846-1848) berpangkat mayor.
Kariernya bermula dari jabatan anggota Parlemen Kentucky pada 1851 hingga anggota Kongres Amerika dari Dapil Distrik ke-8 Kentucky, serta meraih kursi Senator Kentucky pada 1861. Meski begitu, mulanya ia tak berniat mencalonkan diri di Pilpres Amerika 1856 karena ia sempat ingin mendukung petahana Franklin Pierce di konvensi partai. Lantas ketika dalam konvensi muncul nama James Buchanan sebagai calon tunggal dari Partai Demokrat, beberapa petinggi partai justru merekomendasikan Breckenridge yang masih muda.
“Buchanan yang ‘memegang’ kawasan negara-negara bagian Utara setuju berpasangan dengan Breckenridge karena ia butuh suara penyeimbang di daerah pemilihan negara-negara bagian Selatan, salah satunya Kentucky, di mana biasanya Kentucky jadi kunci jaminan kesuksesan selama beberapa dekade terakhir,” tulis William C. Davis dalam Breckenridge: Statesman, Soldier, Symbol.
Selama berkampanye di delapan kota di lima negara bagian, Breckenridge mengungkit isu-isu emansipasi, perbudakan, diskriminasi sosial, dan potensi perpecahan jika partai lawan yang menang. Kampanyenya yang enerjik dan berapi-api turut berperan memenangkan pasangan Buchanan-Breckenridge (45,3 persen) dari dua paslon lainnya: John C. Frémont-William Dayton (Partai Republik 33,1 persen), dan Millard Fillmore-Andrew Donelson (Partai Whig 21,5 persen).
Tak ayal, Breckenridge pun tak hanya jadi Wapres Amerika ke-14 tapi juga hingga kini tercatat masih jadi yang termuda lantaran ketika ia dilantik pada 4 Maret 1857, usianya baru menyentuh 36 tahun dan 47 hari. Akan tetapi, kesuksesannya tak berulang pada Pilpres Amerika 1860, di mana saat ia maju jadi capres berpasangan dengan Joseph Lane, Breckenridge kalah dari duet asal Partai Republik, Abraham Lincoln-Hannibal Hamlin.
Baca juga: Empat Pilpres Kontroversial Amerika
Tambahkan komentar
Belum ada komentar