Presiden Jago Tinju, Gulat Hingga Jiu-Jitsu
Jauh sebelum Jokowi main tinju, presiden Amerika ini sudah lebih dulu dan getol bertinju. Bahkan, berjudo dan jiu-jitsu.
EMPAT bulan terakhir, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekuni olahraga tinju. Alasannya, demi menjaga stamina untuk meladeni berbagai jadwal padatnya.
Yang pasti, Jokowi bukan pemimpin negara pertama yang getol bertinju untuk cari keringat. Jauh sebelum Jokowi, Presiden ke-26 Amerika Serikat Theodore “Teddy” Roosevelt Jr sudah melakoninya. Dia dikenal sebagai presiden yang doyan olahraga tinju selain sejumlah olahraga kontak fisik lainnya.
Roosevelt menggeluti beragam olahraga itu tak lepas dari pengalaman masa kecilnya yang kurang baik. Selain sakit-sakitan, terutama asma, Roosevelt memiliki postur tubuh yang “kurang baik”. Teman-temannya kerap mem-bully dia.
Maka ketika bertemu John Long, mantan petinju yang menjadi pelatih, Roosevelt langsung tertarik begitu disarankan mencoba tinju yang bermanfaat untuk memperkuat daya tahan tubuh dan melawan penyakit plus orang-orang jahat. Berbekal izin dari ayahnya, Roosevelt yang masih berusia 14 tahun mulai berlatih tinju.
Keseriusan Roosevelt bertinju meningkat ketika kuliah. Dia, menurut Philip M. Boffey dalam artikelnya di The Harvard Crimson, dikenal banyak orang di kampusnya karena sering ikut turnamen tinju kelas ringan-berat antarkampus. “Saya menganggap tinju, baik profesional maupun amatir, sebagai olahraga kelas satu dan saya tidak menganggapnya olahraga brutal,” cetus Roosevelt dalam An Autobiography of Theodore Roosevelt.
Kecintaannya pada tinju tak lekang ketika dia sudah menjadi Komisaris Polisi Kota New York. “Saat saya menjadi komisaris polisi, saya mendirikan sebuah klub tinju (bersama jurnalis Jacob Riis) di sebuah lingkungan yang keras,” sambung Roosevelt. New York di akhir abad ke-19 itu merupakan kota keras tempat penusukan dan penembakan sering terjadi. Roosevelt berharap, klub tinjunya bisa menyalurkan sifat-sifat kekerasan pada generasi muda di ring tinju.
Di saat hampir bersamaan, Roosevelt juga menekuni gulat. Tapi dia meninggalkannya begitu menjabat gubernur Negara Bagian New York (1899-1900).
“Tinju dan gulat membuat saya bisa menjaga fisik dengan bentuk yang atraktif. Walau kemudian saya meninggalkan gulat lebih dulu. Gulat olahraga yang lebih keras dari tinju,” ungkapnya di Theodore Roosevelt: Memoirs of the 26th President of the United States.
Saat sudah menjadi presiden, Roosevelt masih hobi latihan tinju di Gedung Putih. Mantan jawara tinju kelas menengah Mike Donovan acap jadi sparring partner buat Roosevelt.
Namun, Roosevelt benar-benar harus meninggalkan tinju lantaran suatu ketika matanya terluka parah. “Saat melakukan sparring dengan seorang kapten artileri pada 1904, Roosevelt terkena pukulan keras dan membuat retina mata kirinya buta,” tulis J. M. Carlisle dalam The Cowboy and the Canal: How Theodore Roosevelt Cheated Colombia, Stole Panama & Bamboozled America.
Roosevelt awalnya tak ingin memberi tahu istrinya, Edith, namun ketahuan juga ketika kesulitan membaca tulisan kecil. Hal itu kemudian dikonfirmasi lagi oleh dokter William Holland Wilmer yang dipanggil istrinya. Kendati begitu, Roosevelt bersyukur yang buta mata kirinya, bukan mata kanan. “Kalau saja yang buta mata kanan, mungkin saya sudah tak lagi bisa menembak (untuk berburu),” ujar Roosevelt dikutip Carlisle.
Toh, Roosevelt tak kapok untuk tetap menekuni olahraga kontak fisik. Dia kemudian malah getol mempelajari dua olahraga beladiri Jepang, Judo dan Jiu-Jitsu, selama dua tahun.
Perkenalan Roosevelt dengan judo berawal dari sebuah pertarungan eksebisi antara seorang pegulat Amerika melawan praktisi judo dan jiu-jitsu asal Jepang, Profesor Yoshiaki Yamashita, di Gedung Putih – berdasarkan suratnya kepada putranya, Kermit Roosevelt tertanggal 24 Februari 1905.
“…Kemarin sore kami melihat Profesor Yamashita bergulat dengan Grant. Seni jiu-jitsu lebih bernilai dalam berbagai aspek ketimbang semua kombinasi olahraga,” tandas Roosevelt dalam suratnya, dikutip Paul Jeffers dalam Roosevelt the Explorer: Teddy Roosevelt’s Amazing Adventures as a Naturalist, Conservationist and Explorer.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar